Manajemen program pembinaan Da'i cilik pada karantina Pildacil V Lativi Jakarta

(1)

1

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang tak terhingga, baik nikmat iman, nikmat islam dan nikmat sehat, sang penguasa alam yang selalu memaafkan hambanya yang khilaf.

Shalawat serta salam kita sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada zaman yang kita dengan begitu mudah dalam menerima islam tanpa ada ujian yang begitu berat dan juga kepada para sahabat yang begitu setia menemani perjuangan beliau walau harus mengorbankan nyawa.

Selesainya penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itulah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs Murodi, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Bapak Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA sebagai Ketua Jurusan

Manajemen Dakwah dan sebagai pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis dan yang selalu memberikan masukan dan motivasi sehingga penulis bersemangat kembali untuk menyusun skripsi ini.

3. Bapak Drs Cecep Castrawijaya, MA sebagai Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan yang amat berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Tarmi, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan dan semangat kepada penulis.

5. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang sudah banyak membantu penulis.


(2)

6. Bapak Abdul Malik dan Ibu Rumsinah selaku orang tua dari penulis yang telah banyak memberikan support kepada penulis baik moral maupun materil, yang selalu setia menasihati dan mendoakan siang malam tanpa henti-hentinya.

7. Taufik Hidayat, Tamrin SH, Tamah, Tinah dan adik tercinta Saefuddin yang juga begitu banyak memberikan supportnya kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh penghuni karantina dari Pembimbing (Ka’ Dodo, Ka’ Imam, Ka’Harry, Ghulam, uwie, makasih atas ukhuwahnya), para Da’I Cilik calon penerus tongkat estafet dakwah selanjutnya, para Orang tua Dacil, dan para Kru Lativi yang sudah banyak memberikan support dan membantu dalam pembuatan skripsi ini, Terima Kasih banyak sudah memberikan kenangan yang begitu indah selama di karantina, dan terima kasih atas semua pelajaran yang berharga yang kalian berikan kepada penulis.

9. Seluruh staff perpustakaan Utama dan perpustakaan dakwah dan komunikasi, yang telah memberikan fasilitas selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis hanya bisa berdoa semoga kebaikan bapak, ibu, sahabat, teman-teman dan kakak-kakakku menjadi amal soleh dan semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.


(3)

3

Akhirnya penulis hanya bisa berharap mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat menambah perbendaharaan khasanah intelektual para pembaca.

Jakarta, 24 Maret 2008


(4)

ABSTRAK

ANTIKA FAJRIANI

MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DAI CILIK PADA KARANTINA PILDACIL V LATIVI JAKARTA

Alasan saya mengambil judul ini, karena saya tertarik dengan program pembinaan apa saja yang diterapkan dalam karantina Pildacil V serta sistem pembinaannya yang secara tidak langsung dapat berpengaruh dalam pembentukan karakter para da’i cilik serta kualitas ceramah masing-masingpara dacil.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas memperoleh data mengenai manajemen program pembinaan da’i cilik pada karantina Pildacil V Lativi Jakarta.

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian langsung pada objek penelitian dengan cara kualitatif deskriptif yaitu sebagai sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati selama karantina Pildacil V berlangsung.

Pildacil adalah salah satu tayangan Televisi yang disiarkan oleh Lativi yang mengangkat tentang hal-hal religius yang mengambil format acara perlombaan untuk mencari da’i-da’i cilik yang mempunyai semangat yang tinggi yang mempunyai kemampuan untuk berceramah atau memberikan tausyiah dengan cara mereka dan dengan gaya mereka yang masih anak-anak, sangat polos dan sangat menarik, sehingga dapat cukup menarik perhatian pemirsa televisi di Indonesia dari anak-anak hingga orang dewasa, selain mendidik acara ini juga mengusung pesan-pesan dakwah, untuk dapat membuat mereka menjadi seorang da’i yang bukan Cuma bisa menyampaikan tapi juga mampu mengugah hati para pemirsa sehingga pesan dakwah bisa sampai kepada mereka yang melihat acara ini, sudah pasti itu sangat berkaitan dengan pembinaan yang dilakukan selama mereka di karantina.


(5)

5

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi/tesis/disertasi ini merupakan hasl karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1/strata 2/ strata 3 di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakata.

Ciputat, 19 Maret 2008


(6)

MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DA’I CILIK PADA

KARANTINA PILDACIL V

LATIVI JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

Antika Fajriani NIM: 102053025727

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H / 2008 H


(7)

7

MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DA’I CILIK PADA

KARANTINA PILDACIL V

LATIVI JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Antika Fajriani

NIM: 102053025727

Pembimbing

Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA.

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H / 2008 H


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.……….. i

ABSTRAK ………iv

LEMBAR PERNYATAAN ………. v

DAFTAR ISI ……… vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN PROGRAM DAN PEMBINAAN DA’I CILIK A. Konsep Manajemen Program... 13

1. Pengertian Manajemen ... 13

2. Unsur-unsur Manajemen ... 15

3. Fungsi-fungsi Manajemen ... 16

4. Pengertian Program... 17

5. Macam-macam Program ... 18

6. Tujuan Program... 19


(9)

9

B. Konsep Pembinaan... 21

1. Pengertian Pembinaan ... 21

2. Pengertian Da’I Cilik ... 22

3. Sistem Pembinaan Da’I Cilik... 24

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG LATIVI MEDIA KARYA DAN KARANTINA PILDACIL 5 A. Sejarah Berdirinya Lativi ... 30

B. Visi dan Misi ... 30

C. Maksud dan Tujuan Berdirinya Lativi ... 31

D.Area Jangkauan, Studio dan Kebijakan Program... 31

1. Area Jangkauan ... 31

2. Studio ... 32

3. Kebijakan Program ... 32

E. Sekilas tentang Pildacil dan Karantina Pildacil ... 33

F. Struktur Organisasi Karantina Pildacil ... 37

G. Program Pembinaan pada Karantina Pildacil... 38

H. Sarana dan Prasarana Yang Ada di Karantina Pildacil 5 ... 39

I. Keadaan Da’I Cilik Pada Saat Datang ke Karantina Pildacil 5 ... 40

BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM DAN SISTEM PEMBINAAN DA’I CILIK PADA KARANTINA PILDACIL A. Manajemen Program Pembinaan Da’I Cilik pada karantina pildacil 5... 42


(10)

C. Analisis Manajemen Program dan Sistem Pembinaan

Da’I Cilik pada karantina Pildacil 5... 69

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran-saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur yang sangat penting dan menunjang keberhasilan atau lembaga atau instansi dalam pelaksanaan kegiatan yang telah disepakati adalah manajemen, dan untuk mencapai sukses maka tentulah diperlukan suatu komitmen dan kerjasama dalam organisasi tersebut serta kegiatan-kegiatan yang dimanage dengan baik.

Di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan mempunyai suatu tujuan yang dapat dimiliki oleh semua orang yang terlibat di dalamnya, karena setiap orang atau manusia yang hidup di alam ini mempunyai suatu tujuan juga, yaitu suatu tujuan yang telah disusun dengan sebaik mungkin. Tetapi apabila suatu tujuan tersebut tidak diterapkan atau tidak direalisasikan dalam suatu kesatuan atau keterkaitan yang disusun dari suatu perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan atau yang kita kenal pada zaman sekarang yaitu ilmu manajemen, maka tujuan yang dicapai nantinya tidak dapat berjalan dengan baik.

Manajemen sebagai proses suatu kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain, memiliki peran yang sangat penting, sebagai unsur utama pelaksanaan suatu kegiatan sehingga tidak terjadi miss manajemen dalam melaksanakan kegiatan nantinya.1

1

M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996), Cet. Ke-15, h. 14


(12)

Manajemen didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung dari titik pandang, keyakinan serta pengertian dari pembuat definisi. Secara umum pengertian manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Pengelolaan itu terdiri dari bermacam ragam, misalnya berupa pengelolaan industri, pemerintah, pendidikan, pelayanan sosial, olah raga, keilmuan dan lain-lain. Bahkan hampir setiap aspek kehidupan manusia memerlukan pengelolaan. Oleh karena itu, manajemen ada dalam setiap aspek kehidupan manusia di mana terbentuk suatu kerjasama (Organisasi).2

Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan cinta kasih, rasa keadilan, hati nurani, kepedulian sosial dengan lingkungan, karena manusia akan semakin menjadi hedonis dan konsumeristik. Dan tanpa adanya Manajemen suatu dakwah mungkin tak akan terukur apakah ia dapat berhasil atau tidak dan bahkan kita tak bisa mengetahui apakah pesan-pesan dakwah kita dapat sampai ke relung-relung hati masyarakat, karena apabila dakwah pun tidak di manage dengan baik maka ia akan sangat mudah di saingi oleh kebathilan yang sekarang ini marak dan sampai-sanpai di manage dengan begitu rapinya, hingga cukup sangat berkembang di masyarakat dan digemari, terlebih lagi disiarkan oleh kotak ajaib yang dinamakan Televisi maka akan semakin mudahlah sebuah nilai-nilai keburukan di konsumsi masyarakat terlebih anak-anak, dari usia anak-anak hingga orang tua sangat gemar melihat Televisi hingga informasi yang baik bahkan yang buruk dapat sangat mudah

2

Yayat M.,Herujito, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), Cet. Ke-2, h. 2


(13)

13

masyarakat dapatkan dan sangat mudah mempengaruhi masyarakat dari cara berfikir hingga bertindak.

