Sistem Pembinaan Da’i cilik pada Karantina Pildacil V

63 menghafal naskah dan apabila ada permasalahan mendadak yang menuntut para pembimbing untuk segera mengadakan evaluasi.

C. Sistem Pembinaan Da’i cilik pada Karantina Pildacil V

Sistem menurut Zahara Idris yang dikutip dalam buku Ilmu Pendidikan Islam karangan Hj Zurinal Z, siatem diartikan dengan suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai hasil. 15 Proses suatu sistem dimulai dari masukan input kamudian diproses processed dengan berbagai aktivitas dengan melibatkan berbagai komponen atau elemen yang ada dalam suatu sistem untuk menghasilkan keluaran output. 16 Proses pembinaan atau pendidikan adalah kerja sebuah sistem yang di dalamnya ada 7 faktor atau komponen yang saling mengisi dan saling berhubungan secara fungsional. Jika salah satu faktornya tidak berfungsi maka secara umum proses pembinaan tidak akan berjalan, atau sekurang-kurangnya tidak bisa mencapai tujuan yang telah direncanakan. 17 Uraiannya sebagai berikut : 1. Pendidik Secara terminologi, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berasal dari anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sebagai 15 Hj. Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Islam: Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Cet.Ke-1, h. 57 16 ibid, h. 59 17 Ibid. 64 tutor, pendidik, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya. 18 Sebagai tenaga pendidik yang profesional seharusnya mempunyai kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dari sebuah institusi pendidikan, menurut Satria Hadi Lubis dalam bukunya yang berjudul menjadi Murabbi sukses, kriteria atau syarat yang perlu dipenuhi seorang pendidik antara lain : 1. Memiliki pengetahuan tentang Islam sebagai minhajul hayah metode hidup. 2. Mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf Arab, meskipun tingkat dasar. 3. Tidak terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an. 4. Mempunyai kemampuan mengorganisir. 5. Mempunyai kemampuan merespon dan menyelesaikan masalah. 6. Mempunyai kemampuan menyampaikan ide dan pengetahuannya kepada orang lain. 7. Berusaha menghiasi dirinya dengan akhlak islami, khususnya Akhlaq sebagai seorang pendidik. 19 Karantina Pildacil merekrut 5 orang sebagai pembimbing yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, dan tidak semua pembimbing berasal dari praktisi keilmuan untuk anak-anak, namun 5 orang yang terjun sebagai pembimbing, sudah cukup lama berkecimpung 18 ibid, h. 71 19 Satria Hadi Lubis, Menjadi Murobbi Sukses Jakarta: Kreasi Cerdas Utama, 2002, h. 10 65 dalam dunia anak-anak, karena 5 orang yang direkrut untuk menjadi pembimbing Pildacil 5 banyak yang menjadi guru, baik itu guru TK, SD, bahkan guru privat. Jadi setidaknya mereka cukup mengerti tentang psikolog anak apalagi mereka sangat terbantu dengan adanya kepala sekolah yang sudah cukup berpengalaman dalam karantina Pildacil, dari pildacil-pildacil sebelumnya. Karena dalam prasyarat untuk menjadi pembimbing Pildacil adalah mencintai anak-anak, sabar dan mempunyai semangat belajar yang tinggi, mengapa ke 3 syarat ini yang diutamakan, karena dalam karantina Pildacil terkumpul berbagai macam anak dari berbagai daerah dan dengan berbagai macam karakter, jika pembimbing yang direkrut tidak mencintai anak-anak dan tidak sabar maka, pembimbing akan sangat kuwalahan dalam mendidik mereka, namun jika ini semua dilakukan secara profesional maka itu bukan suatu kendala malah merupakan sebuah tantangan. Selain 3 syarat yang paling utama, berdasarkan teori yang ada proses perekrutan pembimbing pada karantina Pildacil pun, tidak mengabaikan sisi keilmuan keislaman para pembimbing baik dari sisi pengetahuan agama maupun karakter personal, ini bisa dilihat dari aktifivitas mereka baik sebagai guru maupun aktivis yang lain. Dan ini pun terbukti dari tempat mereka mengajar rata-rata mereka mengajar di sekolah Islam dan mengajar pengetahuan agama. Secara otomatis seorang guru akan mempunyai kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam hal mendidik para anak didik dengan berbagai macam latar belakang dan karakter. 