masa remaja, untuk kemudian nantinya diintegrasikan dalam rangka membentuk identitas psikososial sebagai orang dewasa Supratiknya, 1993.
Teman sebaya merupakan acuan penting bagi remaja untuk dapat melewati dengan baik masa-masa sulit pada periode transisi dan pembentukan identitas tersebut. Dalam
pergaulan sehari-hari, remaja sangat terikat pada kelompok sebayanya, dimana semua tindakan atau perbuatan perlu memperoleh dukungan dan persetujuan sebayanya.
Dikemukakan oleh Ballantine dalam Bantari 2000 bahwa ikatan ini sangat kuat, sehingga para sosiolog sering mengelompokkannya dalam kebudayaan khusus remaja youth sub-
culture, dimana di dalamnya mereka memiliki ungkapan-ungkapan dan bahasa yang khas,
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma tersendiri.
2.6 Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian ini mengacu pada Teori Skinner 1938 dalam Notoatmodjo, 2010 yang terdiri dari Stimulus, Organisme. dan Respons SOR. Di
mana stimulus berupa rangsangan yang datang dari luar seperti mendengar, melihat, membaca, menonton, berfikir, berteman. Organisme akan memberi perhatian,
pengertian, persepsi dan penerimaan terhadap stimulus. Akhirnya reaksi Organisme disebut dengan respons berupa perilaku yang dibedakan dalam perilaku tertutup
covert behavior dan perilaku terbuka overt behavior.
Asumsi dasar dari model ini adalah: media menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap organisme.
Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.
Hubungan SOR ini digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Stimulus Rangsangan Luar
Organisme Respons
1. Mendengar 2. Melihat
3. Menonton 4. Membaca
5. Berteman 1. Perhatian
2. Pengertian 3. Penerimaan
1. Perilaku Tertutup 2. Perilaku Terbuka
Gambar 2.1. Teori SOR Skinner 1938
1. Hosland 1953 dalam Lubis 2010 mengatakan bahwa proses perubahan perilaku
pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
2. Stimulus rangsang yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh
organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
3. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia mengerti
stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
4. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya bersikap. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut perubahan perilaku. Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus rangsang yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat
Universitas Sumatera Utara
meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang
peranan penting.
2.7 Kerangka Konsep