Pada saat sang ”penguasa informasi” menyebarkan propaganda dan faham-faham yang dianutnya ke seluruh dunia, sehingga tersingkaplah tirai bambu, bahkan tirai besipun tercabik-cabik oleh derasnya serbuan informasi 24 jam ’nonstop’ seakan tak pernah mengalami kematian, maka masuklah film-film, telenovela-telenovela, musik-musik dan berbagai hasil budaya ’mereka’ sampai ke dapur-dapur kaum muslimin di seluruh belahan bumi, kemudian terjadilah penetrasi nilai-nilai yang diusung oleh semua produk informasi tersebut secara perlahan namun pasti, menembus pasar qalbu para pemirsanya.

Sungguh sangat miris dan sangat disayangkan ketika anak-anak Indonesia berubah menjadi shincan bukan menjadi sosok seperti Ali ra serta bocah-bocah Palestina yang terlalu sibuk untuk memperjuangkan islam atau bahkan menjadi Da’i-da’i cilik, saat para remaja sangat mengidolakan Boyband Flower Four (F4) bukan mengidolakan Rasulnya, saat ibu-ibu muda melupakan majelis taklim dan lebih memilih pergi ke Mall, ketika para bapak-bapak mulai lebih memilih menonton bola atau acara olahraga lainnya dibandingkan menemani anak shalat berjamaah atau belajar. Pada saat dakwah islammiyah sudah tidak menarik lagi, majelis taklim, mushalla dan mesjid sudah tidak berpenghuni dan saat inilah dakwah islam mulai di tantang untuk tetap memiliki nilai jual agar tetap laku dipasaran sebagaimana begitu lakunya tayangan sinetron dan tayangan lainnya.


(14)

Pildacil adalah salah satu tayangan Televisi yang disiarkan oleh Lativi yang mengangkat tentang hal-hal religius yang mengambil format acara perlombaan untuk mencari da’i-da’i cilik yang mempunyai semangat yang tinggi yang mempunyai kemampuan untuk berceramah atau memberikan tausyiah dengan cara mereka dan dengan gaya mereka yang masih anak-anak, sangat polos dan sangat menarik, sehingga dapat cukup menarik perhatian pemirsa televisi di Indonesia dari anak-anak hingga orang dewasa, selain mendidik acara ini juga mengusung pesan-pesan dakwah, akan tetapi anak-anak yang menjadi da’i dalam acara ini sangat mungkin bukan anak-anak yang begitu sempurnah namun mereka cumalah anak-anak yang mempunyai semangat dan pemahaman agama yang sangat luar biasa untuk ukuran seorang anak-anak seusia mereka, untuk dapat membuat mereka menjadi seorang da’i yang bukan Cuma bisa menyampaikan tapi juga mampu mengugah hati para pemirsa sehingga pesan dakwah bisa sampai kepada mereka yang melihat acara ini, sudah pasti itu sangat berkaitan dengan pembinaan yang dilakukan selama mereka di karantina, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang program pembinaan apa saja yang dilakukan untuk menunjang peningkatan penyampaian kualitas ceramah mereka buka Cuma untuk masyarakat yang melihat tapi terlebih untuk mereka sendiri yang menjadi objeknya agar menjadi tauladan yang baik untuk masyarakat terlebih lagi setelah mereka lepas dari karantina.


(15)

15

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas maka penulis mengambil judul MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DAI CILIK PADA KARANTINA PILDACIL V LATIVI JAKARTA.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penulisan skripsi ini, sesuai dengan judul skripsi, yaitu Manajemen Program Pembinaan Dai Cilik pada Karantina Pildacil V Lativi Jakarta, maka penulis membatasi permasalahannya hanya pada :

a. Aspek manajemen program pembinaannya.

b. Sistem pembinaan da’i cilik pada karantina Pildacil V. 2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas yang menjadi perumusan dalam skripsi ini adalah :

a. Bagaimana manajemen program pembinaan dai cilik pada karantina Pildacil V Lativi Jakarta?

b. Bagaimana sistem pembinaan da’i cilik pada karantina Pildacil V ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana manajemen program pembinaan dai cilik yang dilakukan di Karantina Pildacil V Lativi Jakarta.


(16)

b. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembinaan pada karantina Pildacil V Lativi Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti selain menambah wawasan dan pengetahuan dalam masalah ini, juga sebagai perbandingan antara teori yang didapat di perkuliahan dan praktek yang didapat di lembaga yang bersangkutan. b. Untuk karantina Pildacil dapat memperkaya pengetahuan tentang

manajemen program pembinaan terhadap dai cilik selama di karantina sehingga untuk dikemudian hari dapat menjadi lebih profesional sehingga nantinya dapat dipercaya oleh masyarakat secara keseluruhan, bagi penulis khususnya dan bagi aktifis dakwah pada umumnya.

c. Untuk Akademik untuk menambah khasanah pengetahuan tentang manajemen program pembinaan, dan sebagai bahan penambahan referensi dari peningkatan wawasan akademis, serta bahan pijakan bagi penelitian lanjutan.

d. Untuk Pemerintah dapat memberikan konstribusi kepada masyarakat dalam mengembangkan studi program pembinaan di Indonesia yang lebih baik.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penulisan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif


(17)

17

menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Kirk dan Miller (1986 : 9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang seara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.3 a. Subyek Dan Obyek Penelitian.

Adapun yang menjadi subyek dari penelitian ini adalah karantina pildacil. Kemudian yang menjadi objek penelitian ini adalah Manajemen Program pembinaan dan sistem pembinaannya.

b. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis melakukan metode field research ( penelitian lapangan ) yaitu data yang diperoleh dari observasi,

wawancara, dan dokumentasi yang didapat dari objek penelitian. Setelah data terkumpul penulis melakukan pembahasan secara deskriptif kualitatif.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik atau cara sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi menurut Sutrisno Hadi adalah suatu pengamatan dan pemberkatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki

3

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989), h. 3


(18)

sebagai acuan untuk penelitian yang dilakukan dalam suatu interaksi sosial mendalam dalam lingkungan dan masa tertentu diantara penelitian dengan kelompok sasaran,4 Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu manajemen program pembinaan.

b. Wawancara

Dengan metode atau teknik wawancara mendalam (in depth interview) ini, penulis melakukan tanya jawab secara langsung antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu, adapun yang diwawancarai adalah pengurus karantina pildacil, tetapi tetap berpegang pada interview guide yang telah dibuat sebelumnya, dengan alasan dari teknik wawancara ini dirasa sangat mudah untuk memahami informasi dari setiap individu secara langsung yang dirasa lebih efektif. Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data primer mengenai program pembinaan menyangkut planning, organizing, actuating dan controling.

c. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan informasi berupa arsip-arsip, buku-buku, dan lain-lain yang berkaitan dengan pembahasan skripsi.

4

Soetrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), Cet. Ke-21, h. 36


(19)

19

3. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penulis melakukan penelitian pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2007. Tempat penelitian di Jalan Raya Bukit Cinere Komplek perumahan panorama bukit cinere, Depok, Jawa Barat .

4. Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data adalah merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterprestasikan.5 Dalam hal ini penulis menginterprestasikan hasil observasi, wawancara, dan dokomen-dokumen yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Data dikumpul dengan cara wawancara dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang mendukung penelitian.6

5. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mentelaah terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul yang serupa dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa

5

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (ed), Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1989 ), Cet. Ke-1. h. 26

6


(20)

apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi yang terdahulu.

Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian telaah kepustakaan, penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Judul–judul tersebut antara lain adalah karya milik Shoffiyatullah Zainul Wahid yang berjudul “Manajemen Program Pembinaan Mental Preman Terminal Kota Depok Yayasan Bina Insan Mandiri”, dalam skripsi ini Shoffiyatullah memaparkan tentang bagaimana pengolahan program yang dilakukan oleh yayasan Bina Insan Mandiri serta faktor apa saja yang dapat menghambat dan menjadi pendukung dalam proses pengolahan program.. Lain halnya dengan karya skripsi milik eka Julaeha yang berjudul “Manajemen Pembinaan Rohani bagi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta”, dalam skripsi ini Eka Julaeha mengemukakan bagaimana aplikasi manajemen pembinaan rohani yang dilakukan oleh Rumah Sakit Fatmawati bagi pasien rawat inapnya.

Berbeda halnya dengan kedua skripsi diatas bahwa penelitian yang akan penulis lakukan pada Karantina Pildacil V Lativi Jakarta adalah bertujuan memberikan penilaian secara kritis pada karantina Pildacil V Lativi mengenai Proses Pembuatan dan pengelolaan program yang dilakukan oleh Lativi selama di karantina dalam upaya mencetak da’i cilik yang memiliki akhlak yang baik serta teladan yang dapat menjadi contoh untuk teman-teman, saudara, keluarga bahkan masyarakat luas serta peningkatan kualitas ceramah da’i cilik Lativi.


(21)

21

Demikianlah perbedaan pokok bahasan atau materi antara penulis akan teliti dengan skripsi-skripsi yang terdahulu, bahwa pada penelitian terdahulu hanya menjelaskan sebagian dari manajemen program tanpa mengkaitkan dengan psikologi sang objek Dakwah serta yang lebih menarik lagi dalam penelitian ini bahwa penulis mengambil tema tentang manajemen program pembinaan yang dilakukan lativi terhadap para Da’i Cilik selama di karantina Pildacil 5 yang berjalan selama empat bulan penuh.

F. Sistematika Penulisan

Untuk pembahasan dalam skripsi ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) Bab.

Setiap Bab terdiri dari beberapa sub-sub Bab tersendiri, Bab-bab tersebut ara keseluruhan saling berkaitan satu dengan lainnya, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan bab penutup berupa kesimpulan dan saran-saran.

BAB I : Pendahuluan yang memuat, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Mengetengahkan tinjauan umum tentang konsep manajemen program, pengertian manajemen, unsur-unsur manajemen, fungsi manajemen, pengertian program, macam-macam program, tujuan program, evaluasi program, dan konsep pembinaan da’i cilik,


(22)

pengertian pembinaan, pengertian da’i cilik serta sistem pembinaan da’i cilik .

