Budidaya Terung belanda Secara In Vitro

bertangkai panjang, kulit buah tipis, licin, berwarna lembayung kemerah-merahan, daging buahnya mengandung banyak sari buah, agak asam sampai manis. Bijinya bulat pipih, tipis, dan keras. Setiap 100 g bagian buah yang dapat dimakan mengandung air 85 g, protein 1,5 g, lemak 0,06-1,28 g, karbohidrat 10g, serat 1,4- 4,2g, abu 0,7g, vitamin A 150-500 SI, dan vitamin C 25 mg http:www.iptek.net.idindteknologi_pangan.diakses tanggal 3 Maret 2008. Terung belanda merupakan tanaman yang sudah banyak dikembangkan terutama di Negara Chili. Buah dari tanaman ini sudah dijadikan komoditi ekspor yang dapat memberikan devisa bagi negara tersebut Faucon, 1998. Buah Terung belanda biasanya gampang rusak sehingga harus disimpan pada suhu 0 o C Bohs, 2001.

2.2 Budidaya Terung belanda Secara In Vitro

Suatu kendala yang sering dihadapi dalam pengadaan bibit unggul secara konvensional adalah sulitnya mendapatkan bibit yang berkualitas dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Salah satu keunggulan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan adalah sangat dimungkinkan mendapatkan bahan tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat Priyono et al., 2000 Teknik kultur jaringan memiliki dua kegunaan yaitu sebagai perbanyakan klon yang menghasilkan propagul yang bermutu, dan sebagai perbaikan tanaman untuk menghasilkan kultivar baru yang lebih unggul dan lebih mantap sesuai dengan program perbaikan sifat-sifat genetik yang dikehendaki Priyono et al., 2000. Klon adalah individu-individu yang secara genetik sama atau identik. Klon dapat diperoleh dengan perbanyakan vegetatif dari satu tanaman induk atau dari beberapa individu yang berasal dari klon yang sama dengan yang telah ada Suryowinoto, 1996. Keunggulan dari perbanyakan secara in vitro ini selain menghemat biaya, tempat maupun waktu, adalah memperoleh tanaman baru yang toleran terhadap virus. Manfaat ini yang membuat budidaya dengan menggunakan teknik kultur jaringan ini Universitas Sumatera Utara banyak diminati dalam bidang pertanian, perkebunan, dan bidang-bidang lainnya Suryowinoto, 1996. Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik budidaya sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas mikroorganisme Santoso Nursandi, 2004. Perbanyakan dengan kultur jaringan tidak mengenal musim karena kondisi lingkungan yang diatur sesuai dengan kebutuhan. Biji yang memegang peranan penting dalam mempertahankan kondisi yang seperti ini. Keadaan seperti ini dapat diterapkan pada kultur biji. Kegunaan kultur biji adalah menghilangkan kontaminasi eksternal seperti jamur, bakteri, dan mikroorganisme lainnya Katuuk, 1989. Teori totipotensi sel merupakan prinsip dasar dari metode kultur jaringan. Sel memiliki kemampuan autonom yang ada di dalammya mengandung material genetik lengkap, sehingga apabila ditumbuhkan pada lingkungan tumbuh yang sesuai, sel tersebut akan dapat tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap Pierik, 1987. Kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan kultur jaringan suatu tanaman adalah memilih tanaman induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenisnya dan varietasnya serta harus sehat. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif meristematis. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi yang lebih tinggi, sel-selnya masih aktif membelah diri dan relatif lebih bersih mengandung lebih sedikit kontaminan. Sementara itu tanaman yang lebih tua akan lebih sulit beregenerasi, dan biasanya mengandung lebih banyak kontaminan Yusnita, 2003. Dalam perbanyakan dengan kultur jaringan, eksplan merupakan faktor yang penting menentukan keberhasilan. Eksplan adalah bagian tanaman yang dijadikan bahan inokulum awal yang ditanam dalam media, yang akan menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Eksplan menjadi dasar pembentukan kalus yaitu bentuk awal calon tunas yang kemudian mengalami proses pembentukkan Universitas Sumatera Utara tanaman seperti daun, batang dan akar Nugroho Sugito, 2004. Langkah selanjutnya untuk menentukan bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan adalah melihat potensi genetik yang ada pada tanaman di lapangan.

2.3 Media Kultur Jaringan