2. Sebaliknya, misalnya remaja tidak terpapar menonton video porno dan konformitas teman sebaya lemah 0, maka nilai probabilitas remaja melakukan
seks bebas hanya sebesar 1,49.
4.4. Hasil Wawancara
Untuk melengkapi data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan wawancara mendalam indepth interview kepada siswa yang
dianggap dapat mewakili apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Peneliti mengambil sampel sebanyak 4 orang siswa kelas 2 SMA XYZ terdiri dari 1 orang
perempuan, dan 3 orang laki-laki serta mempunyai akses jaringan internet di rumah dan mempunyai geng. Dalam tesis ini, responden atau informan 1 diberi kode I-1,
informan 2 dengan kode I-2, informan 3 dengan kode I-3, dan informan 4 dengan kode I-4.
Wawancara pada penelitian ini difokuskan pada ketiga variabel yang diteliti yaitu perilaku seks bebas, pengaruh media internet, dan pengaruh teman sebaya pada
perilaku seks bebas remaja.
4.4.1. Perilaku Seks Bebas
Pada wawancara dengan informan, awalnya peneliti mengalami kendala untuk mendapatkan data, karena informan cenderung tertutup kurang terbuka mengenai
perilaku seksualnya selama ini dengan pacarnya. Namun dengan kegigihan, peneliti akhirnya mendapatkan informasi penting tentang perilaku seksual yang mereka alami
Universitas Sumatera Utara
dengan pacarnya masing-masing maupun dengan pekerja seks komersil PSK. Hasil wawancara tersebut dengan informan disajikan berikut ini.
Informan 1 I-1. S.M., perempuan, berumur 17 tahun, kelas II SMA, berasal dari keluarga broken home, tinggal dengan orang tua lelaki ayah dan adik-adik, ibu
menikah lagi. Ayah bekerja sebagai supir Medan-Aceh. Ayah pernah pergi pada saat S.M. kelas 4 SD. Saat bertemu kembali dengan ayah kelas III SMP. Perilaku seks
informan dengan pacarnya, seperti pernyataan berikut: “Saya sudah punya pacar, saat ini saya sudah berpacaran selama 3 kali.
Saya berpacaran sejak kelas 3 SMP. Pacar pertama saya teman sekelas, pacar kedua kakak kelas, dan pacar ketiga lewat kenalan. Lama pacaran yang pertama ± 4 bulan,
pacar yang kedua ± 11 bulan, pacar yang ketiga hingga saat ini sudah berjalan ± 7 bulan. Dan yang paling berkesan dari ketiga pacar saya itu, ya pacar yang ketiga
karena dia penuh perhatian dan sayang sama saya” “Hubungan saya dengan pacar yang pertama biasa-biasa saja, karena kami
masih SMP. Pacar yang kedua istimewa bagi saya karena kami layaknya orang dewasa pacaran walaupun kami masih remaja. Dengan pacar yang kedua ini saya
tahu tentang seks. Pacar yang ketiga, dia dewasa dan perhatian sama saya. Dalam masalah aktivitas seks selama pacaran, pacar kedua dan ketiga saya yang mengajari
saya tentang ciuman”. “Aktivitas seks biasanya pacar saya yang memulai duluan. Saya dicium,
dipeluk-peluk. Biasalah orang pacaran. Saya juga pernah diraba-raba oleh pacar saya, payudara saya dan paha saya, biasanya kalo kami sedang berduaan atau di
Universitas Sumatera Utara
tempat yang sepi. Kesucian saya direnggut oleh pacar saya yang kedua, kejadiannya di rumah cowok saya itu, waktu keluarganya gak ada di rumah, kami melakukannya
ketika pulang sekolah. Namanya cewek, saya kadang menyesal melakukan hal itu, tapi mau gimana lagi saya cinta banget dengan pacar saya itu walaupun akhirnya
kami putus.” “Dengan pacar yang ketiga, saya juga pernah melakukan hubungan seks.
