Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup

Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Winarsih 2005: 175-176 indikator dari pelayanan publik adalah: 1. Tangibles atau ketampakan fisik Artinya penampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh pemerintah sebagai pelayan publik. 2. Reliability atau reliabilitas Yaitu kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat. 3. Responsiveness atau responsivitas Yaitu kerelaan dari petugas untuk menolong pelanggan masyarakat dan menyelenggarakan layanan secara ikhlas dan cepat tanggap terhadap keluhan atau kebutuhan pelanggan 4. Assurance atau kepastian Yaitu pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada pelanggan atau masyarakat. 5. Empathy Yaitu perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh petugas kepada masyarakat sebagai pelanggan. Kedekatan antara pemberi layanan dengan masyarakat dapat dilakukan dengan membuat akses komunikasi yang dapat memudahkan komunikasi antara pemberi pelayanan dengan masyarakat.

3. Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup

Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah sebagaimana yang tercantum dalam pasal 69 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Keberadaan dinas daerah sebagai organisasi nonprofit merupakan bagian yang menjadi Universitas Sumatera Utara pelengkap dalam membantu pelaksanaan tugas-tugas pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang kepala dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Walikota Pematang Siantar melalui Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas membantu Walikota dalam bidang kebersihan dan lingkungan hidup yang berperan penting dalam meningkatkan kebersihan kota Pematang Siantar. Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup berperan penting dalam melaksanakan pelayanan kebersihan kepada masyarakat. 3.1. Kebersihan Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran termasuk diantaranya debu, sampah dan bau http:id.wikipedia.org : 1 Desember 2007 Dalam hal ini pelayanan kebersihan yang dicakup oleh Dinas lingkungan Hidup dan Kebersihan adalah: a. melaksanakan kegiatan operasional kebersihan meliputi kegiatan penyapuan jalan-jalan protokol, kegiatan pembersihan selokan, parit- parit, jalan-jalan umum, taman terbuka serta tanah lapang, pengumpulan sampah di lokasi pemukiman rumah penduduk untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara b. melaksanakan pengangkutan sampah-sampah dari tempat pembuangan sampah sementara TPSS dan tempat lainnya ke tempat pembuangan sampah akhir TPA. c. Melaksanakan pengelolaan tempat pembuangan sampah akhir TPA Universitas Sumatera Utara 3.2. Pengelolaan sampah Sampah refuse didefenisikan sebagai suatu banda yang tidak digunakan atau dikehendaki dan harus dibuang yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Dengan demikian, sampah dapat berasal dari kegiatan industri, pertambangan, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, rumah tangga, perdagangan, dan kegiatan manusia lainnya. Manik, 2003: 67 Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Sampah kering anorganik, contohnya logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami. 2. Sampah basah organik, contohnya sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dan lain-lain yang dapat mengalami pembusukan secara alami. 3. sampah berbahaya, contohnya baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas, dan lain-lain. Jenis sampah juga sering dikelompokkan menjadi: - limbah benda padat waste - limbah cair atau air bekas sewage - kotoran manusia human waste Untuk sampah yang berupa benda padat, pembagiannya adalah sebagai berikut: 1. Sampah yang mudah membusuk garbage, misalnya sisa makanan 2. Sampah yang tidak mudah membusuk rubbish, terdiri dari: a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas dan kayu b. Sampah yang tidak mudah terbakar, misalnya kaca atau kaleng. Universitas Sumatera Utara 3. Sampah bangkai binatang dead animal, terutama binatang besar kucing, anjing, tikus. 4. Sampah berupa abu hasil pembakaran ashes, misalnya pembakaran kayu, batu bara, arang. 