Media Kultur Jaringan Kalus Kolkisin

tanaman seperti daun, batang dan akar Nugroho Sugito, 2004. Langkah selanjutnya untuk menentukan bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan adalah melihat potensi genetik yang ada pada tanaman di lapangan.

2.3 Media Kultur Jaringan

Media kultur merupakan faktor penentu keberhasilan dalam perbanyakan tanaman dengan menggunakan kultur jaringan. Berbagai komposisi media telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Sebagai contoh media yang sering digunakan adalah komposisi Knudson C 1946, Heller 1953, Nitsch dan Nitsch 1972, Gamborg 1976, Murashige dan Skoog-MS 1962. Media yang sering kali digunakan berbentuk padat menggunakan agar-agar atau gelrite Yusnita, 2003. Medium MS merupakan media yang paling banyak digunakan karena memiliki komposisi yang lebih lengkap George Sherrington, 1984. Media ini digunakan secara luas untuk kultivasi kalus pada agar demikian juga kultur suspensi sel dalam media yang cair. Keistimewaan media ini adalah memiliki kandungan nitrat, kalium dan amoniumnya yang tinggi Wetter Constabel, 1991. Dari banyak jenis media dasar yang digunakan dalam teknik kultur jaringan, media MS Murashige dan Skoog mengandung jumlah hara organik yang memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur Gunawan, 1990.

2.4 Kalus

Tanaman dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan teknik kultur in vitro. Jika suatu eksplan ditanam pada media padat ataupun cair yang sesuai dalam waktu 2-4 minggu, akan membentuk kalus yaitu suatu massa amorf yang tersusun atas sel-sel parenkim berdinding tipis yang berkembang dari hasil proliferasi sel-sel jaringan induknya Yuwono, 2006. Universitas Sumatera Utara Beberapa jaringan tanaman dapat digunakan untuk membentuk biakan kalus seperti akar, batang, dan daun, Untuk membentuk kalus, jaringan dipisahkan dari tanaman dan permukaan sayatan disterilkan untuk membunuh pengkontaminasi biakan. Beberapa biakan yang membentuk kalus dari tanaman yang tumbuh dalam kondisi aseptik dengan permukaan biji yang disterilkan untuk mengurangi kontaminasi Nasir, 2002.

2.5 Kolkisin

Kolkisin merupakan suatu alkaloid yang berasal dari umbi dan biji dari tanaman Autumn crocus Colchicum autumnale Linn. yang termasuk dalam famili Liliaceae. Nama Colchicum berasal dari nama Colchis yaitu seorang raja yang menguasai daerah tepi Laut Hitam, dan karena di daerah tersebut ditemukan banyak sekali tanaman itu. Pada musim semi tanaman ini memiliki daun, buah dan biji Suryo, 1995. Kolkisin atau Colchicine merupakan suatu senyawa alkaloid yang berasal dari tanaman Colchicum autumnale Linn. Yang memiliki sifat sangat toksik. Nama kimia Colchicine adalah 5,6,7,9-tetrahidro 1,2,3,10-tetramethoxy-9-oxobenzo alpha hepthalene-7-acetamida Rn-List, 2005. Larutan kolkisin dengan konsentrasi yang tepat dapat mencegah terbentuknya benang-benang spindel sehingga pemisahan kromosom pada anaphase tidak terjadi, akibatnya terjadi penggandaan kromosom tanpa pembentukkan dinding sel. Kolkisin adalah senyawa kimia yang dapat mengganggu depolimerisasi protein mikrotubulus sehingga mencegah pembentukan benang-benang spindel Griffith, 2000. Konsentrasi kolkisin yang digunakan bervariasi dari 0,0005-1 dengan perendaman 1-6 hari, tergantung jenis benih yang digunakan. Umumnya, benih yang lama berkecambah memerlukan waktu perendaman yang lebih lama. Jauhariana 1995 menyatakan bahwa pada umumnya kolkisin efektif pada konsentrasi 0,01-1. Penelitian Herawati 1989 dalam Sulistianingsih, menunjukkan bahwa pada tembakau Nicotiana tabacum L. terjadi peningkatan jumlah daun, lebar dan panjang serta luas daun semakin besar. Pada konsentrasi 0,1 menghasilkan tanaman triploid dan konsentrasi 0,25 menghasilkan tanaman yang albino. Universitas Sumatera Utara Menurut Mariska 1996, masih rendahnya kalus yang beregenerasi pada perlakuan pemberian kolkisin diduga karena pemberian kolkisin dengan konsentrasi yang tinggi pada awal perlakuan akan mengakibatkan kerusakan fisiologis tanaman. Pemberian kolkisin juga mengakibatkan penundaan pertumbuhan akibat jaringan yang rusak dan memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh. Menurut Eigisti dan Dustin 1995, bahwa kolkisin merupakan senyawa kimia yang bersifat toksik yang pada konsentrasi yang tepat dapat mencegah terbentuknya benang-benang spindel, kolkisin dengan konsentrasi yang beragam dapat menyebabkan pengaruh yang beragam pula. Berbagai konsentrasi kolkisin jika tidak sesuai akan memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan tanaman seperti jumlah daun, berat basah tunas, berat basah akar, berat kering tunas dan berat kering akar.

2.6 Poliploidi