BAB III : Menyajikan tinjauan pada PT Lativi Madia Karya mengenai sejarah berdirinya lativi, visi dan misi, maksud dan tujuan berdirinya lativi, positioning, target market, area jangkauan, tipe dan kebijakan program lativi, tinjauan umum mengenai pildacil V dan karantina pildacil V, struktur organisasi karantina Pildacil V, dan Program kerja pembinaan karantina pildacil V

BAB IV : Mengetengahkan tentang analisis manajemen program, dan sistem pembinaan da’i cilik yang dilakukan selama karantina Pildacil V.

BAB V : Penutup terdiri dari empat bab diatas, saran diuraikan dalam kesimpulan serta daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap perlu.


(23)

23

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN PROGRAM DAN PEMBINAAN DAI CILIK

A. Konsep Manajemen Program 1. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata bahasa Inggris management dengan kata asal to manage yang secara umum berarti mengelola. Dalam arti khusus managemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi.

Pengertian manajemen didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung dari titik pandang, keyakinan serta pengertian dari pembuat definisi. Secara umum pengertian manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Untuk mengelola suatu pekerjaan agar dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan, sangat memerlukan keahlian khusus, bukan saja keahlian teknis, melainkan juga keahlian dalam memimpin orang-orang. Artinya memotivasi orang lain agar mau bekerja dengan giat dan kreatif.1

Menurut Abd. Rosyad Shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun

1

Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), Cet.Ke-1, h.1


(24)

dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu, kemudian menggerakkannya kearah pencapaian tujuan dakwah.2

Perlu dihayati bahwa manajemen dan organisasi bukan tujuan tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang dinginkan, karena tujuan yang ingin dicapai adalah pelayanan dan laba (profit). Untuk lebih jelasnya pengertian manajemen ini penulis mengutip beberapa definisi dalam bukunya Yayat M. Herujito yang berjudul Dasar-dasar Manajemen, sebagai berikut :

1. DRS. H. Malayu S.P. Hasibuan

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Andrew F. Sikula

Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efesien.

3. G.R. Terry

Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai

2

Djalil Abdul Manan dan Rafi’udin, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), Cet. Ke-2, h. 41


(25)

25

sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

4. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel

Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manager mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.3

2. Unsur-unsur Manajemen.

Unsur-unsur manajemen itu terdiri dari men, money, methods, materials, machines, and market disingkat dengan 6 M. Dan uraiannya sebagai berikut :

a. Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional atau pelaksana.

b. Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Method yaitu cara atau sistem-sistem yang dipergunakan dalam setiap bidang manajemen untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna setiap unsur manajemen.

d. Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. e. Machines yaitu mesin-mesin atau alat-alat yang dipergunakan dan

diperlukan untuk mencapai tujuan.

3

H. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-1, h. 2


(26)

f. Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa- jasa yang dihasilkan.4 Setiap unsur manajemen ini berkembang menjadi bidang manajemen yang mempelajari lebih mendalam peranannya dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Bidang-bidang manajemen dikenal atas:

1. Manajemen sumber daya manusia (unsur men).

2. Manajemen permodalan / pembelanjaan (unsur money). 3. Manajemen akuntansi biaya ( unsur material).

4. Manajemen produksi (unsur machines). 5. Manajemen pemasaran (unsur market).

3. Fungsi-fungsi Manajemen

Dalam manajemen terdapat fungsi-fumgsi manajemen, yang diambil dari teori G.R. Terry, biasa disingkat dengan POAC, yaitu Planning (perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Penggerakan), dan Controlling (Pengawasan).5 Dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah menentukan program pekerjaan apa saja yang akan dilaksanakan oleh para anggota organisasi dan bagaimana cara melaksanakannya serta kapan setiap pekerjaan itu harus diselesaikan. Kegiatan ini juga membuat perhitungan mengenai dana yang digunakan untuk membagi setiap pekerjaan yang akan dilakukan.

4

Ibid, h. 20 5

Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al-Amien Press, 1996), h. 46


(27)

27

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah membagi pekerjaan yang telah ditetapkan tersebut kepada para anggota organisasi sehingga pekerjaan terbagi habis kedalam unit-unit kerja. Pembagian pekerjaan ini disertai pendelegasian kewenangan agar masing-masing melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab. Untuk mengatur urutan jalannya arus pekerjaan perlu dibuat ketentuan-ketentuan mengenai prosedur dan hubungan kerja antar unit.

2. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan adalah upaya manajer dalam menggerakan orang-orang untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan efesien berdasarkan perencanaan dan pembagian tugas masing-masing. Untuk menggerakkan orang-orang tersebut diperlukan tindakan komunikasi, memberikan motivasi, memberikan perintah, memimpin pertemuan, dan meminta laporan.

3. Pengawasan (Controlling)

Pengwasan dan pengendalian dilakukan agar aktivitas organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dan bila terjadi deviasi (penyimpangan), maka manajer segera memberikan peringatan atau meluruskan kembali langkah-langkah yang telah dilakukan oleh anggota organisasi agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

4. Pengertian Program

Program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkrit. Rencana ini kongkrit, karena dalam “program sudah tercantum, baik sasaran, kebijakan, prosedur,


(28)

waktu maupun anggarannya.” Jadi, program juga merupakan usaha-usaha untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan menurut bidangnya masing-masing.6

Program merupakan suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan demi mencapai tujuan yang diinginkan, suatu rencana biasanya melibatkan beberapa bagian atau departemen maka dari departemen-departemen tersebut melakukan suatu tindakan-tindakan tertentu demi mencapai suatu tujuan yang telah disepakati, hal inilah yang dimaksud dengan program-program merupakan bagian yang sangat penting dan penyusunan program-program merupakan bagian yang sangat penting dan penyusunan perencanaan, karena dengan program adalah menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan yang telah diterapkan.

Program merupakan deretan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Suatu program menentukan kegiatan secara bertahap yang menjadi pedoman dalam pelaksanaannya dan program tidak dapat dipisahkan dari tujuan yang telah ditentukan.7 Pekerjaan ini dilakukan oleh manager dalam menetapkan urutan kegiatan yang diperlukan guna mencapai maksud dan tujuan tersebut. Manager memperkuat langkah tindakan yang diambil sesuai dengan prioritas pelaksanaannya.

5. Macam-macam Program

Macam atau jenis program dapat bermacam-macam wujud jika ditinjau dari berbagai aspek. Program ditinjau dari :

6

H. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004),edisi revisi, Cet. Ke-3, h. 96

7

EK. Muchtar Efendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1996), h. 75


(29)

29

a. Tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan (kegiatan komersial) jika program tersebut mencari keuntungan, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut telah memberikan keuntungan dan jika program tersebut telah memberikan keuntungan dan jika program tersebut bertujuan sukarela, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut bermanfaat bagi orang lain.

b. Jenis, ada program pendidikan, program koperasi, program kemasyarakatan dan sebagainya, klasifikasi tersebut tergantungdari isi program yang bersangkutan.

c. Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

d. Keluasan, ada program sempit, ada program luas, program sempit hannnya menyangkut program yang terbatas sedangkan program luas menyangkut banyak variable.

e. Pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program besar, program kecil hanya dilaksanakan beberapa orang saja, sedangkan program besardilaksanakan oleh banyak orang.

f. Sifatnya, ada program penting dan ada program kurang penting. Program penting yang dampaknya menyangkut orang banyak, menyangkut hal yang vital, Sedangkan program yang kurang penting adalah sebaliknya.8

8

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h. 2-3


(30)

6. Tujuan Program

Tujuan adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai dalam proses pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan hal yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto adalah :

”Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan pusat perhatian oleh evaluator. Jika suatu program tidak mempunyai tujuan atau tujuan yang tidak bermanfaat maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan , tujuan menentukan apa yang diraih”.

Tujuan program dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum biasanya menunjukkan out put dari program jangka panjang sedangkan tujuan khusus out putnya jangka pendek.9

Berbicara mengenai program atau tujuan program tidak dapat terlepas dari kurikulum. Kurikulum adalah acuan yang berisi tentang sejumlah pelajaran yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan belajar mengejar, sebagaimana yang dikemukakan oleh S Nasution bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelejaran yang harus ditempuh atau sejumlah pelajaran yang harus dikuasaiuntuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.10

7. Evaluasi Program

Untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil yang telah dicapai oleh program, maka haruslah melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai hasil keberhasilan dari suatu program atau kegiatan.11

9

Ibid, h. 35 10

S. Nasution, Azas-azas Kurikulum (Bandung: CV Jenimar, 1975), h. 5 11


(31)

31

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena dengan evaluasi kita kita dapat mengukur dan menilai sesuatu sehingga kita mengetahui nilai dari sesuatu tersebut. Evaluasi merupaka proses memahami, memberi arti mendapatkan, mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengmbil keputusan. Dan dari defenisi dari manajemen dan program tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen program adalah suatu pengaturan dan pengelolaan terhadap suatu acara atau suatu rencana yang akan dilaksanakan oleh seseorang, sekelompok maupun oleh suatu organisasi.