66 Pembina sesungguhnya salah satu faktor yang mau tak mau harus ada dalam sebuah proses pembinaan, peranannya sangat penting dalam pembentukan karekter anak selama di karantina Pildacil, dalam karantina Pildacil 5 pembina Karantina, terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah dan di bantu 3 orang Kakak Asuh Laki-laki dan 2 orang kakak Asuh perempuan. Mentor karantina akan direkrut dengan beberapa prasyarat, antara lain: a. Mencintai Anak-anak b. Sabar c. Semangat Belajar yang tinggi. Dengan prasyarat yang dimiliki oleh mentor, ini akan membantu Koordinator untuk menstimulus kemampuannya dengan waktu yang singkat. 20 Proses rekruitmen berlangsung di kantor As-Syamil di jalan Pejaten Raya no 29 A Villa Pejaten Mas Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Proses rekruitmen cukup ketat sebab hanya diambil 5 orang saja yang akan menjadi Pembimbing. 21 Dan diantara syaratnya adalah mengerti akan anak-anak dan mencintai anak-anak sebab ketika di karantina para pembimbing tidak hanya bekerja untuk menjadi pembimbing tapi lebih jauh dari itu para pembimbing pun mempunyai beban moral untuk benar- benar dapat mencetak da’i yang berkualitas terlebih masalah ibadah dan akhlak tentunya sesuai dengan kapasitas mereka sebagai seorang anak- anak yang masih polos ibarat kertas putih yang siap di rangkai dengan kata-kata indah bukan coretan yang tak bermakna. Setelah proses rekruitmen para pembimbing yang terpilih, mereka diberikan training 20 modul Pildacil 5, h. 2. 21 wawancara dengan kepala sekolah Pildacil, M. Ilham sembodo, Jakarta, November 2007. 67 yang dapat menunjang kegiatan karantina seperti pola asuh anak serta penanganannya. Setelah masuk dalam tim Pembimbing Pildacil V, ditambah 1orang kepala sekolah, lalu para pembimbing mulai merangcang acara penyambutan untuk para dacil pertama kali di karantina, dan merancang apa saja yang dibutuhkan untuk pensuksesan program yang telah ada yang sesuai dengan kebutuhan pembinaan karantina Pildacil V. 2. Anak Didik atau Mad’u Unsur anak didik dengan segala unsur kognitif, afektif dan psikomotoriknya yang akan mempengaruhi proses dan keluaran atau hasil pendidikan. 23 Kalau dapat diartikan arti dari kognitif adalah kondisi atau kemampuan berfikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas permaslahan yang dihadapi, dan afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku sedangkan Psikomotorik adalah kemampuan atau kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat dalam upaya menbangun atau mendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas. Para dacil saat pertama kali datang ke karantina Pildacil memang mempunyai kondisi yang berbeda-beda dari segi keilmuan, sikap dan keterampilan, bila dilihat dari segi keilmuan para dacil masih bersekolah di bangku sekolah dasar di kelas 1 SD atau yang umurnya 6-7 tahun ada Farhan dari Jakarta, Nanda dari Balikpapan dan Alan dari Probolinggo, di kelas 2 SD atau yang 23 H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. Ke-1, h. 67 68 berumur 8 tahun ada Irun dari Serang, Arul dari Bandung dan Royyan dari Banjarmasin, di kelas 3 yang berumur 8 tahun ada Fahri dari Langkat dan Fatur dari Palembang, di kelas 4 SD atau yang umurnya 8-9 tahun ada Rizali dari Samarinda, Qarin dari Yogyakarta dan Wafa dari Jakarta, di kelas 5 SD atau yang berumur 10-11 tahun ada Kiky dari surabaya, Sari dari Medan, Pipit dari Bandung dan Eko dari Bone. Kalau dilihat dari segi keilmuan formal sudah tentu mereka berbeda-beda namun jika dilihat dari pengetahuan agama yang dimiliki para dacil tentu sangat berbeda contohnya adalah Royyan walaupun dia masih kelas 2 SD tetapi kemampuannya dalam pengetahuan agama sangat baik sekali bahkan dapat mengalahkan pengetahuan yang dimiliki oleh kakak kelasnya seperti Kiky dan Sari. Kalau dilihat dari kemampuan baca Qur’an sudah tentu Alan, Farhan dan Nanda kalah dari Qarin, karena qarin dalam hal baca Qur’an sangat baik dari