5. Sampah padat hasil industri industrial waste, misalnya potongan besi, kaleng, kaca 6. sampah padat yang berserakan di jalan-jalan street sweeping, yaitu sampah yang dibuang oleh penumpang atau pengemudi kendaraan bermotor Manik, 2003: 67-68. Untuk daerah kota biasanya sampah anorganik yang dikelola lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan pengelolaan sampah untuk daerah desa. Dalam hal ini sampah yang dimaksud adalah jenis sampah yang bersifat padat yang bersumber dari permukiman, pertokoan, pasar, dan pusat-pusat perdagangan lainnya. Umumnya sampah di perkotaan dikelola oleh pemerintah kota. Pemerintah melalui Dinas Kebersihan menyiapkan TPS Tempat Penampungan Sementara, sebelum diangkut ke TPA Tempat Pembuangan Akhir. TPS merupakan tempat penampungan dari sumber sampah permukiman, pertokoan, pasar, dan pusat-pusat perdagangan, yang lamanya 1-2 hari. Di permukiman penduduk, pengumpulan sampah dikoordinir oleh petugas kelurahan. petugas yang ditunjuk oleh kelurahan mengumpulkan sampah dari masing-masing rumah penduduk dan dibawa ke TPS. Demikian juga dari sumber sampah yang lain, petugas mengumpulkan sampah di TPS, tetapi pengangkutannya dilakukan setiap hari, terutama jika sampahnya banyak seperti dari pasar. Cara ini cukup efektif, selama petugas melaksanakan pekerjaannya Universitas Sumatera Utara dengan penuh tanggung jawab. Selanjutnya, sampah yang terdapat di TPS diangkut dengan mobil truk ke TPA. Di TPA banyak cara yang dilakukan untuk mengelola sampah, tetapi yang umum adalah dengan cara pembakaran inceneration, incenerasi, penumpukan dumping, penimbunan berlapis sanitary landfill, dan pengomposan composting. Pembakaran Inceneration Pengelolaan sampah dengan sistem pembakaran adalah dengan pembuangan sampah di TPA, kemudian dibakar. Pembakaran sampah tidak dilakukan di tempat terbuka, tetapi di tempat tertutup dengan mesin dan peralatan yang khusus dirancang untuk pembakaran sampah. Kelebihan sistem ini adalah sistem ini lebih praktis dan cocok untuk kota-kota besar dan tidak memerlukan lahan yang luas. Namun untuk mengelola dengan sistem ini dibutuhkan biaya yang besar untuk pembangunan, operasional, pemeliharaan mesin, dan peralatan lain. Meski tidak mengganggu lingkungan seperti sumber penyakit dan bau, namun cara ini mengakibatkan pencemaran udara yang berasal dari buangan asap dari mesin pembakar. Penumpukan Dumping Sistem dumping ialah pembuangan sampah dengan penumpukan di atas tanah terbuka. Dengan cara ini, TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpuk begitu saja, tanpa adanya perlakuan. Sistem ini memang dapat menekan biaya, namun sistem ini jarang dilakukan karena masyarakat di sekitar TPA sangat terganggu. Cara ini berpengaruh buruk pada lingkungan, berupa sumber penyakit, tempat binatang bersarang, sampah berserakan terbawa aliran permukaan atau masuk ke perairan umum, dan menimbulkan bau. Universitas Sumatera Utara Penimbunan berlapis sanitary landfill Pengelolaan sampah dengan cara ini adalah pembuangan sampah di TPA yang diikuti dengan penimbunan sampah dengan tanah. Sampah ditimbun secara berlapis sehingga tidak ada sampah yang tampak di permukaan tanah. Di TPA sampah diratakan di permukaan tanah dengan ketebalan 20-30 cm, kemudian dipadatkan. Sampah yang telah rata dan padat ini ditimbun dengan tanah, dengan ketebalan 10-15 cm. demikian seterusnya sampai TPA tersebut dianggap penuh. Untuk meratakan, memadatkan, dan menimbun sampah dengan tanah, digunakan alat-alat berat bulldozer dan tracktor. Untuk sistem ini, biasanya lokasi TPA untuk sistem ini adalah tanah yang cekung atau tergenang air. Untuk menentukan lokasi TPA juga perlu dipertimbangkan sumber tanah untuk menimbun. Sistem ini berdampak positif, seperti sampah yang tidak berserakan, tidak menimbulkan bau, tidak menjadi sumber penyakit, serta meninggikan tempat rendah TPA sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Pengomposan composting Pengelolaan dengan cara ini merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan, sampah harus dipilah-pilah sehingga sampah organic dan anorganik terpisah. Masing-masing sampah anorganik seperti kaca, kaleng, potongan besi, dan sebagainya dikumpulkan dan dijual ke pedagang pengumpul, dan selanjutnya di daur ulang. Umumnya, sampah diperkotaan terdiri dari 65-70 sampah organik, yang kualitasnya sangat baik sebagai bahan baku kompos. Pengomposan dapat dilakukan di TPA atau di tempat lain yang jauh dari permukiman. Proses pengomposan tidak Universitas Sumatera Utara berdampak negatif terhadap lingkungan, jika tempat pengomposan ditutup dengan plastik atau bahan penutup lainnya Manik.2003: 68-71

F. Defenisi Konsep

Konsep merupakan defenisi atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Singarimbun, 1999: 137. Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kualitas dapat diartikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk barang dan atau jasa yang menunjang kemampuan dalam memenuhi kebutuhan. Kualitas suatu produk berkaitan dengan kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan mencakup penilaian pelanggan terhadap kinerja atau pelayanan, dan juga mencakup perbedaan antara produkjasa yang dihasilkan dan yang diharapkan oleh pelanggan. 2. Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. 3. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran termasuk diantaranya debu, sampah dan bau.

G. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama Singarimbun, 1999: 46-47 Universitas Sumatera Utara