B. Konsep Pembinaan 1. Pengertian Pembinaan

Kata pembinaan berasal dari akar kata bahasa arab yaitu - ﻨ -ءﺎﻨ ﻨ yang artinya : membangun, mendirikan, membina.12 Kata bina berasal dari bahasa Arab kemudian menjadi bahasa Indonesia baku dan kata bina itu sendiri dalam kamus lengkap bahasa Indonesia modern artinya bangun.13 Kata bina mendapat awalan ‘pe-‘ dan akhiran ‘-an’ menjadi pembinaan yang berarti membangun, memperbaiki atau memperbaharui.14

12

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-Qur’an, 1973), Cet. Ke-1, h. 73

13

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani, t. t), h. 41

14

Poerwadarminto, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 380


(32)

Sedangkan pembinaan dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer adalah ”proses pembinaan, membina, membangun atau menyempurnakan upaya mendapat hasil yang lebih baik”.15

Pembinaan menurut istilah adalah : suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu yang telah ada sebelumnya.16 Begitu pula pembinaan dapat mengandung arti : usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.17

Pengertian pembinaan yang terakhir adalah suatu upaya, usaha yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan yaitu agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan sesuatu.18

Demikianlah arti pembinaan yang bermacam-macam berdasarkan referensi yang berbeda-beda pula, namun penulis mengambil kesimpulan tentang pengertian pembinaan adalah suatu upaya pengelolaan atau penanganan berupa melatih, membiasakan memelihara, mengarahkan serta mengembangkan komponen seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik secara efektif dan efisien.

2. Pengertian Da’i Cilik

Da’i barasal dari kata bahasa arab yang berarti orang yang mengajak artinya masih umum sifatnya belum terkait dengan unsur lain

15

Peter Salim dan Yanni, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English, 1991)

16

Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategis Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), Cet. Ke-2, h.17

17

Departemen. Pendidikan. Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi, Ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, t. t), h. 17

18

Bp-4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera (Jakarta: 1984), h. 8


(33)

33

yang mengikutinya. Dalam pengertian yang seperti tersebut masih termasuk orang yang mengajak kepada ketidakbaikan. Dalam pengertian khusus (pengertian Islam) dai adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan, maupun tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau yang lebih baik menurut syariat al-qur’an dan sunnah. Dalam pengertian khusus tersebut da’i identik dengan orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.

Sedangkan Umar hasan mengartikan kata da’i adalah mengundang atau mengajak, mengundang manusia kepada agama Allah SWT, yakni agar manusia mau beriman dan mau melaksanakan ajaran-ajaran Allah SWT.19

Sementara itu M. Syafaat Habib, dalam pedoman dakwah mengatakan bahwa da’i adalah seorang leader atau pemimpin ”(Sayyidul Qoum)”. Dia hidup dalam masyarakat yang terus berubah, dan harus sadar akan perubahan ini kemudian memberikan petunjukknya.20

Bila di ibaratkan da’i adalah seorang guide atau seorang pemandu terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Ia adalah petunjuk jalan yang lurus mengerti dan memahami terlebih dahulu, mana yang harus dilalui dan mana yang tidak boleh dilalui oleh seorang muslim, sebelum ia memberikan petunjuk jalan pada orang lain. Sebagai orang yang memahami, mengetahui tentang agama islam, ia harus mennyatakan sepenuh hati. Karena setiap muslim mempunyai tanggung jawab atas kelestarian dan kesinambungan islam dan umat islam

19

Umar Hasan, Mencari Ulama Pewaris Nabi (Bekasi: Dakta FFM, 1979), h. 135. 20


(34)

di dunia ini. Oleh karena itu kedudukan da’i di tengah masyarakat menduduki kedudukan yang penting, ia adalah seorang pemuka( pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat sekitarnya, ia adalah seorang pemimpin di tengah masyarakat walaupun tak pernah dinobatkan secara resmi sebagai pemimpin. Itulah sebabnya sebagai da’i harus sadar bahwa tingkah lakunya selalu dijadikan tolak ukur masyarakat.21

Sedangkan Cilik berarti kecil,22 kecil adalah kurang besar keadaanya daripada biasa,23 sedangkan anak adalah manusia yang masih kecil.24 Pada umumnya anak kecil adalah mereka yang berada pada usia dini yaitu usia pra sekolah hingga usia pendidikan sekolah dasar yaitu berkisar antara 3(tiga) sampai 12(dua belas) tahun.

Setelah mengetahui arti dari kedua kata tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa Da’i cilik adalah seorang anak kecil atau anak yang masuk dalam usia sekolah yang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengajak, mengundang, menyeru manusia bukan hanya dari kalangan umur anak-anak saja tetapi juga usia remaja dan orang dewasa kepada kebaikan dan menyuruh kita untuk menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah SWT agar manusia mau melaksanakan ajaran-ajaran Allah SWT.

3. Sistem Pembinaan Karantina Pildacil

a. Pembina

21

Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet Ke-1.

22

Pusat pembinaan dan pengembangan Bahsa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,

Kamus umum Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka, 1986), cet.ke-IX, h. 205. 23

Ibid. h. 457. 24


(35)

35

Pembina atau murobbi adalah seorang da’i, ia bisa bertindak sebagai qiyadah (pemimpin), ustadz (guru), walid (orang tua), dan Shohabah (sahabat) bagi sang mad’u. Peran yang multi fungsi ini yang menyebabkan seorang pembina atau murobbi perlu memiliki berbagai keterampilan memimpin, mengajar, membimbing, dan bergaul.25 Pembina juga adalah orang yang memberi materi untuk mengajak kepada kebaikan, untuk itu harus orang-orang yang mempunyai kemampuan berdakwah dengan memahami unsur-unsur dakwah. Dan dalam buku Ilmu Pendididkan Islam, pendidik atau pembina merupakan orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Atau dengan kata lain, pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik ke arah kedewasaan.26

b. Terbina (mad’u atau peserta didik)

Orang yang menjadi objek dakwah, orang yang masih belum mengenal islam secara baik, orang yang mempunyai kemauan untuk memperbaiki diri dan orang yang belum masuk islam maupun orang yang sudah masuk islam. Mad’u atau peserta didik dapat juga diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.27

25

Satria Hadi Lubis, Menjadi Murobbi Sukses (Jakarta: Kreasi Cerdas Utama, 2002), Cet. Ke-1, h. 3.

26

Hj. Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Islam : Pengantar dan Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 70-71.

27


(36)

c. Materi Pembinaan

Materi merupakan isi yang harus disampaikan dalam proses pendidikan. Materi juga dapat diartikan segala sesuatu yang langsung diberikan oleh pendidik kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan.28 Secara umum materi yang diberikan dalam pembinaan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1). Aqidah

Aqidah merupakan pondasi seorang muslim, kedudukannya sangat sentral karena aqidah menjadi asas dan sekaligus sangkutan atau gantungan segala sesuatu dalam islam. Arti Aqidah secara etimologis adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis artinya iman atau keyakinan. Aqidah islam ditentukan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran islam.29

2) Akhlak

Pembinaan akhlak sangat penting dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Akhlak adalah mutiara hidup yang membenarkan manusia dengan hewan. Perkataan akhlak adalah jamak dari kata ”khuluk” yang artinya menurut bahasa adat kebiasaan, tabiat dan perangai. Dan menurut Ali Abdul Halim Mahmud, akhlak adalah suatu sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan

28

Ibid, h. 74. 29

M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakart : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 199


(37)

37

membuatnya berperilaku sesuai dirinya dan nilai-nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.30

3) Ibadah

Ibadah adalah hubungan dengan allah dalam melakukan kewajiban sebagai seorang muslim. Menurut ajaran islam ibadah dibagi menjadi dua yaitu a. Ibadah khusus(mahdoh) adalah ibadah yang ketentuan pelaksanaannya sudah pasti ditetapkan oleh allah dan dijelaskan oleh rasulnya, misalnya ibadah shalat, puasa, zakat dan haji b. Ibadah Umum (ghairo Mahdoh) adalah perbuatan yang mendatangkan kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain dan dilaksanakan dengan niat karena allah misalnya : belajar, mencari nafkah, menolong orang yang susah dan sebagainya.31

d. Metode Pembinaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem unuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang dikehendaki.32

Sedangkan menurut M. Arifin, metode secara harfiah adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Namun pengertian hakiki dari metode adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Adapun metodenya menurut M. Arifin adalah :

30

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), Cet. Ke-1, h. 26.

31

Ibid. h. 247 32

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-3, h. 415.


(38)

1. Wawancara

Yaitu salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiawaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.

2. Metode Group Guidance (bimbingan secara berkelompok)

Yaitu cara pengungkapan jiwa atau batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, dan sebagainya. Metode ini menghendaki bahwa setiap anak bimbing atau mad’u melakukan hubungan timbal balik dengan teman-temannya dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan pembinaan pribadi.

3. Metode Non Direktif (cara yang mengarahkan) Metode ini dibagi menjadi 2 macam yaitu :

a. Client Cantered yaitu pembimbing menggunakan sistem pemancingan yang berupa satu dua pertanyaan yang terarah, dan mad’u atau anak bimbing diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk menyampaikan unek-unek.

b. Educatif, yaitu cara pembimbing kepada anak bimbing untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan hambatan dan ketegangan yang diperdalam melalui pertanyaan yang motivatif dan persuasif (meyakinkan).

4. Metode Psikoanalitis ( Penganalisaan Jiwa )

Yaitu menganalisa kejiwaan melalui gejala tingkah laku baik melalui mimpi yang menyenangkan atau yang mengerikan yang


(39)

39

muncul pada saat tertentu dalam diri ataupun melalui tingkah laku yang kadang salah, salah yang tak disengaja atau yang tidak disadari. Misalnya salah ucapan, salah meletakkan benda, salah tulis dan lain sebagainya.

5. Metode Direktif ( Metode yang Bersifat Mengarahkan )

Dalam hal ini pembimbing memberikan secara langsungkepada anak bimbing, jawaban-jawaban yang diperlukan dalam penyelesaian yang dihadapi, saran-saran diberikan kepada anak bimbing bagaimana seharusnya ia berbuat.

