2. The Portofolio Diversification Hypothesis Hipotesa diversifikasi
portofolio; dan 3.
The Market Size Hipothesis Hipotesa besar kecilnya pasar. Kedua,
teori berdasarkan asumsi pasar yang tidak sempurna Theories Assuming Imperfect Markets
. Hymer menyatakan bahwa struktur pasar dan karakteristik yang khusus dari perusahaan penanaman modal asing dapat
menjelaskan adanya penanaman modal asing.
111
C. Hubungan Kedaulatan Negara dan Penanaman Modal Asing
Jika berbicara mengenai penanaman modal modal asing tentu tidak bisa terlepas dari kedaulatan negara, keduanya memiliki hubungan kausalitas.
Penanaman modal dilakukan diatas tanah suatu negara yang berdaulat. Dengan masuknya penanaman modal asing ke suatu negara maka secara tidak langsung
negara yang berdaulat tersebut menyerahkan sebagian dari kedaulatan Negaranya untuk dikuasai dan diusahakan oleh penanam modal asing tersebut.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, kedaulatan negara meliputi kedaulatan kedalam internal dan kedaulatan keluar eksternal. Kedaulatan kedalam
merupakan kedaulatan negara terkait dengan yurisdiksi negara untuk mengatur dan menegakkan hukum di dalam wilayah negara, termasuk didalamnya adalah
mengatur masalah investasi asing di dalam wilayah negara tersebut. International Law Association
pada Kongres di Seoul pada Tahun 1986 menerima dengan suara bulat bahwa kedaulatan Negara atas sumber daya alam dan kegiatan-kegiatan
ekonomi di wilayah hukum mereka merupakan asas hukum internasional yang
111
S.H. Hymer, The International Operation of National Firms: A Study of Direct Foreign Investment, dalam An An Chandrawulan., Ibid. hlm. 70.
Universitas Sumatera Utara
harus dipatuhi oleh negara-negara. Konsep mana sebenarnya telah lama dikemukakan oleh Jean Bodin yang menegaskan bahwa sovereignty as the absolut
and perpetual powe r bagi suatu negara.
112
Dengan demikian kedaulatan adalah bersifat mutlak dan abadi bagi suatau negara. Seperti juga dikemukakan oleh
Oppenheim-Lauterpacht bahwa kedaulatan adalah konsep yang sangat fundamental dalam suatu negara. Hanya dengan adanya kedaulatanlah suatu
negara dikatakan merdeka. Tanpa kedaulatan yang harus dihormati oleh negara lain, maka tidak artinya suatu negara.
113
Dalam berbagai perundingan dan kesepakatan internasional yang membahas mengenai penanaman modal, isu kedaulatan negara merupakan isu
yang selalu masuk di dalam pembahasan. Bahkan merupakan perdebatan yang pertama kali muncul dalam perundingan tentang persetujuan perdagangan yang
terkait dengan peraturan penanaman modal multilateral. Kedaulatan negara untuk menentukan sendiri kegiatan ekonomi di wilayah yurisdiksinya sudah sejak lama
ditreima dalam hukum internasional. Kedaulatan yang permanen ini dijamin pelaksanaannya dalam resolusi Majelis umum PBB Nomor 3281 XXIX tanggal
12 Desember 1974 tentang Charter of Economic Rights and Duties of State. Article
2 1 Resolusi ini menyebutkan : ”every state has and shall freely exercise full permanent sovereignty,
including possession, use and diposal, over all its wealth, natural resources and economic activity.”
112
Jean Bodin, Six Books of the Commenwealth dalam Mahmul Siregar, Op. Cit. hlm. 157.
113
Oppenheim – Lauterpacht, International Law dalam Mahmul Siregar, Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Panel penyelesaian sengketa GATT yang memeriksa perkara-perkara terkait dengan TRIMs, dalam setiap penyelesaian sengketa, panel menjelaskan
bahwa panel tidak bermaksud untuk menguji kedaulatan negara dalam mengatur investasi asing di wilayah teritorialnya, hanya saja panel memeriksa apakah
kedaulatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan kewajiban internasional dari negara bersangkutan berdasarkan GATT.
