BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terung belanda merupakan tanaman yang sangat populer di New Zealand. Tanaman ini termasuk keluarga Solanaceae yang berasal dari Peru dan masuk ke Negara
Indonesia. Tanaman ini dikembangkan antara lain di Bali, Jawa Barat, dan Tanah Karo Sumatera Utara Kumalaningsih, 2006. Tanaman ini telah dikenal dikalangan
masyarakat Sumatera Utara sebagai salah satu bahan untuk jus buah segar yang sangat diminati karena rasanya yang asam manis. Terung belanda juga mulai dikembangkan
pengolahannya dalam bentuk sirup. Selain itu, tanaman ini juga mempunyai potensi yang cukup baik untuk dijadikan selai yang tentunya akan menambah nilai
ekonominya Departemen Pertanian, 2003.
Terung belanda di Sumatera Utara mulai dikembangkan pengolahannya dalam bentuk sirup yang ternyata sangat disukai oleh masyarakat. Namun produksi sirup
Terung belanda ini masih sangat terbatas karena tingkat produktivitasnya yang masih rendah dan disebabkan karena penyakit yang menyerang tanaman ini serta tempat
tumbuhnya tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang terlalu tinggi Departemen Pertanian, 2005. Disamping itu tanaman ini rentan terhadap serangan
penyakit misalnya anthrax yang disebabkan olah jamur Colletotrichum sp Bohs, 2001, seperti yang dialami tanaman Terung belanda di daerah Brastagi, Sumatera
Utara Departemen Pertanian, 2005.
Untuk itu perlu dilakukan perbaikan kualitas genetik dari terung belanda dengan cara mutagenesis. Peningkatan keragaman genetik melalui mutasi induksi
telah berhasil dilakukan pada banyak tanaman. Variasi yang muncul dapat
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan keragaman baik dari sifat morfologi dan ketahanan terhadap penyakit Husni, 2005. Untuk mendapatkan keragaman genetik secara cepat dapat dilakukan
mutasi induksi dengan pemberian beberapa senyawa kimia seperti pemberian kolkisin untuk memicu poliploidi, ethylmethanesulfonate EMS serta radiasi sinar ultraviolet.
Kolkisin selain dapat menyebabkan poliploidi juga dapat menyebabkan pertumbuhan tidak terbatas indeterminate, sehingga tanaman dapat berbuah
beberapa kali dalam setahun. Hal ini tentunya menguntungkan karena memberikan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak mengalami
poliploidi Stebbin, 1984: Sergaves et al., 1999.
Perbanyakan terung belanda dilakukan secara generatif yaitu dengan memanfaatkan bijinya. Hal ini dapat menyebabkan turunnya produksi tanaman
tersebut karena dalam pertumbuhannya biji memerlukan waktu yang relatif lama dan seringkali hasilnya tidak seperti tanaman induknya Yuwono, 2006. Selain itu, hama
seperti aphids dan ulat pemakan daun atau penyakit seperti busuk pada batang atau busuk pohon yang menyerang pada musim hujan juga dapat menyebabkan produksi
tanaman ini menurun Kumalaningsih, 2006. Secara fisiologis, mekanisme ketahanan terhadap beberapa penyakit dan mikroorganisme melibatkan peningkatan aktivitas
enzim tertentu, antara lain aktivitas enzim peroksidase, yang merupakan salah satu enzim yang terkait dengan mekanisme ketahanan tanaman terhadap cekaman Artlip
Funkhouser, 1995.
Dari beberapa hasil penelitian yang telah diperoleh bahwa aktivitas Peroksidase tanaman tomat yang diserang penyakit seperti nematoda akan meningkat
pada umumnya jika dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Hal ini menggambarkan bahwa makin tinggi infeksi serangan, maka makin tinggi aktivitas
peroksidasenya Simhian, 1998.
Isozim adalah enzim yang merupakan produk langsung dari gen, terdiri dari berbagai molekul aktif yang mempunyai struktur kimia yang berbeda tetapi
mengkatalisis reaksi yang sama. Enzim merupakan protein biokatalisator untuk proses-proses fisiologi tanaman yang pengadaan dan pengaturannya dikontrol secara
Universitas Sumatera Utara
genetik Shannon, 1968. Penggunaan penandaan isozim mempunyai kelebihan karena isozim diatur oleh gen tunggal dan bersifat kodominan dalam pewarisan dan
bersegregasi secara normal. Penanda ini bersifat stabil karena tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, lebih cepat dan akurat karena tidak menunggu tanaman ini sampai
bereproduksi Hadiati et al., 2002. Peroksidase merupakan anggota enzim reduktase yang dianggap memiliki hubungan nyata dengan penyebab perubahan pada rasa,
warna, tekstur dan kandungan gizi buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum diolah Burnette, 1977. Peroksidase pada tanaman merupakan isozim yang berperan dalam
pertumbuhan, diferensiasi dan pertahanan Gaspar et al., 1980. Aktivitas isozim peroksidase mudah dideteksi karena aktivitasnya yang luar biasa pada jaringan Touti,
1988. Peroksidase mengkatalisis H
2
O
2
menjadi H
2
dan O
2
.
Polifenol Oksidase PPO tidak terbatas pada beberapa bagian organ tanaman. Keberadaannya dapat dilihat dalam setiap jenis dari organ-organ tersebut. Jaringan,
sel, dan ditempat yang sama dalam suatu varietas dari fraksi sel, keduanya terdapat di dalam organela-organela dan dalam cairan sel Kar and Mishra, 1976; Sato and
Hasegawa, 1976.
Beberapa penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat antara peningkatan aktivitas dari PPO dan aktivitas metabolik lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan dari aktivitas PPO berhubungan dengan komposisi dari senyawa fenolat dan aktivitas peroksidase PO Bashan et al., 1987;
Czech-Kozlowska and Krzywanski, 1984; Srivastava and van Huystee, 1977b. Para ahli menemukan bahwa PPO dan PO sangat signifikan di dalam reaksi pertahanan
Arora and Wagle, 1985; Bashan et al., 1987; Maraite, 1973; Retig, 1974.
Dalam penelitian ini digunakan 2 media dengan penambahan zat pengatur tumbuh yang berbeda-beda. Media yang pertama digunakan adalah media MS dengan
penambahan 0,5 mgl BAP dan 0,5 mgl 2,4 D untuk mendapatkan kalus. Sedangkan media yang kedua yaitu untuk kultur differensiasi digunakan media MS dengan
penambahan 1 mgl BAP dan 0,5 mgl NAA Suryowinoto, 1996.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Pemasalahan