6. Metode Sosio Metri

Yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mengetahui kedudukan anak bimbing dalam hubungan kelompok.33

e. Media atau alat pembinaan

Alat pembinaan merupakan sesuatu hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan bagi terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang membantu tujuan pembinaan.34

f. Faktor Lingkungan

Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Situasi lingkungan berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan.Situasi lingkungan ini meliputi lingkungn fisik, lingkungan teknis dan lingkungan sosio-kultural. 35

33

Ibid, h. 44-50. 34

Ibid, h. 74. 35


(40)

40

TINJAUAN UMUM PT LATIVI MEDIA KARYA

DAN KARANTINA PILDACIL 5

A. Sejarah Berdirinya Lativi

PT. LATIVI Mediakarya yang berdiri dengan izin prinsip Deppen No. 799/MP/PM/1999 tertanggal 25 Oktober 1999 menghadirkan LATIVI yang dipancarkan melalui 7 kota besar di Indonesia : Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Jogyakarta,Surabaya, dan Medan.

Sebagai nuansa baru pertelevisian nasional, LATIVI hadir dengan sentuhan teknologi mutakhir untuk dinikmati oleh keluarga generasi baru.

LATIVI dirasa tepat hadir di era reformasi saat ini, karena fungsi utama televisi adalah untuk menghibur masyarakat dengan program hiburan maupun informasi yang faktual, aktual serta ikut menyelesaikan masalah, LATIVI dirancang untuk mereka yang tidak lagi perlu keluar rumah untuk mendapatkan hiburan dan berita yang bermanfaat. Dengan formulasi siarannya adalah 60% erisi tentang hiburan, 20% tentang berita dan 20% info komersial.1

B. Visi dan Misi Lativi Visi

Lativi, pilihan baru televisi Indonesia, selalu terdepan dalam teknologi dan terbaik dalam penyajian program hiburan dan informasi.

1


(41)

41

Misi

LATIVI selalu terdepan, selangkah lebih maju dalam teknologi. Menayangkan program berkualitas dan memiliki nilai tambah. Menyajikan informasi faktual, aktual, dan berimbang serta memberi pemecahan masalah. LATIVI memberi manfaat bagi perusahaan dan masyarakat.2

C. Maksud dan Tujuan Berdirinya Lativi

1. Berorientasi kepada kepuasan pemirsa melalui penyajian program acara yang berkualitas baik di bidang hiburan, berita, dan values oriented program.

2. Membangun dan mengembangkan kekuatan melalui penerapan dan pembangunan sumber daya manusia yang professional.

3. Membangun kepemimpinan positif di kalangan industri pertelevisian.

4. Mengedepankan kepuasan pengiklan melalui penerapan Quality Programming Strategy, Creative Advertising dan Teknologi Mutakhir. 5. Turut mendorong terbentuknya generasi baru berkualitas.3

D. Area Jangkauan, Studio dan Kebijakan Program. 1. Area Jangkauan

Dari 6 lokasi stasiun transmisi, LATIVI akan menjangkau pemirsa hingga pada area di sekitar ke 6 lokasi tersebut yang menjangkau sekitar 80 juta pemirsa yaitu :

2

Ibid, h. 2. 3


(42)

a. Jakarta meliputi : Jabotabek, Subang, Banten, dan Lampung.

b. Bandung meliputi : Bandung dan sekitarnya, Sukabumi, Cianjur dan Garut.

c. Jogyakarta meliputi : Jogyakarta dan sekitarnya, Solo, Magelang dan Sleman.

d. Surabaya meliputi : Surabaya dan sekitarnya, Madura, Tuban, Pasuruan, Probolinggo, Mojokerto dan Jombang.

e. Semarang meliputi : Semarang dan sekitarnya, Kudus, Rembang, Tegal dan Pekalongan.

f. Medan meliputi : Medan dan sekitarnya, Binjai, Deli, Serdang, Belawan dan Tebing Tinggi.

2. Studio

Untuk dapat merealisasikan program siaran, LATIVI membangun sarana dan prasarana Studio penyiaran serta pemancar Jakarta.

Adapun sarana dan prasarana studio penyiaran tersebut di Kawasan Industri Pulogadung, Jl.Rawa terate II No.2 Jakarta menempati luas lahan 20.000 m2 dengan luas bangunan mencapai 30.000 m2.

Diawali dengan studio pemberitaan yang kemudian akan dikembangkan dengan studio produksi. Semuanya didukung dengan perangkat yang serba mutakhir dengan teknologi digital.

3. Kebijakan Program

LATIVI adalah sebuah brand, dengan positioning yang sangat jelas. Karena itulah, LATIVI akan melakukan penilaian terhadap setiap program (program Assessment) dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:


(43)

43

a. Dinamika program

b. Menghargai integritas pemirsa (The Intelligence) c. Unik namun familiar

d. Memiliki educational values (values oriented driven) e. Menampilkan ide yang fantastic

f. Original

g. Informasi yang faktual, aktual & seimbang4

D. Sekilas tentang Pildacil dan Karantina Pildacil V

Pemilihan Da’I Cilik atau Pildacil merupakan salah satu program keagamaan bagi anak-anak sebagai ajang pengembangan bakat khususnya dalam berda’i. Acara Pildacil ini berdurasi 90 menit dan pertama kali disiarkan tanggal 08 oktober 2005 disiarkan langsung dari studio 4 lativi Pasaraya grande lt 9, inilah yang kemudian dikenal dengan Pildacil.

Pemilihan Da’i Cilik atau popular dengan nama Pildacil adalah program reality Show pertama dari Lativi. Yang misi dan tujuannya adalah mengutamakan pengembangan moral Fositif dan pendidikan bagi masyarakat. Lativi menyadari misi dan tujuan yang mulia ini akan lebih optimal jika dilakukan sejak usia dini dan kepedulian ini diwujudkan melalui program Pildacil. Pildacil adalah bentuk kompetisi dakwah untuk anak dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Dapat diikuti oleh laki-laki dan perempuan 2. Usia 6 – 9 tahun

4


(44)

3. Mempersiapkan materi dakwah bebas dengan durasi 3 menit 4. Memahami al-qur’an dan pendalaman agama secara baik

5. Membawa foto diri ukuran post card 3R (close up) sebanyak 1 lembar 6. Mengisi Formulir pendaftaran

Pola audisinya pun hampir sama dengan kompetisi lainnya, keputusan juri dan panitia tidak dapat diganggu gugat. Dan kriteria penjuriannya adalah sebagai berikut :

1. Orator 2. Komedian 3. Cute 4. Multitalent5

Pemilihan Daí Cilik yang sudah dilakukan sejak dua tahun yang lalu, memberikan dampak yang positif buat anak-anak dan orang tua. Hal ini terlihat dengan ke antusiasan anak-anak, untuk mengikuti Audisi Pemilihan Daí Cilik di seluruh Indonesia. Kalau di Data terlihat sekali kemajuan anak-anak yang mendaftar. Mulai dari Pildacil 1 yang hanya diselenggarakan di beberapa kota di pulau jawa saja, telah menarik simpati masyarakat Indonesia, untuk mengikuti Audisi pildacil selanjutnya. Disetiap pemilihan hampir di setiap kota terjadi peningkatan 2 sampai 3 kali lipat peserta yang daftar, bahkan di Pildacil 5 jumlah peserta yang mendaftar cukup banyak hingga audisi yang di bandung harus ditutup karena banyaknya peserta yang ingin mendaftar.

5

Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil, M. Ilham Sembodo, Jakarta, November 2007.


(45)

45

Pemilihan Daí Cilik, mulai dari Pildacil I sampai pildacil 4 tampak sekali ke khasan setiap episodenya. Contohnya : Pildacil I peserta yang tergabung di pildacil I dibentuk menjadi seorang Daí yang penuh dengan keseriusan berdaí untuk sasaran orang tua, dan bisa membuka katup otak pemirsa seluruh Indonesia tentang Pildacil. Pildacil II mulai merekrut daí-daí cilik yang berkompeten dari beraneka macam sisi, ada yang mengedepankan kedaerahannya, bakat seninya, bakat suaranya, bahkan performance dirinya. Pada pildacil III, membentuk daí-dai cilik yang kuat akan nilai entrepreneur. Sehingga pada Daí cilik III terlihat karakter yang lepas ketika menguasai masa dan tidak ada beban, karena karantina membentuk mereka sesuai dengan adapatasinya di atas panggung. Pada pildacil IV, karantina menyelami lebih dalam tentang karakter yang dimiliki oleh Daí-daí yang lolos audisi. Pada pildacil 4 terlihat keluarnya karakter alami yang dimiliki anak-anak sesuai tahap perkembangannya. Ada yang mempunyai karakter berani, maka mewujudkan performance ceramahnya dengan berani tanpa ada beban hafalan sedikitpun. Pada Pildacil Best of The Best, penggabungan dari semua konsep dari pildacil I sampai pildacil IV, dan yang muncul sebagai bintang dari semua bintang adalah anak yang mengedepankan metode berceramahnya dengan karakter-karakter yang mereka miliki dan keluar dengan alami pada saat berceramah, dan itu dibuktikan dengan munculnya 2 orang Daí cilik yang berasal dari Pildacil IV.6 Maka dari itu di Pildacil V ini dari keempat konsep yang pernah dilaksanakan di pildacil sebelumnya akan digabungkan dan para pembimbing sangat berharap dapat menghasilkan yang terbaik dari pildacil V

6


(46)

bukan hanya dari segi anak-anak tapi juga faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembinaan mereka di karantina agar kelak menjadi da’i yang menmberikan tauladan bukan hanya baik di depan para pemirsa televisi atau bukan hanya ingin mendapatkan hadiahnya tapi lebih dari itu, karantina berharap menjadikan mereka dan membentuk karakter mereka untuk menjadi seorang da’i cilik yang dapat memberikan manfaat dan tauladan yang baik dengan gaya mereka yang masih anak-anak bukan malah memaksakan mereka menjadi da’i yang dewasa sebelum waktunya.