panjang pendeknya, makhrojul huruf hingga hukum yang ada pada bacaan Al-Qur’an. Dan kalau dilihat dari sikap atau dalam bahasa pendidikan biasa disebut Afektif para Dacil pun punya karakter yang berbeda-beda seperti Qarin, Alan, Kiky, Eko dan Arul ketika masuk karantina seorang anak yang pendiam, kalau Royyan, Pipit, Wafa dan Irun mempunyai karakter yang sangat aktif, tanpa malu-malu dan sangat ceriwis dan mudah beradaptasi dengan teman-teman yang lain, sedangkan Rizali, Sari, Farhan, Nanda, Fathur, Yayang dan Fahri mempunyai sikap yang biasa-biasa saja tidak terlalu banyak bicara tapi juga tidak terlalu diam. Kalau dari segi keterampilan yang dimiliki Dacil atau dari segi Psikomotoriknya memang ada beberapa Dacil yang 69 mempunyai keahlian dalam hal olahraga seperti eko, mendongeng seperti Qarin bernyanyi seperti Kiky, Sari dan Nanda, berorasi seperti Rizali dan irun selebihnya mempunyai kemampuan yang standar. Tentunya itu semua adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang mereka miliki ketika awal mereka datang ke rumah Dacil pertama kali. c. Materi Pembinaan Materi dapat diartikan segala sesuatu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau pembinaan. Dalam penyusunan materi ini terdapat beberapa syarat utama dalam pemilihan materi pendidikan yakni sebagai berikut : 1. Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan. 2. Materi harus dengan peserta didik. 24 Berdasarkan tujuan pembinaan karantina Pildacil menetapkan materi pembentukan 20 karakter seperti empati, amanah, tolong menolong, kasih sayang, kerja sama, cinta dll. Materi ibadah seperti yang berkaitan dengan masalah ibadah harian yang dilakukan oleh para dacil serta keutamaannya yang selalu disampaikan pada setiap kesempatan baik formal maupun informal. Kisah-kisah para sahabat atau ulama terdahulu yang dapat diambil pelajarannya atau hikmahnya, bedah ayat-ayat pilihan ataupun bedah ayat sesudah shalat wajib serta bedah hadits-hadits pilihan, Materi konsep diri seperti materi olah tubuh dan olah vocal, dan materi orang tua, materi yang diberikan tidak hanya untuk para pembimbing tetapi juga untuk orang tua karena orang tua juga merupakan salah satu 24 Hj. Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Islam : Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan , h. 74. 70 unsur yang sangat mempengaruhi dalam pembinaan pada karantina Pildacil guna untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. 4. Media Pembinaan Media adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan pembinaan yang ada di karantina Pildacil. Media sangat dibutuhkan sebagai sarana yang sangat menunjang untuk pencapaian tujuan. Media yang digunakan dalam karantina Pildacil adalah seluruh sarana yang ada dalam karantina Pildacil 5 seperti buku-buku cerita dan buku pengetahuan islam yang ada di karantina Pildacil yang sesuai dengan umur mereka dan buku yang sesuai dengan bahasa yang sesuai dengan anak-anak yang sangat berguna untuk dapat membentuk pemikiran para dacil, dan alat-alat permainan yang ada di karantina yang sangat berguna untuk melatih kecerdasan otak mereka. Media yang ada dalam karantina Pildacil adalah adanya buku-buku cerita Islami, yang dapat menambah khasanah keilmuan para dacil, selain buku cerita Islami ada juga buku tentang sejarah Islam yang khusus untuk anak-anak, serta buku Aqidah dan Novel Islami. Buku-buku ini tentunya sangat bermanfaat sekali bagi para pembimbing selain sebagai bahan untuk membuat naskah buku-buku yang ada di karantina juga bisa membuat para dacil menjadi luas dalam pemikiran dan keilmuan, bukunya pun banyak yang menggunakan bahasa anak-anak. Tentu saja disesuaikan dengan usia mereka yang masih dalam usia sekolah. Selain buku-buku Islami dikarantina juga disediakan berbagai macam permainan yang dapat merangsang kecerdasan anak, diantaranya adalah permainan bongkar 71 pasang. Susun bangunan.. dll, yang tentunya juga dapat membantu pada pencapaian tujuan yang diinginkan dalam pembinaan dikarantina Pildacil. Namun ada beberapa buku yang tidak menggunakan bahasa anak-anak, melainkan bahasa remaja dan juga ada beberapa buku yang tema atau judul bukunya tidak sesuai dengan anak-anak. Menjadi sebuah masalah bila buku yang tidak sesuai dengan umur mereka turut dibaca, karena kalau dilihat dari umur para dacil, belum sesuai dengan usia mereka. Seharusnya buku yang tidak sesuai dengan usia mereka dipisahkan dari buku yang memang harus dibaca para dacil. 