Faktor Politik Kekuasaan FAKTOR-FAKTOR PERGESERAN IDEOLOGI FEMINISME DALAM

yang sah. Sebagian besar tokoh-tokoh perempuan itu memang memiliki kehidupan yang bebas dan selalu berganti-ganti pasangan, bahkan tidak jarang dengan pasangan yang sejenis. Dari segi kemampuan ekonomi, para perempuan dari Angkatan 2000 ini boleh dikatakan cukup mapan karena memiliki pekerjaan yang bonafid. Rata-rata usianya juga masih di usia produktif.

5.3 Faktor Politik Kekuasaan

Faktor selanjutnya yang menyebabkan bergesernya ideologi feminisme adalah faktor kekuasaan atau politik. Politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam suatu sistem atau negara yang menyangkut proses untuk menentukan tujuan bersama dan melaksanakan tujuan itu Hermawan, 2001: 7. Jika berbicara tentang politik tentu pembicaraan tersebut tidak bisa terlepas dari kekuasaan. Perkembangan situasi politik yang terjadi di negeri ini disimpulkan menjadi salah satu penyebab terjadinya berbagai pergeseran ideologi feminisme dalam karya sastra Angkatan 1970 dan Angkatan 2000. Di masa Orde Baru kebijakan-kebijakan dari pemerintah ternyata justru melemahkan kaum perempuan. Hal ini dikarenakan berbagai kebijakan tersebut didasarkan oleh sistem patriarki. Dalam sistem patriarki, secara tegas disebutkan bagaimana bentuk kekuasaan laki-laki terhadap perempuan, yang pada akhirnya memasuki ruang negara Baso, 2000: 8. Universitas Sumatera Utara Berikut dapat dilihat faktor politik kekuasaan yang menyebabkan pergeseran ideologi feminisme di antara kedua angkatan yang dikaji. Pada Angkatan 1970 dapat disaksikan dalam novel Namaku Hiroko. Di negeriku, waktu itu kedudukan wanita jauh di bawah laki-laki. Baik dalam tata cara adat maupun undang-undang. Sejauh ingatanku, selama di desa aku tidak memandang hal itu sebagai sesuatu yang aneh atau menyimpang dari kebiasaan. Aku menerimanya seperti juga aku menerima kebanyakan hal lainnya NH: 168 Adapun dalam novel yang mewakili Angkatan 2000 dapat dilihat pada novel Saman. Dia mengambil analogi yang menarik antara sikap Orde Baru terhadap perempuan dengan struktur organisasi dalam ABRI. Menempatkan perempuan dalam kementrian sosial dan urusan wanita sebetulnya pararalel dengan kegiatan Dharma Wanita atau Persit Kartika Chandra. Itu merupakan perpanjangan dari rumah tangga yang patriarki. Perempuan diseklusi dalam perkara domestik, urusan rawat- merawat. Keputusan strategis tetap di tangan laki-laki. Lebih dari itu, menurut dia, mengadakan kementrian urusan wanita sebetulnya justru merupakan penolakan bahwa persoalan wanita adalah persoalan politik bersama. Masalah perempuan dianggap masalah yang khas kaumnya, yang laki-laki tak perlu bertanggung jawab, padahal seluruh penindasan terhadap perempuan bersumber dari patriarki... Saman: 180. Dari kedua Angkatan yang berbeda di atas dapat disimpulkan bahwa setelah reformasi yang bergulir sejak pertengahan 1998 silam masyarakat di negeri ini mulai berani bersuara dengan lantang, tidak terkecuali pengarang perempuan. Para pengarang perempuan tersebut dengan tegas menyatakan bahwa selama kekuasaan Orde Baru, perempuan tetap saja menjadi kaum yang tersubordinasi sekalipun di masa itu bermunculan berbagai organisasi perempuan dan semua itu dianggap pengarang hanya sebagai kamuflase belaka. Universitas Sumatera Utara Jika pada Angkatan 1970, persoalan politik hanya disampaikan melalui sindiran-sindiran halus maka di masa Angkatan 2000 atau pascareformasi, permasalahan politik dan berbagai peristiwa yang terkait disampaikan lebih lugas sehingga pembaca terkadang seperti menemukan suatu fakta dalam setiap karangan.

5.4 Faktor Budaya