Karantina Pildacil V yang berada di jalan cinere raya, komplek perumahan Panorama bukit cinere, depok jawa barat. Dalam memenuhi keperluan karantina pihak Lativi menyewa 3 rumah yang cukup besar yang mempunyai 2(dua) lantai, 1(satu) rumah untuk anak-anak Pildacil dan para pembimbingnya dan 2(dua) rumah lainnya untuk para orang tua dan kru lativi, berbeda dengan karantina Pildacil IV pada saat itu yang memakai Asrama di daerah Cibubur, pada Pildacil V ini seluruh anak-anak Pildacil berada dalam satu rumah, bergabung dengan para pembimbing yang berjumlah 6(enam) orang, dengan komposisi 1(satu) orang kepala sekolah dan 5(lima) pembimbing yang terdiri dari 3 orang ikhwan dan 2 orang akhwat, sehingga kedekatan antara pembimbing dengan para anak-anak dacil dapat dengan cepat terbangun karena intensitas yang cukup sering dan membuat pembimbing dapat dengan mudah membaca karakter masing-masing anak hingga dapat dengan cepat membangun pola komunikasi dan pola pembinaan yang sesuai untuk setiap karakter anak.7 Bahkan anak-anak di pisah dari orang

7

Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil, M. Ilham sembodo, Jakarta, November 2007.


(47)

47

tua dari latihan sampai tidur, ada saat-saat tertentu para orang tua dapat menemani anak-anaknya tapi tidak secara penuh, ini dilakukan karena untuk menghindari preasure atau tekanan dari orang tua yang berlebihan sehingga dapat mengganggu penampilan mereka dan proses pembentukan mereka selama di karantina Pildacil V. 8

E. Stuktur Organisasi Karantina Pildacil V

STRUKTUR ORGANISASI KARANTINA PILDACIL LATIVI9

8

Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil, M. Ilham Sembodo, Jakarta, November 2007.

9 Ibid.

Lativi

PIC Karantina

Kepala Rumah Tangga PILDACIL

Wakil Ka. RT Pildacil

Driver Pengurus Rumah

Juru Masak

Juru Cuci Piring

Pembimbing

Kepsek Karantina Penanggung Jawab Materi/Psikologi

Karantina


(48)

F. Program pembinaan pada karantina Pildacil V

PROGRAM PEMBINAAN PILDACIL V10

No Program Sebab Diperlukan Waktu PJ Uraian Kegiatan Pronogsa

01 IBADAH Adanya kebutuhan mengenalkan, mengerjakan dan membiasakan ibadah kepada peserta 04.00 sampai jam 04.00 pagi lagi Bapak Asrama dkk

Shalat Fajar, Shalat duha, Shalat Sunat rawatib dan Zikir, Doa, Tilawah, Kultum serta Qiyamulail dll. Insya Allah program jadi milik peserta Akselarasi program

02 20

KARAKTER

Kebutuhan mendesak agar ada internalisasi karakter kepada peserta Terutama dalam memberikan kekuatan dalam materi 07.30 – 09.30 ( rutin ) dan Setiap kesempatan Bapak Asrama dkk

Empati – Penolong – Terbuka – Toleransi – Peduli – Humor – Respek – Loyal – Sabar – Damai – Penuh motivasi –

Tanggungjawab – Jujur – Disiplin – Kooperatif -

Perubahan pada tingkah laku peserta Peserta semakin dalam mengenal karakter tokoh dalam materinya 03 MATERI TAMBAHAN (konsep diri) Kebutuhan peserta akan kuatnya penampilan dan sejenisnya

15.00 – 17.30 Idem Olah Tubuh – Olah Vokal – Olah Tempat

Peserta lebih enak dan mudah dalam penampilan 04 COMMUNITI ES SERVICE LEARNING Peserta membutuhkan bentuk kongkrit dari nilai-nilai

Setiap hari selasa atau kamis

Idem Conditioning Magang, kerja di tempat umum

Hands On dari Minds on materi 05 TOUR

PERFOMANC E Peserta membutuhkan wahana ekspresi Setiap ada kesempatan Idem Conditioning Kunjungan dan

Penampilan di SD Islam sejenis, Majlis Ta’lim dan sejenis

Peserta bangkit harga diri

Pembiasaan

06 EDUCATION

AL FIELD TRIPS Peserta membutuhkan keseimbangan aktifitas Tiga kali selama program

Idem Kunjungan ke tempat yang sdh ditentukan Sharing dan Jurnal

Peserta senang dan tetap semangat

07 TEMU

TOKOH Peserta membutuhkan idola Setiap hari jumat Idem Persiapan Kunjungi Tokoh untuk memberikan dukungan motivasi

Peserta mendapat semangat 08 PELAJARAN

SEKOLAH

Sebagian peserta di tengah ujian sekolah

Setiap rabu dan kamis

Idem Pendampingan KBM Anak-anak

merasa tenang dalam berlomba 09 MATERI

ORANG TUA

Orang tua

membutuhkan konsep parenting yang patut

Tiga sampai empat kali selama program Tim Parenting Assesment Pelatihan Komunikasi dan Pendidikan Anak Patut Konsultasi Orang tua mendapat paradigma baru 10


(49)

49

G. Sarana dan prasarana yang ada di Karantina Pildacil V

Sarana dan prasarana yang ada di karantina pildacil 5 sebagai berikut : 1. 2 (dua) buah mobil operasional Lativi.

2. 1 (satu) buah Laptop.

3. Ratusan buku cerita anak dan remaja serta novel islami untuk menambah wawasan para penghuni karantina dari anak-anak, kakak pembimbing, orang tua hingga kru lativi.

4. Puluhan mainan anak-anak yang menunjang kegiatan karantina mulai dari fuzzle sampai permainan melatih otak.

5. Bola basket, bola tendang, bola voly dan raket serta matras untuk menunjang kegiatan olah raga anak-anak.

6. Alat-alat penambah kreatifitas seperti ( buku gambar, pulpen, pensil, rautan, penghapus, crayon, cat air dan lain-lain).

7. 1 (satu) buah printer untuk menujang pembuatan naskah.

8. 2 (dua) buah radio untuk menunjang program pelatihan konsep diri dan latihan menari di karantina.

9. Buku fiqh, shiroh nabawiah, aqidah dan alqur’an untuk menunjang pembuatan naskah.

10. 1 (satu) buah gitar untuk menunjang kreativitas anak serta menimbulkan keceriaan pada anak.

11. Kertas Hvs dan asturo untuk menunjang pembuatan naskah dan kreativitas anak.


(50)

12. Obat-obatan untuk menunjang kesehatan anak-anak dacil dan para penghuni karantina.

13. Kaset nasyid dan cd film anak-anak untuk menambah wawasan anak.11

H. Keadaan Da’I Cilik pada saat datang ke Karantina Pildacil V

16 anak yang terpilih menjadi Da’I Cilik dari seluruh indonesia, berkumpul di sebuah rumah yang biasa di sebut Rumah Dacil. Bermula mereka di seleksi dari daerahnya masing-masing. Antara lain : Jakarta terpilih Da’i asal ciputat tanggerang : Farhan, Da’i asal Depok Wafa dan Da’i asal Serang Banten Irun . Bandung terpilih da’i asal kabupaten Bandung Pipit dan Da’i asal Cimahi Arul. Jogyakarta terpilih Da’i asal jogya yayank dan Da’i asal Pati Qarin. Surabaya terpilih Da’i asal tulungagung Kiky dan Da’i asal Probolinggo Alan. Medan terpilih Da’i asal Langkat Fahri dan asal medan Sari. Palembang terpilih da’i Fatur. Banjarmasin (KalSel), terpilih Royyan. Samarinda ( KalTim) terpilih Rizali. Balikpapan terpilih Nanda. Makasar terpilih Eko. Ke- 16 Dacil ini di tatar, dibina, ditempa demi mengikuti sebuah kompetisi besar yang diselenggarakan oleh Lativi, yaitu Pildacil ( Pemilihan Da’I Cilik). Da’i Cilik yang terpilih dari 10 kota besar di Indonesia, datang dengan didampingi oleh salah satu orangtuanya atau kerabatnya.

Masa-masa awal di karantina Pildacil, belum terlihat karakter dari masing-masing anak dan apa kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak-anak ini sebelum mereka masuk dalam karantina Pildacil, namun dari hasil beberapa percakapan dengan beberapa anak dacil pada saat mereka datang,

11

Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil 5, M. Ilham smbodo, Jakarta, November 2007.


(51)

51

ternyata beberapa diantara mereka memang mempunyai kecerdasan yang luar biasa, dari yang sangat senang membaca sampai senang ber olahraga, dan yang lebih mengejutkan adalah ketika para dacil dengan inisiatif sendiri melakukan shalat tahajud bersama pada malam pertama di rumah dacil, subhanallah, sungguh hal yang sangat luar biasa untuk ukuran usia mereka. Namun masih tampak jelas beberapa Da’i yang belum nyaman dan perlu dipancing terlebih dahulu baru berbicara : Seperti Qarin, Alan, Kiky, Eko, Arul. Namun juga ada Dacil yang sudah sangat aktif dan tidak malu-malu lagi berbicara, seperti Royyan, Pipit, Wafa, Irun dan yang lainnya hanya berbicara seperlunya. Begitu banyak keunikan dan kepolosan yang tampak dan yang dapat terlihat dari masing-masing anak.

Proses pembinaan yang dilakukan oleh karantina pildacil sangat berharap dapat menghasilkan da;i yang berkualitas tidak hanya dari segi performance tapi juga berhasil mencetak da’i-da’i yang mempunyai suri tauladan dan dapat menjadi da’i yang dapat melakukan apa yang dia katakan bukan da’i yang tidak melakukan apa yang mereka katakan.


