Siklus Hidup Sistem Reproduksi

21 Tabel 1 menunjukkan berat beberapa jenis cacing tanah dari beberapa sumber dalam Jorge Dominguez., dkk., 2001, terlihat maksimal berat badan Eudrilus eugeniae adalah 280 mg minggu, dan untuk Eudrilus fetida berat tertinggi 60-80 mg per minggu Graff 1974; Watanabe dan Tsukamoto 1976, 80-90 mg per minggu untuk Eudrilus andrei Elvira dkk. 1996a, 55-60 mg per minggu untuk Lumbricus rubellus Elvira dkk., 1996b. Berat cacing tanah untuk spesies lain menurut tabel 1 lebih sedikit daripada Eudrilus eugeniae. Eudrilus eugeniae akan menjadi spesies yang baik untuk produksi protein cacing tanah sebagai pakan ternak Jorge Dominguez., dkk., 2001: 347-349.

8. Siklus Hidup

Siklus hidup cacing tanah dimulai dari kokon, cacing muda juvenile, cacing dewasa produktif dan cacing tua. Saat dewasa kelamin cacing tanah akan menghasilkan kokon dari perkawinanannya yang berlangsung 6-10 hari Rony Palungkun, 2008: 11. Kokon akan menetas setelah 14-21 hari dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar, menurut Jorge Dominguez., dkk., 2001 kokon cacing Eudrilus eugeniae akan menetas hanya dalam 12 hari pada suhu 25ºC. Menurut Reinecke dkk., 1992 dalam Jorge Dominguez., dkk., 2001 Waktu yang diperlukan cacing Eudrilus eugeniae dari menetas sampai ke kematangan seksual adalah 35 hari dan waktu dari menetas hingga memproduksi kokon sekitar 47 hari. Waktu ini lebih pendek 46-56 hari dibandingkan dengan catatan yang dikutip untuk E.fetida oleh 22 Hartenstein dkk., 1979 dalam Jorge Dominguez., dkk., 2001. Kelangsungan hidup cacing tanah sangat baik, dengan angka kematian terjadi pada suhu lebih dari 30ºC yang dikemukakan oleh Reinecke dkk., 1992 dalam Jorge Dominguez., dkk., 2001: 349.

9. Sistem Reproduksi

Cacing tanah bereproduksi secara seksual dan bersifat hermaprodit, artinya pada setiap ekor cacing tanah terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Meskipun bersifat hermaprodit, tetapi cacing tidak melakukan pembuahan sendiri melainkan secara silang. Sebagai ilustrasi: 2 cacing yang melakukan kawin silang menempelkan tubuhnya dengan ujung kepala berlawanan. Masing-masing akan mengeluarkan sperma dan diterima oleh klitelium cacing pasangannya. Dalam posisi perkawinan kopulasi, klitelum masing-masing cacing tanah akan mengeluarkan lendir yang berfungsi melindungi sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh lubang alat kelamin jantan masing-masing. Gambar 6. Sepasang Cacing Pada Posisi Kawin bertukar spermatozoid. Sumber: Rahmat Rukmana, 2008: 20 23 Perkawinan silang cross fertilization dilakukan dengan cara saling bertukar spermatozoid. Sel-sel sperma yang keluar dari masing-masing cacing tanah akan bergerak kearah belakang posterior, lalu masuk ke dalam lubang penerima sperma masing-masing. Setelah beberapa jam berkopulasi kawin dan masing-masing kantung ovarium yang berisi sel-sel telur menerima sel-sel sperma maka masing-masing kantung ovarium saling berpisah. Tahap selanjutnya terjadi pembentukan selubung kokon mucous band . Proses pembentukan selubung kokon terjadi pada klitelium. Masing- masing sel telur yang telah menerima sel-sel sperma bergerak ke arah mulut dan bertemu dengan lubang saluran sel-sel telur, lalu masuk ke dalam selubung kokon, dari selubung kokon, sel-sel telur yang telah dibuahi sel-sel sperma tadi akan bergerak ke arah mulut, sehingga terjadi pelepasan kokon cocoon dari masing-masing cacing tanah bersama-sama dengan selubung kokonnya. Proses pembentukan dan pelepasan selubung kokon disajikan pada gambar berikut : Gambar 7. Proses Pembentukan dan Pelepasan Selubung Kokon. Sumber: Rahmat Rukmana, 2008: 21 24 Keterangan : A = Pembentukan selubung kokon B = Selubung kokon yang berisi kokon bergerak menuju arah mulut C = Selubung kokon bersama dengan kokonnya terlepas D = Kapsul dan kokon Selubung kokon yang berisi beberapa telur capsule akan dilepaskan dalam liang tanah. Setiap butir telur kokon berisi bakal anak-anak cacing bahkan dapat menetas lebih dari 10 ekor anak-anak cacing. Meski demikian dari setiap kokon umumnya menetas 3-5 ekor cacing. Ukuran kokon tergantung kepada jenis cacing tanah Rahmat Rukmana, 2008: 20-21. Kokon Eudrilus eugeniae menetas hanya dalam 12 hari pada suhu 25ºC Jorge Dominguez., dkk., 2001: 341.

10. Manfaat Cacing Tanah