Alasan saya mau melakukan hubungan seks lagi dengan pacar yang ketiga, namanya sudah begini bu maksudnya sudah tidak perawan, juga karena saya sayang sama
dia, orangnya dewasa dan pengertian. Pacar saya itu awalnya protes tentang kesucian saya dan kami berantem gara-gara masalah itu, tapi akhirnya pacar saya
yang ketiga itu menerima. Bahkan akhirnya dia juga melakukan hubungan seks sama saya sebanyak tiga kali. Saat melakukan hubungan itu, kami nggak pernah
menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom, karena pacar saya tidak mau, katanya tidak enak. Biar tidak hamil pacar saya bilang “tembak” di luar aja. Jadi
kalo pake-pake alat kontrasepsi itu gak ada. Masalah bahaya melakukan hubungan seks saya gak tahu bu menggeleng.”
Informan 2 I-2. R.W, laki-laki, berumur 17 tahun, kelas II SMA, anak
seorang penjual pakaian di Pasar Petisah Medan. Berpacaran sudah 2 kali sejak kelas 2 SMP. Informan kurang mendapatkan perhatian orang tua karena kedua
orang tua sibuk berjualan. Perilaku seks informan dengan pacarnya, seperti pernyataan berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Saya saat ini tidak punya pacar. Tapi saya pernah berpacaran sudah 2 kali. Yang pertama waktu saya kelas 2 SMP, dan yang kedua pas saya kelas I SMA. Pacar
yang pertama putus-nyambung selama ± 1 tahun, dan pacar yang kedua putus karena pindah keluar kota.”
“Aktivitas seks saya dengan pacar yang pertama tidak pernah, karena masih cinta monyet, jadi pacaran lebih banyak lewat SMS saja. Sedangkan dengan pacar
yang kedua kami pacaran cuma pegangan tangan, cium pipi, dan pelukan saja. Jadi untuk memuaskan nafsu saya, saya melampiaskan dengan berhubungan seks dengan
perek pelacurPSK. Saya sudah tiga kali berhubungan seks dengan perek. Saat melakukan hubungan seks dengan PSK saya merasa enaknikmat, sering muncul rasa
ketagihan setelah melakukan hubungan seks itu. Tempat yang sering saya datangi yaitu di daerah Medan juga, dekat Pasar Petisah, di Jalan Nibung, di sana ada
hotelnya, tingkat tiga. Bayarnya kadang seratus ribu, kadang seratus lima puluh ribu. Uangnya itu saya dapat dari menang main judi, jadi kalo menang main judi
biasanya saya dan teman larinya ke sana Jalan Nibung. Saya melakukan itu sejak Kelas I SMA, karena kemauan sendiri dan kadang ajakan kawan-kawan. Sama perek
itu saya yang mulai mengajak dia berhubungan, pertama saya pegang payudaranya, lalu saya raba-raba pegang alat kelaminnya, lalu selanjutnya, selanjutnya,
selanjutnya sampai saya nembak. Kami melakukannya sekitar 5 menit”. “Selain sama pelacur saya juga pernah berhubungan seks dengan cewek di
dekat rumah saya tetangga, tapi bukan pacar. Dia kelas 3 SMP. Dia pertama kali berhubungan seks dengan saya. Kami melakukan itu karena kami sudah sama-sama
Universitas Sumatera Utara
nafsu buk. Pertama-tama kuajak dia ke kamar, dia mau, dan selanjutnya kami melakukannya di kamar itu, karena keluarga orang tua dan adek-adek gak ada di
rumah. Kami melakukannya sekitar jam 3 siang, cewek itu kadang yang ngajak, karena dia juga sering menonton video porno. Saya tidak membayar cewek itu buk,
karena kami sama-sama mau. Kalo masalah menikmati hubungan seks itu, saya lebih menikmati hubungan seks yang di Petisah itu buk, karena yang di Petisah lebih
dewasa lebih pengalaman, perek itu pande menyervis buk. Masalah bahaya melakukan hubungan seks dan berganti-ganti pasangan, ya anak orang bunting
hamil, juga takut orang tua tahu.”