(52)

52

ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DA’I

CILIK DI KARANTINA PILDACIL V LATIVI JAKARTA

A. Manajemen Program Pembinaan Da’I Cilik pada karantina pildacil V

Salah satu tayangan yang menarik dan nampaknya mendapatkan apresiasi fositif dari masyarakat luas adalah pemilihan da’i cilik, yang biasa disingkat dengan Pildacil. Sebagaimana yang diharapkan, pildacil adalah tontonan yang menarik dan mendidik bagi anak-anak kita. Karena itu perlu analisis yang mengaitkan antara pildacil sebagai produk media televisi dengan visi pendidikan dunia anak. Dua sector ini, televisi dan anak memang sangat berkaitan. Visi pendidikan dapat teraplikasi dan dapat kita lihat pada program apa saja yang dilakukan selama mereka para dai cilik berada dalam karantina pildacil.1

1. Penetapan program pembinaan pada karantina Pildacil V

Penetapan program berdasarkan jangka waktu maka program pembinaan yang ada di karantina adalah :

a. Jangka Panjang :

Membina serta melatih mental para da’i cilik selama 4 bulan di karantina serta mencetak para da’i cilik yang berkualitas dalam berdakwah di Televisi maupun di lingkungan masyarakat.

1

M. Fauzil Adzim, Ruang Ekspresi Alternatif Anak, diakses pada 27 oktober 2007 dari www.Republika.com.


(53)

53

b. Jangka Menengah :

1. Pelatihan Konsep Diri Peserta Pildacil adalah semacam pelatihan yang diberikan oleh pembimbing kepada para dai cilik untuk menunjang penampilan mereka saat live dan menambah kepekaan mereka terhadap lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Seperti Music Connection tujuannya adalah Melatih bahasa tubuh dan mencairkan suansana, ekspresi diri tujuannya adalah melenturkan artikulasi, melatih pemakaian informasi dengan tepat dan menghayati peran, kata berkait tujuannya adalah merangsang kreatifitas dan spontanitas, magic number tujuannya adalah melatih kesabaran, mempererat keterikatan hati dan membaca karakter peserta, rancang bangun tujuannya adalah mengasah team work/leadership, merangsang kreatifitas dan belajar menghargai diri sendiri dan orang lain, melukis lagu tujuannya adalah mampu membuat sebuah karya sesuai situasi dan kondisi peserta, mengasah argumentasi peserta dan peka, memunculkan sifat simpayi dan empati peserta terhadap lingkungan disekitar, cermin diri tujuannya adalah melatih gerakan atau kinestatis tubuh dan menjadi diri sendiri lebih nikmat dari pada menjadi orang lain, perang kertas tujuannya adalah belajar mengendalikan emosi.2

2. Comunities Servis Learning seperti mengadakan ngamen disekitar daerah karantina, kegiatan ini berjalan selama 2kali selama

2


(54)

karantina berlangsung, dan mendapatkan uang sekitar 120.000 rupiah dan uang hasil mengamen anak-anak dacil diberikan kepada kakak pembimbing untuk diserahkan kepada anak yatim yang membutuhkan.3

3. Tour Performance yaitu kunjungan penampilan dan ceramah di sebuah SMU, mesjid atau majelis taklim sebagai wahana ekspresi peserta dan pembangkit harga diri peserta agar ketika mereka tampil di depan kamera lebih percaya diri. Program ini berjalan sebanyak dua kali selama di karantina yaitu di Mesjid Al-Barokah Depok Timur dan di SMU Yapemri Depok masyarakat pun sangat antusias melihat para dacil beraksi di depan masyarakat.4

4. Educational Field Trips yaitu kunjungan ke tempat wisata sebagai program penyeimbang dan sebagai sarana hiburan agar dapat menambah semangat untuk para dacil dan seluruh elemen yang ada di karantina Pildacil 5. Kegiatan ini berlangsung sebayak 14 kali yaitu ke Curuq Cilember, Planetarium, Monas, Gunung Mas, Sea World, Keong Emas TMII, Gelanggang Samudra, Pasir Mukti, Ice World, Villa Mira milik Menpora Adiyaksa Dault, Taman Bunga Nusantara, Gondola, Fun World, dan ke Dufan.5

5. Materi Orang Tua yaitu program yang diadakan untuk menunjang program pembinaan yang ada di karantina Pildacil 5, kegiatan ini berjalan sebanyak 6 kali yang materinya berisi antara lain tentang Pola asuh anak dan Pola komunikasi Pembinaan anak. Dan

3 Ibid. 4

Ibid. 5


(55)

55

pembicara yang mengisi dalam pelatihan Orang tua antara lain adalah Ibu Ery Soekrisno, Bpk Irwan, Bpk Bendri, Bpk Dodo, Bpk Agus dan Bpk Udin.6

c. Program jangka pendek :

Program jangka pendek yang dilaksanakan selama di karantina Pildacil adalah program harian yang terdiri dari kegiatan ibadah harian seperti shalat wajib, shalat sunnah seperti (shalat tahajud, shalat duha, shalat sunnah rawatib, dll.), kultum pada saat ba’da shalat subuh oleh kakak pembimbing, bedah ayat oleh kakak pembimbing secara bergantian dan disusul oleh anak-anak dacil secara bergantian pula, tilawah, bedah hadits oleh kakak pembimbing dan anak-anak dacil secara bergantian serta dzikir dan doa yang dilakukan secara bergantian antara para dacil dan kakak pembimbing.

2. Penjadwalan dan penetapan tempat program pembinaan

Dalam hal penjadwalan program pembinaan yang ada di karantina Pildacil terbagi dalam beberapa jenis yaitu :

a. Kegiatan yang dilakukan setiap hari seperti ibadah harian, kultum, bedah ayat, tilawah, bedah hadits, shalat sunnah, olah raga, sekolah, latihan hafalan dan latihan performance dll. Kegiatan ini dilakukan di rumah dacil setiap hari baik di lantai satu maupun di lantai dua serta di sekitar komplek panorama bukit Cinere.

b. Kegiatan yang dilakukan setiap minggu seperti educational field trips atau jalan-jalan yang dilakukan setiap minggu untuk membuat para

6 Ibid.


(56)

dacil, orang tua serta pembimbing merasa senang dan refresing setelah selama 5 hari para dacil, orang tua serta para pembimbing bekerja keras dalam melatih, berlatih, menghafal naskah dan melatih performance para dai agar dapat tampil baik di layar televisi, kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa ke tempat-tempat wisata yang dapat menghibur, setelah itu ada juga pelatihan orang tua yang dilakukan pada Selasa malam, yang materinya tentang pola asuh anak dan juga agar para orang tua tidak terlalu mengintervensi anak-anak dalam hal penampilan agar anak-anak pun tidak merasa terbebani oleh intervensi orang tua yang kadang tanpa sadar mereka lakukan agar si anak dapat tampil dengan baik tanpa mengindahkan sebatas mana anak tersebut punya kemampuan dan dapat melakukan apa yang diinginkan oleh orang tua. Selain itu juga ada pelatihan untuk para dacil yaitu pelatihan konsep diri, agar para da’i dapat merasa percaya diri dengan apa yang ada pada dirinya, dengan materi yang sangat beragam dari pelatihan olah vokal hingga olah tubuh, pelatihan ini dilakukan pada setiap senin malam setelah evaluasi massal yang dilakukan oleh kakak pembimbing dan para da’i, pelatihan dilakukan di lantai dua rumah dacil. Selain itu juga ada evaluasi massal yang dilakukan di rumah dacil setiap hari senin malam agar para dai tahu mana yang salah dan mana yang harus diperbaiki dalam penampilan mereka.7

7 Ibid.


(57)

57

3. Penetapan biaya program Pembinaan

Penetapan biaya program pembinaan ada yang dilakukan oleh pihak Lativi yang ada di karantina seperti pembiayaan program educational Field Trips, transportasi yang dilakukan para dai untuk ke sekolah serta pembiayaan untuk kesehatan mereka seperti pergi ke dokter, pembelian obat-obatan, vitamin dan makan para dacil, orang tua serta pembimbing. Dan ada juga pembiayaan yang dilakukan oleh pembimbing, seperti pembelian alat-alat penunjang pembinaan seperti buku-buku, perlengkapan sekolah, pensil warna, buku gambar, dan berbagai macam alat permainan.8

4. Proses Manajemen Program Pembinaannya

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.9 Dan manajemen yang baik adalah apabila setiap unsur yang ada dapat dijalankan dengan baik dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam karantina Pildacil ini adalah terbentuknya karakter para dacil yang menunjukkan bahwa mereka adalah para dacil yang memang benar-benar da’i yang bisa berdakwah bukan Cuma bisa menyampaikan kata-kata yang sudah terkonsep dengan baik dalam naskah ceramah mereka tetapi memang mereka punya kemampuan yang baik

8

Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil, M Ilham Sembodo, Jakarta, November 2007.