5. Faktor Lingkungan Disadari atau tidak lingkungan juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter dan proses pembinaan, terutama faktor orang tua dan faktor lingkungan sekitar karantina seperti para kru Lativi yang secara tidak langsung, mau tidak mau juga sangat berpengaruh dalam proses pembinaan pada karantina Pildacil V, faktor orang tua dalam karantina Pildacil V sangat berpengaruh bagi pembentukan mereka baik pembentukan akhlak maupun dalam pembentukan karakter ceramah. faktor lingkungan anak didik seperti unsur pengaruh kondisi keluarga, masyarakat dan budaya yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak didik dan juga ikut mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. 25 Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan milieu yang mendukung terjadinya proses pendidikan. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Situasi lingkungan mempengaruhi 25 H.M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 67. 72 proses dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis dan lingkungan sosia – kultural. 26 Faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses suatu pendidikan atau pembinaan, bahkan dapat mempengaruhi hasil pembinaan. Dalam karantina Pildacil faktor yang sangat mempengaruhi terhadap proses pembinaan di karantina adalah faktor orang tua dan para kru Lativi yang ada dalam lingkungan karantina Pildacil. Orang tua para Dacil masih banyak yang belum mengetahui cara atau pola asuh anak yang baik, akibatnya banyak dari orang tua para Dacil yang mengintervensi anak dalam hal penampilan ceramah para Dacil, banyak hal-hal yang akhirnya membuat para Dacil sendiri merasa tidak nyaman dan akhirnya sangat berpengaruh dalam ceramah mereka bahkan pembentukan mereka selama di karantina. Namun untuk mengatasi atau mengurangi sedikit intervensi orang tua dalam hal pembinaan di karantina, kepala sekolah berusaha memberikan arahan tentang seputar anak-anak dan karantina dan membuat program yang dikhususkan untuk orang tua. Yaitu program materi orang tua setiap Selasa malam yang mengupas masalah anak-anak, pola asuh, penanganan masalah anak dan lain-lain, program ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan akan faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan pada karantina. Program ini dapat dikatakan berhasil karena yang penulis ketahui dari hasil wawancara, semua orang tua para Dacil sepenuhnya menyerahkan pola pembinaan kepada para 26 Hj. Zurinal Z, dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Islam: Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pembinaan , h. 75. 73 pembimbing, dan kalaupun ada yang perlu dikoreksi ataupun dibantu para orang tua siap membantu atau dengan kata lain pembimbing dan orang tua saling melengkapi. Dan yang paling penting yang penulis ketahui pembimbing membuat materi orang tua ini guna mengarahkan para orang tua Dacil untuk tidak selalu berorientasi pada materi, juara dan ketenaran, tapi lebih dari itu bahwa kompetisi ini adalah bagian dari sebuah proses perjalanan hidup dan sebagai sarana ekspresi untuk anak-anak mereka dan sebagai sarana Dakwah Islam, karena Televisi atau Dunia seperti ini yang sangat efektif untuk Syair Islam. Dan memang dapat dilihat dari 6 kali materi yang diberikan dengan berbagai macam materi dan dengan pembicara yang memang berkompeten lambat laun seiring berjalannya karantina para orang tua mulai menggeser paradigma yang ada dari tujuan awal mereka untuk meraih juara, materi atau yang lainnya menjadi sebuah ukhuwah yang mereka ciptakan dalam karantina dan karena memang ingin berdakwah lewat Televisi. Dan hubungan para orang tua menjadi seperti sebuah keluarga, bukan seperti saingan dalam sebuah kompetisi besar, dan akhirnya ini pun sangat mempengaruhi proses pembinaan karantina Pildacil V. Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi pembinaan Pildacil V adalah adanya para kru Lativi yang tinggal bersama para Dacil, yang akhirnya pun sangat berpengaruh besar bagi para Dacil, banyak dari para kru Lativi yang belum mengetahui bagaimana mereka harus berinteraksi dengan anak-anak dan tentang pembinaan anak, namun kondisi ini pun tidak dilewatkan oleh pembimbing, karena pembimbing menganggap ini adalah faktor penting untuk agar segera dicari solusinya. Akhirnya 74 pembimbing melakukan pendekatan kepada personal bukan pendekatan jama’ah, lebih kepada Dakwah Fardiyah, pendekatan secara personal, namun ini juga masih belum maksimal dilakukan oleh para pembimbing. 6. Metode Pembinaan Metode yang digunakan pada karantina Pildacil adalah : a. Pendidikan dengan keteladanan yang diberikan oleh pembimbing. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditiru tindak tanduknya dan tata santunnya disadari atau tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik, baik dalam ucapan ataupun perbuatan, baik material maupun spiritual, diketahui atau tak diketahui. 27 Dalam karantina pada pembimbing sangat memperhatikan perilaku atau Akhlaq mereka selama di karantina Pildacil, karena akhlak yang baik dapat memberikan pancaran yang luar biasa bagi proses pembinaan yang mulia. Mendidik atau berusaha membina mereka para dacil selama 4 bulan agar ketika keluar dari karantina diharapkan para dacil menjadi manusia baru yang penuh dengan Akhlaq yang baik dan penuh kasih sayang. 27 Abdullah Nasihin Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam Semarang, CV. Asy Sylfa, 1981, Cet-Ke 3 h. 2. 75 b. Pendidikan dengan adat kebiasaan Pada karantina Pildacil 5 para dacil dibiasakan untuk berkata yang santun, dibiasakan untuk shalat berjamaah, kultum, sholat tahajjud, sholat sunnah rawatib, shalat duha, tilawah, dan ibadah-ibadah lainnya. Selain ibadah para dacil juga dibiasakan untuk menutup aurat mereka dan mulai menjaga nilai-nilai Islam dalam pergaulan antara dacil laki-laki dan dacil perempuan. Imam Al Ghazali menjelaskan secara khusus bagaimana cara menanamkan keimanan pada anak, beliau berkata, langkah pertama yang bisa diberikan kepada mereka dalam menanamkan keamanan adalah dengan memberikan hafalan. Sebab proses pemahaman harus dimulai dulu dengan proses hafalan. Ketika anak hafal akan sesuatu kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan akhirnya anak akan membenarkan apa yang dia yakini sebelumnya. 28 Zakiah derajat dalam bukunya ilmu jiwa Agama mengemukakan bahwa latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti shalat, doa, membaca Al Qur’an harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama kelamaan akan tumbuh merasa senang melakukan ibadah itu. Dia dibiasakan sedemikian rupa, sehingga dengan sendirinya ia akan terdorong untuk melakukankannya tanpa suruhan dari luar tetapi dorongan dari dalam. 29 Dari sini, peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dalam menemukan Tauhid yang murni, keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan etika agama yang 28 Moh. Nur. Abdul Hafidz, Mendidik Bersama Rasulullah Bandung : Kelompok Penerbit Mizan 1999, Cet. Ke-4, h. 110. 29 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama Jakart : Bulan Bintang, 1996, Cet. Ke-6, h. 63. 76 lurus. 30 Dan tidak diragukan mendidik dan membiasakan anak sejak kecil adalah paling menjamin untuk mendatangkan hasil. Sedang mendidik dan melatih setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan. 31 c. Pendidikan Dengan Nasihat Metode lain yang penting dalam pendidikan, pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak, adalah pendidikan dengan pemberian nasihat. Sebab nasihat dapat membukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. 