1.2 Pemasalahan
Terung belanda mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat Sumatera Utara, tetapi produktivitas tanaman ini mulai menurun dari tahun ketahun yang
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah serangan dari penyakit. Maka dalam penelitian ini bahan tanaman diinduksi kolkisin sehingga menjadi tanaman
yang poliploidi dan dapat diseleksi ketahanannya terhadap penyakit berdasarkan aktivitas Peroksidase dan Polifenol Oksidase yang dihasilkan.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan kolkisin dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang paling baik terhadap kalus yang tumbuh serta
pengaruhnya terhadap nilai aktivitas Peroksidase dan Polifenol Oksidase pada kalus terung belanda tersebut.
1.4 Hipotesis
Kalus yang tumbuh dari beberapa perlakuan kolkisin dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda akan mempengaruhi nilai aktivitas Peroksidase dan
Polifenol Oksidase terung belanda tersebut.
1.5 Manfaat
Penelitian ini merupakan langkah awal untuk memperoleh tanaman terung belanda yang memiliki karakteristik pertumbuhan, perkembangan dan resistensi tanaman
terhadap penyakit yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan nilai produktivitas tanaman ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Solanum betaceum Cav.
Terung belanda pertama kali dikenal dengan nama Cyphomondra betacea, tanaman ini termasuk ke dalam famili Solanaceae. Tanaman ini memiliki akar yang dangkal,
pohonnya perdu setengah berkayu, dapat tumbuh di daerah dataran sedang dan tinggi yang memiliki iklim dingin, serta tumbuh liar Kumalaningsih, 2006.
Menurut Tjitrosoepomo 2000, bahwa klasifikasi dari Solanum betaceum adalah sebagai berikut:
Kingdom :
Plantae Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio :
Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo :
Solanales Famili
: Solanaceae
Genus :
Solanum Spesies :
Solanum betaceum Cav.
Terung belanda merupakan tanaman perdu dengan tinggi 2-8 m, memiliki pangkal batang pendek, daun tunggal, berselang-seling, bentuknya bulat telur sampai
bentuk jantung, berukuran 10-35 cm x 4-20 cm, berpinggiran rata, berbulu halus, berujung lancip dan pendek. Bunga berada dalam rangkaian kecil di ketiak daun dekat
ujung cabang, berwarna merah jambu sampai biru muda, berdiameter kira-kira 1 cm, bagian bunga berbilang lima, daun mahkota berbentuk genta, benang sari 5 utas,
berada di depan daun mahkota. Buahnya berupa buah buni yang berbentuk bulat telur, berukuran 3-10 cm x 3-5 cm, meruncing kedua ujungnya, tumbuh bergelantungan,
Universitas Sumatera Utara
bertangkai panjang, kulit buah tipis, licin, berwarna lembayung kemerah-merahan, daging buahnya mengandung banyak sari buah, agak asam sampai manis. Bijinya
bulat pipih, tipis, dan keras. Setiap 100 g bagian buah yang dapat dimakan mengandung air 85 g, protein 1,5 g, lemak 0,06-1,28 g, karbohidrat 10g, serat 1,4-
4,2g, abu 0,7g, vitamin A 150-500 SI, dan vitamin C 25 mg http:www.iptek.net.idindteknologi_pangan.diakses tanggal 3 Maret 2008.
Terung belanda merupakan tanaman yang sudah banyak dikembangkan terutama di Negara Chili. Buah dari tanaman ini sudah dijadikan komoditi ekspor
yang dapat memberikan devisa bagi negara tersebut Faucon, 1998. Buah Terung belanda biasanya gampang rusak sehingga harus disimpan pada suhu 0
o
C Bohs, 2001.
2.2 Budidaya Terung belanda Secara In Vitro