Proliferasi Kalus Persentase Kultur Yang Hidup Setelah Diinduksi Kolkisin

a. b. c. Gambar 4.1.2 Kalus dengan beberapa variasi warna a Kalus yang berwarna coklat b Kalus yang berwarna kehijauan c Kalus yang berwarna kekuningan Menurut Fitriani 2003, bahwa warna kalus kekuningan dan kehijauan merupakan kalus yang paling bagus, dimana banyak kalus yang mengalami diffrensiasi menjadi planlet, sedangkan warna coklat pada kalus menandakan sel mengalami cekaman karena luka pada jaringan selain cekaman dari medium itu sendiri, sehingga terjadi sintesis senyawa fenolat sebagai pertahanan sel tanaman tersebut. Menurut Santoso dan Nursandi 2004, warna kalus yang tidak hijau disebabkan oleh hilangnya polarisasi dari sel yang diinduksi dan dalam keadaan normal sel akan membentuk lebih banyak klorofil. Jika eksplan pada awalnya berwarna hijau berubah menjadi warna putih kecoklatan berarti terjadi proses degradasi dari klorofil.

4.1.3 Proliferasi Kalus

Dari semua perlakuan kultur kalus yang hidup sebanyak 58,46 38 dari 65 botol kalus yang mampu membentuk tunas dan 13,84 9 dari 65 botol kalus yang mampu membentuk planlet Gambar 4.1.3. Kalus yang mampu membentuk tunas dan planlet sekaligus ada sebanyak 6 perlakuan, sedangkan 6 perlakuan lainnya hanya membentuk tunas atau planlet saja Tabel 4.1.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1.3 Proliferasi dari Kalus yang Hidup dan Beregenerasi Proliferasi Perlakuan Kalus Yang Hidup Pembentukan Tunas Pembentukan Planlet C1T1 5 4 1 C1T2 6 4 2 C1T3 5 3 1 C2T1 5 2 - C2T2 4 1 - C2T3 6 2 - C3T1 6 6 2 C3T2 5 4 2 C3T3 6 3 - C4T1 6 4 2 C4T2 5 5 - C4T3 6 1 - Total 65 100 38 58,46 9 13,84 Dari keenam perlakuan yang mampu membentuk tunas dan planlet sekaligus terdapat pada 3 perlakuan kontrol, 2 perlakuan dengan konsentrasi 0,1 C 2 dan 1 perlakuan dengan konsentrasi 1 C 4 . Hal ini mungkin disebabkan karena pada perlakuan kontrol, proses pembentukan tunas dan planlet tidak terganggu karena belum diinduksi dengan kolkisin, tetapi pada konsentrasi 0,01 justru menghambat proses pembentukan kalus untuk beregenerasi menjadi planlet, namun akan terlihat kembali pengaruhnya pada konsentrasi 0,1 dan 1. Kalus yang hidup dan beregenerasi menjadi tunas dan planlet dari semua perlakuan menunjukkan perubahan atau differensiasi dari kalus yang hidup baik. Perubahan itu terjadi karena sifat embriogenik dari kalus, sehingga kalus yang hidup memiliki potensi yang cukup besar dalam membentuk planlet ataupun tunas. b a Gambar 4.1.4 Kalus yang membentuk tunas aKalus b Tunas Universitas Sumatera Utara Menurut Purnamaningsih 2006, untuk memacu regenerasi kalus, media yang digunakan harus sesuai. Keseimbangan nutrisi di dalam suatu media sangat mempengaruhi pertumbuhan kalus maupun diferensiasinya membentuk planlet. Menurut Santoso dan Nursandi 2004, kemampuan kalus dalam beregenerasi dipengaruhi oleh kondisi kalus dan komposisi media. Ketidakmampuan kalus dalam beregenerasi disebabkan karena tidak seimbangnya antara zat pengatur tumbuh yang diberikan yaitu antara auksin dan sitokinin. Perubahan warna kalus menjadi hitam dan pertumbuhan yang lambat bahkan tidak mengalami pertumbuhan sama sekali dapat diindikasikan bahwa kalus tersebut sudah mati. Menurut Kosmiatin Mariska 2005, bahwa masih rendahnya kalus yang beregenerasi pada perlakuan diduga karena pemberian kolkisin dengan konsentrasi yang tinggi pada perlakuan mengakibatkan kerusakan fisiologi tanaman. Pemberian kolkisin akan mengakibatkan jaringan tanaman menjadi rusak dan penundaan pertumbuhan sehingga memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh kembali.

4.1.4 Persentase Kultur Terkontaminasi