32 Dalam karantina Pildacil budaya nasihat menasihati selalu diterapkan, seperti ketika ada teman yang melakukan kesalahan, maka pembimbing dan para dacil yang lain pun akan segera memberikan nasihat dan segera meluruskan dengan cara yang santun dan penuh kelembutan. Namun kalau itu kesalahan dilakukan dengan kekerasan oleh para dacil maka pembimbing akan memberikan nasihat dengan tegas kepada para dacil yang berselisih. Dalam hal ini pembimbing memberikan nasihat secara langsung kepada anak bimbing, jawaban-jawaban, yang diperlukan dalam penyelesaian yang dihadapi, saran-saran diberikan kepada anak bimbing bagaimana seharusnya dia berbuat. Selain memberikan nasihat dengan cara memberikan solusi pada karantina Pildacil, pembimbing pun memberikan nasihat dalam bentuk cerita kisah 30 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, h. 43. 31 Ibid, h. 64. 32 Ibid, h. 64 77 para nabi dan sahabat atau bahkan cerita-cerita yang ada dalam Al Qur’an yang dilakukan pada saat kultum dan bedah ayat sehabis shalat magrib. d. Pendidikan dengan perhatian Pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil jumlahnya. 33 Selama karantina Pildacil, para dacil selalu mendapat perhatian yang khusus dari masing-masing pembimbing alam program pembinaan pun berusaha melihat kebutuhan yang diperlukan anak dalam rangka proses pembinaan seperti penyediaan buku sebagai sarana bacaan para dacil, jalan-jalan ketika para dacil jenuh melakukan aktivitas hafalan, olah raga sebagai bentuk perhatian terhadap kondisi jasmani dan untuk menjaga kesehatan pada dacil, akhlak dalam keseharian para dacil dari berbicara yang baik sampai kepada berkata yang jujur, bahkan sampai pada baca Al Qur’an pada setiap personal anak dacil, dari sekian banyak perhatian yang harus diberikan maka langkah yang dilakukan para pembimbing guna mempermudah pengawasan dan dapat dengan mudah memfokuskan perhatian hingga akan menjadi maksimal adalah dengan cara membagi tugas yaitu dengan membagi satu orang pembimbing membawahi 3-4 orang dacil dan diharapkan ketika sudah dibagi maka perhatian yang diberikan akan lebih maksimal dan menghasilkan dacil yang mempunyai akhlak yang baik. 33 Ibid, h. 123. 78 Perhatian segi keimanan, rohani, akhlak, ilmu pengetahuan, pergaulan dengan orang lain, sikap jiwa, sikap emosi, dan segala sesuatunya. Sehingga anak kita akan menjadi seorang mukmin yang bertakwa, disiplin, disegani, dihormati dan dipuji. Ini semua tidak mustahil jika diberi pendidikan yang baik, dan kita memberikan sepenuhnya hak dan tanggung jawab kita kepadanya. 34 e. Pendidikan dengan hukuman Anak-anak dilihat dari segi kecerdasannya adalah berbeda, baik lenturan maupun pemberian tanggapannya, juga berbeda dari segi pembawaannya, tergantung pada masing-masing personnya. Diantara mereka ada yang berpembawaan tenang kalem, ada pula yang berpembawaan emosional dan tegas. Ada yang berpembawaan antara kedua pembawaan tersebut. Dan semua itu tergantung pada keturunan, pengaruh lingkungan, faktor-faktor pertumbuhan dan pendidikan. Terkadang ketika pendidik tidak berhasil dengan nasihat, tidak berhasil dengan kecaman, lebih baik hanya dengan mencemberutkan muka. Karenanya dalam situasi seperti ini pendidik perlu menggunakan tongkat untuk dihadiahkan kepada anak sebagai hukuman yang menjerakan. 35 Dalam hal ini karantina juga menerapkan hukuman yang selayaknya bagi para dacil guna membina mereka jadi da’i cilik yang disiplin dari segi akhlaknya contohnya seperti memberikan hukuman kepada dacil yang malas-malasan dalam melaksanakan ibadah sholat 34 Ibid, h. 146 35 Ibid, h. 156. 79 dengan bentuk terapi bertahap. Dan memberikan hukuman pula para dacil yang bertengkar ataupun yang malas menghafal naskah. 7. Tujuan Pembinaan Tujuan pembinaan yang berjalan selama 4 bulan ini adalah terbentuknya karakter para dacil menjadi dacil yang lebih berempati, mempunyai akhlak yang baik, ibadah yang baik serta aqidah yang mantap, mereka harus jadi dai yang lebih baik dari awal mereka masuk dalam karantina Pildacil.

C. Analisis Manajemen Program dan Sistem Pembinaan Da’i Cilik pada Karantina Pildacil