9

James A.F. Stoner, Management, Prentice / Hall International, Inc., Eng-jewood Cliffs, New York, 1982, h. 8


(58)

dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah karena terpancar dari dalam diri mereka serta mereka dapat dengan baik tampil dalam penampilan mereka di layar televisi. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dalam pembinaan Pildacil ini adalah :

a. Perencanaan Program

Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuan-tujuan dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu.10

Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus ada sebuah perencanan yang matang dalam menentukan program apa saja yang bisa membuat tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud, dalam pembuatan program pembinaan para dai pada karantina Pildacil V ini ada beberapa program yang memang sudah pernah dilakukan pada pildacil-pildacil sebelumnya seperti pelatihan konsep diri, pembentukan 20 karakter, educational field trips, comunities servis learning, tour preformance, pelajaran sekolah serta program ibadah namun belum berjalan baik dalam pengorganisasiannya dikarenakan karantina hanya berjalan selama 2 bulan jadi waktu yang ada selama karantina hanya terkuras untuk memperbaiki kualitas ceramah mereka saja hingga hampir tidak ada waktu untuk membahas serta memberikan program yang dapat meningkatkan kualitas mereka secara ibadah maupun akhlak, ini sangat berbeda dengan yang di alami pada Pildacil V, pada Pildacil V karantina berjalan selama 4 bulan penuh

10

T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1998), Cet. Ke-13, h.23


(59)

59

maka program yang belum berjalan maksimal pada pildacil sebelumnya karena kendala waktu dimasukkan kembali dalam program Pildacil V dan ditambah program untuk orang tua serta program temu tokoh yang sangat diharapkan dapat membantu proses pembinaan yang dijalankan pada karantina, penyusunan program dilakukan oleh kepala sekolah pildacil atau bisa juga disebut sebagai manajer, secara umum ”manajer” berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya.11 Penyusunan program dilakukan oleh manajer atau kepala sekolah Pildacil berdasarkan pengalaman-pengalaman pada Pildacil-pildacil sebelumnya, karena ketika perekrutan awal para pembimbing, program yang ada telah disusun oleh kepala sekolah Pildacil dan dimasukkan ke dalam modul Pildacil 5 interaktif, jadi ketika para pembimbing telah terekrut, para pembimbing tinggal menjalankan program yang telah disusun serta melakukan upaya-upaya yang harus dilakukan dalam penerapan program yang ada hingga dapat berjalan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah 1) penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah

11


(60)

tujuan, 3) penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.12 Berdasarkan teori yang ada di atas pengorganisasian yang ada pada karantina Pildacil 5 adalah setelah manajer atau kepala sekolah menetapkan program yang sesuai berdasarkan tujuan maka kepala sekolah menentukan siapa yang akan menjadi koordinator dalam masing-masing program dari persoalan ibadah harian siapa yang akan menjadi imam dalam sholat, kultum dan bedah ayat, penentuan yang menjadi koordinator dalam pelatihan konsep diri, hingga yang menjadi kakak asuh untuk masing-masing anak ini dilakukan pada pembinaan karantina karena untuk memudahkan para pembimbing untuk membaca karakter anak dan agar para pembimbing dapat fokus dalam memantau para dacil dari segi ibadah, psikologi, maupun dalam hal pembentukan karakter. Masing-masing pembimbing diberikan kewenangan untuk menggali potensi yang ada dalam diri masing-masing anak yang menjadi tanggung jawab dari masing-masing-masing-masing pembimbing, hingga dari hasil menggali tersebut dapat diketahui karakter anak setelah diketahui karakter masing-masing anak itu akan lebih memudahkan pembimbing untuk menemukan cara yang efektif untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dalam proses pencapaian

12


(61)

61

tujuan pembinaan, dan tentunya ini semua sudah sangat sesuai dengan teori pengorganisasian yang ada menurut penulis.

c. Pengarahan

Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun, langkah berikutnya adalah menugaskan para karyawan untuk bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan pemimpin seperti komunikasi, motivasi dan disiplin.13 Dalam hal pengarahan kepala sekolah Pildacil sangat membantu para pembimbing untuk menentukan sikap dan bertindak dalam membina para dacil, dalam setiap evaluasi yang dilakukan para pembimbing, kepala sekolah pildacil selalu memberikan masukan-masukan tentang pola pembinaan yang efektif serta penanganan anak-anak yang baik apabila para pembimbing merasa kesulitan dalam menangani anak didiknya, dalam fungsi ini kepala sekolah pildacil dan para pembimbing selalu mendiskusikan permasalahan yang ada selama proses karantina dan langsung menentukan solusi yang tepat sehingga permasalahan yang timbul tidak terlalu berlarut-larut dan bisa segera diatasi, selain memberikan arahan yang baik guna mencapai tujuan yang diinginkan, kepala sekolah juga selalu memberika motivasi kepada para pembimbing baik pada saat evaluasi berlangsung maupun secara personal.

13


(1)

polos yang siap ditulis dengan apapun, maka dari itu orang tua atau pembimbing harus berhati – hati dalam memberikan asupan kepada anak didik ataupun anak kita, tentu asupan terbaik yang sesuai dengan tuntutan islam yang diperlukan. Dan juga yang menjadi sorotan bagi penulis adalah kru Lativi yang menjadi salah satu penghuni karantina dan menjadi factor dalam sistem pembinaan juga mendapat respon namun tidak maksimal dari pembimbing, para kru Lativi yang kurang mengetahui tentang anak – anak dan kurang dalam pengetahuan islam diajak secara personal itupun hanya perbincangan antara individu yang sedikit – sedikit menyerempet pada hal ke islaman dan anak – anak, tetapi tidak begitu maksimal, lain dengan para orangtua yang juga menjadi faktor dalam system pembinaan, orang tua dibuatkan program oleh pembimbing untuk mencerahkan para orang tua utnuk mengetahui tentang pola asuh anak, dan inipun berjalan sangat baik dan memberikan output yang baik, jika hal serupa dilakukan pada kru Lativi secara maksimal tidak hanya personal, inipun akan sangat berdampak baik bagi sistem pembinaan dan pada kru Lativi itu sendiri. Dalam sebuah sistem pembinaan, sesungguhnya antar faktor-faktor memiliki hubungan fungsional yang saling mendukung dan berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan seperti faktor pendidik yang ahli dalam bidangnya, anak didik yang cerdas, materi yang baik, metode yang tepat, alat pembinaan yang mendukung proses pembinaan, tujuan yang jelas sertalingkungan yang mendukung akan sangat berpengaruh dalam sebuah proses pembinaan. Apabila salah satu faktor yang ada belum maksimal dijalankan maka sistem tersebut belum bisa dikatakan sukses, dalam hal ini karantina masih ada beberapa faktor yang belum


(2)

maksimal dijalankan jadi, karantina belum sukses untuk membentuk sistem pembinaan yang baik, dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan dalam karantina Pildacil V, karena belum maksimal menjalankan salah satu faktor yaitu membentuk lingkungan yang kondusif untuk sebuah proses pembinaan dengan segala keterbatasannya.


(3)

84

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dari pembahasan mengenai manajemen program dan sistem pembinaan pada karantina Pildacil 5 Lativi, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Manajemen program yang dilakukan dan diterapkan pada karantina sudah baik dan dapat dikatakan efektif guna menunjang, sistem pembinaan yang juga dilakukan pada karantina Pildacil 5 ini terlihat dari program yang ada dapat dijalankan dengan baik, oleh para pembimbing, walaupun ada beberapa program yang masih belum maksimal dilakukan.

2. Sistem pembinaan pun berjalan dengan baik ini, namun belum sempurna dilakukan ini dapat dilihat dari beberapa program yang diadakan sangat memperhatikan dan memenuhi faktor yang memang harus ada dalam sistem pembinaan namun masih belum maksimal dijalankan oleh pembimbing. Sehingga proses pembinaan pun belum dapat dengan sempurna dijalankan.

B. Saran-saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan antara lain, yaitu:

1. Memaksimalkan program yang ada untuk dilakukan, karena ada sebagian program yang belum maksimal dilakukan oleh pembimbing seperti communities servis learning dan temu tokoh, Penulis yakin apabila


(4)

program ini dilakukan secara maksimal akan menambah kekuatan lagi dalam pembentukan karakter para da,i dan penambah semangat serta penambah kepercayaan diri dalam penampilan di depan kamera.

2. Untuk pihak lativi agar dapat lebih creative dalam mengemas acara Pildacil ini dan sekiranya pihak lativi dapat memahami karakter anak serta kebutuhan anak jangan hanya untuk kepentingan komersial saja.

3. Untuk pihak pembimbing agar lebih memperhatikan lebih detail, factor apa saja yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap proses pembinaan di karantina Pildacil V, sehingga proses pembinaan dapat dengan sempurna dijalankan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abda, Slamet Muhaimin, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, Cet. Ke-1.

Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta: Pustaka Amani.

Ali, M. Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Arikunto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, Yogyakarta: Bina Aksara, 1998.

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. BP-4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: 1984.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Habib, M. Syafaat, Pedoman Dakwah, Jakarta: PT. Bumi Restu, 1987. Cet. Ke-1. Hadi, Soetrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1992, Cet.

Ke-21.

Hasan, Umar, Mencari Ulama Pewaris Nabi, Bekasi: Dakta FM, 1979.

Hasibuan, H. Malayu S.P., Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet. Ke-1.

Herujito, Yayat M, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: PT. Grasindo, 2001, Cet. Ke-1.

Lubis, Satria Hadi, Menjadi Murobbi Sukses, Jakarta: Kreasi Cerdas Utama, 2002. Manulang, M, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996, Cet.

Ke-15.

Moeloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998, Cet. Ke-2

Muchtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al Amin Press, 1996.

Nasution S., Azas-azas Kurikulum, Bandung: CV Jenimar, 1975.


(6)

Poerwadarminto, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Pusat Pembinaaan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986, Cet. Ke-IX.

Qaradhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Rafi’udin dan Djalil Abdul Manan, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001, Cet. Ke-2.

Sabri, H. M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. Ke-1.

Sofian Efendi, dan, Singarimbun, masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, Cet.Ke-1

Syukri, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, Cet. Ke-2.

Ulwan, Nasihin, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Bandung: CV Asy Syifa, 1981, Cet. Ke-3.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-Qur’an, 1973, Cet.Ke-1.

Yanni dan Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 1991.

Zurinal Z, Hj. dan, Sayuti, wahdi, Ilmu Pendidikan Islam : Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. Ke-1.