Informan 3 I-3. T.S., laki-laki, berumur 17 tahun, kelas II SMA, anak ketiga
dari 5 bersaudara. Sudah berpacaran sejak kelas 6 SD. Hingga saat ini, informan sudah 4 kali pacaran. Perilaku seks informan dengan pacarnya, seperti pernyataan
berikut: “Saya pacaran sejak SD kelas 6 dengan teman sekelas, lalu SMP kelas 2, dan
ketika SMA kelas I dan kelas II. Dari semua pacar saya itu, yang paling berkesan yaitu pacar kelas 6 SD dan ketika SMA. Kalo yang kelas 6 SD, karena cinta pertama,
terus karena sudah tamat ya bubarlah, namanya cinta monyet, kadang pacaran merasa sudah dewasa. Belum mengerti arti cinta tapi sudah pacaran. Kalo pacar
yang SMA, dia perhatian dan orangnya romantis. Kami biasa pacaran pergi ke bioskop buk, kadang ke rumahnya. Kalo masalah seks, dia pernah ngasih respon
untuk melakukan seks, seperti pegang-pegang tangan, cium pipi, cium bibir, dan cium mulutlidah. Saya tidak pernah melakukan hubungan seks dengan pacar saya,
Universitas Sumatera Utara
tapi kalo mencium dari leher ke bawah payudara saya pernah buk. Kami tidak pernah menempelkan alat kelamin petting.”
“Kalo soal siapa yang sering memulai aktivitas seksual sama pacar, dia buk, bukan saya. Saya tidak tahu buk kenapa gitu. Tiba-tiba dia mencium, memeluk saya,
dan menyodorkan bibirnya. Dia bilang, kitakan sudah dewasa, jadi sudah bisalah kita ciuman. Trus terjadilah buk. Saya tidak menolak, namanya laki-laki buk, dikasih
kesempatan langsung oke, seperti buaya masa menolak bangkai daging. Dia juga sering minta dipeluk buk. Tapi kalo melakukan hubungan seks saya sama pacar saya
itu, saya takut buk. Takut keceplosan hamil dan dimintai tanggungjawab. Tapi kalo nyoba-nyoba sama lonte pelacur saya mau buk, teman yang ngajak.”
“Saya pernah dua kali bu, maen sama perek. Itu pas saya kelas I SMA. Kelas 2 ini aku gak mau melonte lagi buk. Saya biasanya pergi ke Nibung dekat Petisah.
Tarifnya kalo di dalam ruko-ruko itu lima puluh ribu, tapi kalo di pinggir-pinggir jalan itu perempuan yang nongkrong-nongkrong di becak, itu mahal bu. Ada yang
dua ratusan, ada yang seratusan. Yang dibecak lebih mahal karena kalo maen berhubungan seks dibawa ke ruko, dia yang bayar sewa kamar. Trus kalo yang
lima puluh ribu saya gak menikmati buk, tapi kalo yang di pinggir jalan itu saya menikmatinya. Kalo yang lima puluh ribu, dia cuma buka celana doang, tapi kalo
yang di pinggir jalan dia buka baju semuanya. Pelanggannya di servis habis. Baju kita dibuka semua, dihisap sama dia buk, kalo di ruko kan enggak. Maen sama
pelacur itu gak tentu lamanya buk, ya kalo sudah “keluar” buk, istilahnya “nembak” ya sudah selesai.”
Universitas Sumatera Utara
“Kalo masalah menyesal, menyesalnya duit saya habis buk. Tapi kalo saya kepengen dan ada duit saya mau maen lagi. Kalo kawan-kawan aku terutama
kawan-kawan di lingkungan, “bandit-bandit” semua bu. Cemana lah buk, banyak temen-temen yang sudah gak sekolah lagi. Kalo minum-minum kuat, judi juga kuat
bu, biasanya main judi dam, kadang PS, main biliar, main leng, banyak lah buk. Kalo menang dan ada keuntungan main judi, dan saya kepengen, biasanya saya pergi ke
jalan Nibung, buk. Kalo saya cari PSK di jalan Nibung atau yang nongkrong di becak kadang saya cari orang yang pernah maen sama saya itu, terutama kalo servis
dia bagus, misalnya bodinya bagus, mukanya cantik, maen seksnya paten. Dalam berhubungan seks, biasanya saya dulu yang mulai buk. Tapi dia biasanya ngasih
servis dengan mengisap kemaluan saya oral seks. Selanjutnya dimasukkan “barang”ku ke “barang”nya. Setelah “nembak”, lalu saya cabut. Soal bahaya
melakukan hubungan seks, saya pake pengaman kayak kondom buk, takut kena HIV.”
