BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu unsur yang sangat penting dan menunjang keberhasilan atau lembaga atau instansi dalam pelaksanaan kegiatan yang telah disepakati
adalah manajemen, dan untuk mencapai sukses maka tentulah diperlukan suatu komitmen dan kerjasama dalam organisasi tersebut serta kegiatan-
kegiatan yang dimanage dengan baik. Di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan mempunyai suatu
tujuan yang dapat dimiliki oleh semua orang yang terlibat di dalamnya, karena setiap orang atau manusia yang hidup di alam ini mempunyai suatu tujuan
juga, yaitu suatu tujuan yang telah disusun dengan sebaik mungkin. Tetapi apabila suatu tujuan tersebut tidak diterapkan atau tidak direalisasikan dalam
suatu kesatuan atau keterkaitan yang disusun dari suatu perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan atau yang kita kenal pada
zaman sekarang yaitu ilmu manajemen, maka tujuan yang dicapai nantinya tidak dapat berjalan dengan baik.
Manajemen sebagai proses suatu kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain, memiliki peran yang
sangat penting, sebagai unsur utama pelaksanaan suatu kegiatan sehingga tidak terjadi miss manajemen dalam melaksanakan kegiatan nantinya.
1
1
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996, Cet. Ke-15, h. 14
Manajemen didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung dari titik pandang, keyakinan serta pengertian dari pembuat definisi. Secara umum
pengertian manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara
menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Pengelolaan itu terdiri dari bermacam ragam, misalnya berupa pengelolaan industri, pemerintah,
pendidikan, pelayanan sosial, olah raga, keilmuan dan lain-lain. Bahkan hampir setiap aspek kehidupan manusia memerlukan pengelolaan. Oleh
karena itu, manajemen ada dalam setiap aspek kehidupan manusia di mana terbentuk suatu kerjasama Organisasi.
2
Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan cinta kasih, rasa keadilan, hati nurani, kepedulian sosial dengan lingkungan, karena manusia
akan semakin menjadi hedonis dan konsumeristik. Dan tanpa adanya Manajemen suatu dakwah mungkin tak akan terukur apakah ia dapat berhasil
atau tidak dan bahkan kita tak bisa mengetahui apakah pesan-pesan dakwah kita dapat sampai ke relung-relung hati masyarakat, karena apabila dakwah
pun tidak di manage dengan baik maka ia akan sangat mudah di saingi oleh kebathilan yang sekarang ini marak dan sampai-sanpai di manage dengan
begitu rapinya, hingga cukup sangat berkembang di masyarakat dan digemari, terlebih lagi disiarkan oleh kotak ajaib yang dinamakan Televisi maka akan
semakin mudahlah sebuah nilai-nilai keburukan di konsumsi masyarakat terlebih anak-anak, dari usia anak-anak hingga orang tua sangat gemar melihat
Televisi hingga informasi yang baik bahkan yang buruk dapat sangat mudah
2
Yayat M.,Herujito, Dasar-dasar Manajemen Jakarta: PT. Grasindo, 2001, Cet. Ke-2, h. 2
masyarakat dapatkan dan sangat mudah mempengaruhi masyarakat dari cara berfikir hingga bertindak.
Pada saat sang ”penguasa informasi” menyebarkan propaganda dan faham-faham yang dianutnya ke seluruh dunia, sehingga tersingkaplah tirai
bambu, bahkan tirai besipun tercabik-cabik oleh derasnya serbuan informasi 24 jam ’nonstop’ seakan tak pernah mengalami kematian, maka masuklah
film-film, telenovela-telenovela, musik-musik dan berbagai hasil budaya ’mereka’ sampai ke dapur-dapur kaum muslimin di seluruh belahan bumi,
kemudian terjadilah penetrasi nilai-nilai yang diusung oleh semua produk informasi tersebut secara perlahan namun pasti, menembus pasar qalbu para
pemirsanya. Sungguh sangat miris dan sangat disayangkan ketika anak-anak
Indonesia berubah menjadi shincan bukan menjadi sosok seperti Ali ra serta bocah-bocah Palestina yang terlalu sibuk untuk memperjuangkan islam atau
bahkan menjadi Da’i-da’i cilik, saat para remaja sangat mengidolakan Boyband Flower Four
F4 bukan mengidolakan Rasulnya, saat ibu-ibu muda melupakan majelis taklim dan lebih memilih pergi ke Mall, ketika para bapak-
bapak mulai lebih memilih menonton bola atau acara olahraga lainnya dibandingkan menemani anak shalat berjamaah atau belajar. Pada saat dakwah
islammiyah sudah tidak menarik lagi, majelis taklim, mushalla dan mesjid sudah tidak berpenghuni dan saat inilah dakwah islam mulai di tantang untuk
tetap memiliki nilai jual agar tetap laku dipasaran sebagaimana begitu lakunya tayangan sinetron dan tayangan lainnya.
Pildacil adalah salah satu tayangan Televisi yang disiarkan oleh Lativi yang mengangkat tentang hal-hal religius yang mengambil format acara
perlombaan untuk mencari da’i-da’i cilik yang mempunyai semangat yang tinggi yang mempunyai kemampuan untuk berceramah atau memberikan
tausyiah dengan cara mereka dan dengan gaya mereka yang masih anak-anak, sangat polos dan sangat menarik, sehingga dapat cukup menarik perhatian
pemirsa televisi di Indonesia dari anak-anak hingga orang dewasa, selain mendidik acara ini juga mengusung pesan-pesan dakwah, akan tetapi anak-
anak yang menjadi da’i dalam acara ini sangat mungkin bukan anak yang begitu sempurnah namun mereka cumalah anak-anak yang mempunyai
semangat dan pemahaman agama yang sangat luar biasa untuk ukuran seorang anak-anak seusia mereka, untuk dapat membuat mereka menjadi seorang da’i
yang bukan Cuma bisa menyampaikan tapi juga mampu mengugah hati para pemirsa sehingga pesan dakwah bisa sampai kepada mereka yang melihat
acara ini, sudah pasti itu sangat berkaitan dengan pembinaan yang dilakukan selama mereka di karantina, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian tentang program pembinaan apa saja yang dilakukan untuk menunjang peningkatan penyampaian kualitas ceramah mereka buka Cuma
untuk masyarakat yang melihat tapi terlebih untuk mereka sendiri yang menjadi objeknya agar menjadi tauladan yang baik untuk masyarakat terlebih
lagi setelah mereka lepas dari karantina.
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas maka penulis mengambil judul MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DAI CILIK PADA
KARANTINA PILDACIL V LATIVI JAKARTA.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah