25,45 25,5
25,55 25,6
25,65 25,7
25,75 25,8
25,85 25,9
C1 T
1 C1
T 2
C1 T
3 C2
T 1
C2 T
2 C2
T 3
C3 T
1 C3
T 2
C3 T
3 C4
T 1
C4 T
2 C4
T 3
Perlakuan Kolkisin dan Waktu Perendaman N
il a
i K a
da r P
rot e
in K a
lus µ
g g
e kstr
a k
ka lu
s
Gambar 4.Perlakuan Konsentrasi Kolkisin dan Waktu Perendaman Terhadap Kadar Protein Kalus
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa dari hasil pengukuran kadar protein kalus diperoleh hasil yang bervariasi. Kadar protein kalus yang paling tinggi sebesar 25,870
µgg ekstrak kalus yang terdapat 3 perlakuan yaitu C
1
T
2
, C
3
T
3
dan C
4
T
1
, sedangkan 2 perlakuan yaitu C
2
T
1
dan C
3
T
1
memiliki kadar protein kalus terendah sebesar 25,617 µgg ekstrak kalus. Tingginya kadar protein pada ketiga perlakuan tersebut
karena banyaknya kandungan senyawa-senyawa lain yang terdapat di dalam ekstrak kalus tersebut seperti enzim dan senyawa metabolit lainnya. Sedangkan rendahnya
kadar protein kalus disebabkan karena pengaruh aktivitas sintesis protein secara umum pada suatu jaringan tersebut. Apabila aktivitas sintesis protein terganggu yang
disebabkan karena adanya penambahan senyawa mutagen yang bersifat toksik seperti kolkisin yang dapat menghambat proses sintesis protein dari kalus tersebut. Menurut
Simhian 1998, bahwa protein dari suatu kalus dapat terhambat pembentukannya apabila ada satu hal yang dapat mengganggu proses sintesis di dalam kalus, hal
tersebut dapat dianalis secara biokimia.
4.3 Penentuan Aktivitas Enzim Peroksidase PO
Dari hasil analisi sidik ragam dari pengukuran aktivitas enzim peroksidase menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Nilai aktivitas
Universitas Sumatera Utara
enzim ini ditandai dengan adanya penguraian substrat yang terjadi yaitu pyrogallol terurai menjadi purpurogallin. Rataan hasil pengukuran aktivitas enzim peroksidase
dan aktivitas spesifiknya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.3 Nilai Pengukuran Aktivitas Enzim Peroksidase dan Aktivitas Spesifik Enzim Peroksidase
Perlakuan Aktivitas Enzim PO Unit
Aktivitas Spesifik Enzim PO Unit
µg protein
C1T1 0,0074 2,872
x 10
-4
C1T2 0,0076 2,938
x 10
-4
C1T3 0,0071 2,762
x 10
-4
C2T1 0,0072 2,810
x 10
-4
C2T2 0,0075 2,918
x 10
-4
C2T3 0,0079 3,074
x 10
-4
C3T1 0,0081 3,162
x 10
-4
C3T2 0,0071 2,756
x 10
-4
C3T3 0,0082 3,170
x 10
-4
C4T1 0,0068 2,629
x 10
-4
C4T2 0,0072 2,795
x 10
-4
C4T3 0,0071 2,762
x 10
-4
0,001 0,002
0,003 0,004
0,005 0,006
0,007 0,008
0,009
C1 T
1 C1
T 2
C1 T
3 C2
T 1
C2 T
2 C2
T 3
C3 T
1 C3
T 2
C3 T
3 C4
T 1
C4 T
2 C4
T 3
Perlakuan Kolkisin dan Waktu Perendaman Ni
la i Akti
vi ta
s P O
U n
it
Gambar 4.3 Perlakuan Konsentrasi Kolkisin dan Waktu Perendaman Terhadap Nilai Aktivitas Peroksidase
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa nilai aktivitas peroksidase pada perlakuan kolkisin 0,1 dengan waktu perendaman 30 menit C
3
T
3
memiliki nilai aktivitas peroksidase tertinggi sebesar 0,0082 unit, begitu juga untuk nilai aktivitas spesifiknya
sebesar 3,170 x 10
-4
unitµg protein, sedangkan perlakuan kolkisin 1 dengan waktu perendaman 5 menit C
4
T
1
memiliki nilai aktivitas PO terendah sebesar 0,0068 unit dan nilai aktivitas spesifiknya sebesar 2,629 x 10
-4
unitµg protein. Sedangkan pada perlakuan kontrol C
1
T
2
menunjukkan hasil aktivitas enzim dan aktivitas spesifik yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kolkisin dengan konsentrasi 1
C
4
T
1
yang memiliki nilai aktivitas PO dan aktivitas spesifik yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena aktivitas
PO pada perlakuan kontrol yang memiliki aktivitas enzim secara konstitutif yang memang sudah ada di dalam jaringan tanaman tersebut, dan aktivitas tersebut akan
terhambat bila diinduksi dengan konsentrasi yang lebih tinggi 1 namun akan terlihat kembali jika diinduksi pada konsentrasi 0,01-0,1.
Pengaruh pemberian kolkisin dengan konsentrasi yang berbeda akan mempengaruhi nilai aktivitas peroksidase, dimana kolkisin yang diberikan pada kalus
Terung belanda merupakan suatu cekaman eksternal bagi jaringan tanaman tersebut. Pada umumnya enzim PO dan PPO terbentuk di dalam jaringan tanaman bila terdapat
cekaman dari luar, seperti penambahan senyawa mutagen diantaranya kolkisin. Enzim PO dan PPO secara umum berperan dalam perkembangan, pertumbuhan serta
resistensi tanaman. Sedangkan waktu perendaman berpengaruh secara fluktuatif untuk setiap perlakuan.
Secara fisiologis, tanaman yang mengalami cekaman eksternal dapat meningkatkan aktivitas Peroksidase dan Polifenol Oksidase yang signifikan Artlip
Funkhouser, 1995. Dari beberapa hasil penelitian yang telah diperoleh pada umumnya terjadi peningkatan aktivitas PO pada tanaman tomat yang terserang
penyakit seperti penyakit yang disebabkan oleh nematoda. Simhian, 1998.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Penentuan Aktivitas Polifenol Oksidase PPO