Informan 4 I-4. P.P., laki-laki, berumur 17 tahun, kelas II SMA, anak
sulung dari 6 bersaudara. Sudah berpacaran sejak kelas 1 SMP. Hingga saat ini, informan mengaku sudah tidak ingat jumlah pacarnya, mungkin sekitar lima belas
kali berpacaran. Perilaku seks informan dengan pacarnya, seperti pernyataan berikut: “Saya pacaran sejak dari kelas 1 SMP. Mungkin pacar yang sekarang, pacar
saya yang kelima belas. Pacar yang berkesan yang kelas 2 SMP buk, tapi yang paling berkesan pacaran sama yang pertama dari kelas 1 sampai kelas 3 SMP. Dia
menerima aku apa adanya, pengertian, baik. Masalah hubungan seks dengan pacar
Universitas Sumatera Utara
itu terjadi pas aku naik-naikan kelas tiga SMP lah buk. Dia mau dan pasrah aja buk. Dia bilang, ayo lakukan. Ya sudahlah buk, aku lakukan berhubungan seks. Itu kami
lakukan di Sembahe buk. Kami melakukannya ya cuma sekali itu aja buk. Kasihan rasanya kalo ngelihat dia. Tapi kalo ciuman pipi, sering kami lakukan. Ngeraba-raba
sering. Ciuman mulut dan lidah juga sering kami lakukan. Tapi kalo mengisap “barang”ku, dia gak mau buk.”
“Kalo masalah nikmatnya hubungan seks itu yang aku rasakan waktu itu ya ada enaknya, nikmatnya, ya ketakutan juga buk. Takut punya anak, padahal masih di
bawah umur. Pacar saya waktu itu tidak menangis buk, cuma dia bilang, kamu setia gak? Kujawab kalo kita udah melakukan itu berarti kita ada ikatan, aku akan setia
sama kamu. Sampek matipun setia, kubilang. Tapi sekarang kami sudah putus buk” “Kami putus karena ada masalah sikit. Masalah pas perpisahan, coret-
coretan kami pergi ke Sembahe, aku “minum”, jadi dia juga pergi sama kawan- kawannya ke Sembahe juga, aku gak tahu. Waktu itu ada cewek-cewek di situ cewek-
cewek Sembahe, kutembak mau cewek itu, kusewa pondok, kukerjai, mau dia buk. Cewek itu pasrah aja buk, akupun gak tahu, pas mabuk aku. Habis selesai, kami
cium-ciuman ketahuan cewek aku yang juga maen ke sana. Lalu aku ditamparnya tiga kali buk. Aku diam aja karena aku lagi mabok asoka, tuak, mansion, semuanya
lah. Habis ditampar, sadar aku buk, kutengoki muka dia aja buk, minta maaf aku buk. Diterima sama dia. Tiga bulan juga kami sempat putus. Ku SMS gak dibalas, ku
telepon gak diangkat. Ku datang ke rumahnya gak di”terge”. Sekarang dia sekolah di Padang Bu. Tapi katanya mau kuliah di sini kalo sudah tamat SMA. Cewek aku
Universitas Sumatera Utara
yang paling terkesan ya cuma dia la buk. Tapi kalo yang pacar ke lima belas ini cuma untuk permainan aja buk. Trus sama yang di Sembahe itu, aku juga cuma
kenal 3 jam. Sampe sekarang aku gak tahu dia dimana.” “Selain sama pacar pertama aku itu buk, semua pacar sudah aku rasailah
buk. Karena melakukan hubungan seks itu bagi kami merupakan awal ikatan pacaran buk. Kami melakukannya di daerah Berastagi, sambil acara refreshing.
Kami melakukannya di pondok-pondok itu buk. Cewek saya yang terakhir itupun keknya gak menyesal melakukan hubungan seks sama saya buk. Dia bilang,
melakukan hubungan seks sama saya adalah kado istimewa buat saya. Tapi sampai saat ini, pacar saya yang pertama yang paling berkesan buk. Takkan pernah
dilupakan seumur hidup. Waktu diputusin, aku sempat frustasi selama 2 bulan buk. Diem aja buk, di kamar, biasakan maen-maen, tapi setelah diputusin tidak ada
gairah hidup. Sama yang di Sembahe itu, gak berkesan lah buk, walaupum kami melakukan hubungan seks, karena kenalnya cuma 3 jam, yang ada cuma rusaklah
aku buk. Masalah bahaya berhubungan seks aku gak tahu buk.”
4.4.2. Paparan Media Internet