Berat Basah Kalus g Warna Kalus

seperti kerja yang aseptis, eksplan yang bagus dan viabilitas eksplan setelah diinduksi kolkisin. Menurut Jauhariana 1995, bahwa pada umumnya kolkisin efektif untuk pertumbuhan tanaman pada konsentrasi 0,01-1. Penelitian Herawati 1989 dalam Sulistianingsih, pada tembakau Nicotiana tabacum L. terjadi peningkatan jumlah daun, peningkatan kultur yang hidup, lebar dan panjang serta luas daun semakin besar. Tetapi Menurut Suryo 1995, bahwa jika konsentrasi kolkisin dan waktu perlakukan yang tidak tepat, maka kolkisin akan memperlihatkan pengaruh negatif yaitu kerusakan sel-sel tanaman bahkan menyebabkan matinya jaringan tanaman. Konsentrasi kolkisin yang digunakan bervariasi dari 0,0005-1 dengan perendaman 1-6 hari, tergantung jenis benih yang digunakan. Umumnya, benih yang lama berkecambah memerlukan waktu perendaman yang lebih lama.

4.1.1 Berat Basah Kalus g

Hasil analisis sidik ragam pada pengamatan berat basah kalus Lampiran M, menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi dan waktu perendaman berpengaruh sangat nyata, dimana pada kombinasi perlakuan yang memiliki berat basah kalus yang tertinggi pada C 3 T 1 dan kombinasi perlakuan yang memiliki berat basah kalus terrendah pada C 4 T 2 . Hasil rataan berat basah kalus dapat dilihat pada Tabel 4.1.1 dibawah ini. Tabel 4.1.1 Hubungan antara berat basah kalus dengan perlakuan kolkisin dengan waktu perendaman. Waktu Perendaman Konsentrasi Kolkisin T1 T2 T3 C1 1,07 cdB 1,24 abcdAB 1,26 abcdAB C2 1,11 abcAB 1,10 cdB 1,50 aA C3 1,41 abAB 1,23 abcdAB 1,33 abcdA C4 1,35 bcdAB 0,99 cdB 1,10 abcdAB Universitas Sumatera Utara Dari hasil yang diperoleh bahwa pada semua perlakuan, perlakuan C 3 T 1 memiliki rataan berat basah kultur tertinggi sebesar 1,41 g, sedangkan pada perlakuan C 4 T 2 memiliki rataan berat basah kalus terrendah sebesar 0,99 g. Hasil tersebut memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Hal ini menujukkan bahwa pada kombinasi perlakuan C 3 T 1 konsentrasi 0,1 dengan waktu perendaman 5 menit merupakan kombinasi yang paling baik untuk penginduksian dengan kolkisin, ini ditandai dengan peningkatan berat basah kalus. Sedangkan kombinasi perlakuan C 4 T 2 konsentrasi 1 dengan waktu perendaman 15 menit merupakan kombinasi yang kurang baik untuk penginduksian dengan kolkisin yang ditandai dengan penurunan berat basah kalus, begitu juga untuk kombinasi perlakuan dengan konsentrasi 0 kontrol memberikan pengaruh yang tidak terlalu baik dimana berat basah kalus tidak terlalu tinggi. Menurut Eigisti dan Dustin 1995, bahwa kolkisin dengan konsentrasi yang beragam dapat menyebabkan pengaruh yang beragam pula. Berbagai konsentrasi kolkisin jika tidak sesuai akan memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan tanaman seperti jumlah daun, berat basah tunas, berat basah akar, berat kering tunas dan berat kering akar.

4.1.2 Warna Kalus

Warna kalus pada setiap perlakuan bervariasi yaitu putih kekuningan, putih kecoklatan dan putih kehijauan Gambar 4.1.2. Kalus yang bewarna putih kekuningan merupakan kalus yang paling banyak tumbuh dari kedua warna kalus lainnya yaitu dengan persentase sebesar 60, sedangkan untuk warna putih kecoklatan dan putih kehijauan yaitu sebesar 36,92 dan 3,07 Tabel 4.1.2. Kalus yang paling baik adalah kalus yang bewarna putih kekuningan karena kalus ini memiliki ciri-ciri kalus yang kompak dan bernodul serta bersifat embriogenik. Sedangkan kalus yang kurang baik yaitu kalus yang bewarna putih kecoklatan karena kalus tersebut merupakan kalus yang telah mengalami penuaan dan Universitas Sumatera Utara kalus ini cendrung mengeluarkan senyawa fenolat yang dapat menghambat pertumbuhan kalus tersebut. Tabel 4.1.2 Warna Kalus Pada Setiap Perlakuan Warna Kalus Perlakuan Putih Kekuningan Putih Kecoklatan Putih Kehijauan Total Kalus yang Hidup C1T1 3 2 - 5 C1T2 3 2 1 6 C1T3 3 2 - 5 C2T1 5 - - 5 C2T2 - 4 - 4 C2T3 2 3 1 6 C3T1 6 - - 6 C3T2 2 3 - 5 C3T3 3 3 - 6 C4T1 5 1 - 6 C4T2 2 3 - 5 C4T3 5 1 - 6 Total 39 60 24 36,92 2 3,07 65 Kalus yang berwarna putih kekuningan merupakan kalus yang paling banyak dan lebih berpotensi untuk membentuk tunas, karena kalus tersebut memiliki sifat yang embrio somatik. Untuk kalus yang bewarna putih kecoklatan terjadi karena kalus telah mengalami penuaan dimana kalus tersebut cendrung mengeluarkan senyawa fenolat dan faktor perendaman biji pada kolkisin yang terlalu lama juga akan menyebabkan kematian sel atau jaringan tanaman. Pada kalus yang berwarna putih kecoklatan dapat mengindikasikan bahwa potensi regenerasi kalus menjadi planlet lebih rendah dibandingkan dengan kalus yang berwarna putih kekuningan, karena warna coklat tersebut menunjukkan terbentuknya senyawa fenolik menjadi kuinon akibat adanya pertahanan tanaman dari kondisi yang tidak sesuai sehingga akan terbentuk warna coklat browning. Universitas Sumatera Utara a. b. c. Gambar 4.1.2 Kalus dengan beberapa variasi warna a Kalus yang berwarna coklat b Kalus yang berwarna kehijauan c Kalus yang berwarna kekuningan Menurut Fitriani 2003, bahwa warna kalus kekuningan dan kehijauan merupakan kalus yang paling bagus, dimana banyak kalus yang mengalami diffrensiasi menjadi planlet, sedangkan warna coklat pada kalus menandakan sel mengalami cekaman karena luka pada jaringan selain cekaman dari medium itu sendiri, sehingga terjadi sintesis senyawa fenolat sebagai pertahanan sel tanaman tersebut. Menurut Santoso dan Nursandi 2004, warna kalus yang tidak hijau disebabkan oleh hilangnya polarisasi dari sel yang diinduksi dan dalam keadaan normal sel akan membentuk lebih banyak klorofil. Jika eksplan pada awalnya berwarna hijau berubah menjadi warna putih kecoklatan berarti terjadi proses degradasi dari klorofil.

4.1.3 Proliferasi Kalus