114
Namun, dapat dipahami juga bahwa sebesar apapun penghormatan hukum internasional terhadap kedaulatan suatu negara, bukanlah berarti pelaksanaan
kedaulatan tersebut tidak mempunyai batasan-batasan. Kedaulatan negara dibatasi oleh kedaulatan negara lain dan juga kewajiban negara pemilik
kedaulatan yang ditetapkan berdasarkan perjanjian-perjanjian internasional.
115
Kedaulatan negara-negara berkembang untuk menata sendiri kegiatan investasi asing di wilayah hukumnya tidak bisa dipergunakan sekehendak hati
penguasa di negara-negara berkembang, akan tetapi pelaksanaannya harus memperhatikan kesepakatan-kesepakatan internasional dari negara-negara
berkembang tersebut. Oleh karena masalah investasi asing di dalamnya terkait masalah-masalah perdagangan internasional, maka pelaksanaan kedaulatan di
bidang investasi asing tersebut harus memperhatikan ketentuan-ketentuan internasional dibidang investasi dan perdagangan yang sudah disepakati oleh
pemerintah negara-negara berkembang.
116
Kewenangan untuk mengatur kegiatan investasi asing diakui dalam berbagai resolusi PBB sebagai kedaulatan permanen dari negara host country.
Namun kedaulatan tersebut harus diterapkan sesuai dengan kewajiban host
114
Ibid, hlm. 159.
115
Ibid.
116
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
country berdasarkan perjanjian internasional. Dengan demikian perjanjian
internasional adalah salah satu cara untuk membatasi penerapan kedaulatan. Berkaitan dengan masalah investasi asing, maka piranti perjanjian internasional di
bidang investasi asing dapat dipergunakan untuk tujuan membatasi kedaulatan host country
.
117
Inilah yang dilakukan oleh negara-negara maju terhadap negara- negara host country yang dalam hal ini adalah Negara-negara berkembang yang
mempertahankan konsep kedaulatan, untuk membatasi keleluasaan host country menetapkan kebiajakan terhadap investasi asing serta untuk memastikan
perlindungan maksimum pada perusahaan investasi asing, negara-negara home country
pada umumnya mengunakan berbagai kesepakatan internasional baik yang sifatnya regional maupun bilateral dalam investasi asing.
118
Sebagian dari kedaulatan negara untuk mengatur investasi asing telah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan GATT dan WTO . Saat ini dalam kerangka
WTO setidaknya ada dua instrumen yang membatasi kedaulatan negara dalam menentukan kebijakan investasi asing, yakni Agreement on Trade Related
Investment Measures dan General Agreement on Trade in Services.
Agreement on TRIMs tidak membenarkan negara mengeluarkan kebijakan
penanaman modal asing yang dapat mengganggu perdagangan internasional. Syarat-syarat penanaman modal seperti kandungan lokal, keseimbangan
perdagangan, pembatasan akses valuta asing maupun pembatasan ekspor dilarang secara hukum, terlepas apakah persyaratan tersebut dibutuhkan oleh negara untuk
kepentingan pembangunan ekonominya. Fleksibilitas untuk menghindar hanya dibenarkan jika sebuah negara mengalami kesulitan neraca pembayaran. Negara
117
Ibid , hlm 170.
118
William D. Verwey and N.J. Scrijver, “The Taking of Foreign Property Under
International Law ; A New Legal Perspective ” dalam Mahmul Siregar, Ibid, hlm. 170.
Universitas Sumatera Utara
dengan demikian telah menyerahkan sebagian dari kedaulatannya untuk mengatur kebijakan penanaman modal asing kepada WTO sebagai organisasi multilateral.
119
Agreement on TRIMs tidak ditujukan untuk membatasi seluruh kebijakan
penanaman modal asing yang ditetapkan pemerintah negara host country. Sebagian besar kedaulatan menetapkan persyaratan investasi masih dimiliki oleh
pemerintah host country. GATS kemudian mempersempit kedaulatan negara untuk menentukan sendiri kebijakan penanaman modal di sektor jasa, yang belum
tercakup dalam Agreement on TRIMs. GATS membatasi kedaulatan negara untuk menetukan kebijakan investasi menyangkut pembatasan jumlah pemasok jasa, dan
pembatasan jumlah personil yang dibutuhkan oleh perusahaan asing dalam penyediaan jasa di wilayah negara host country. GATS juga membatasi ruang
bagi negara untuk melindungi penyedia jasa domestik yang umumnya dilakukan pemerintah host country melalui perlakuan yang lebih baik terhadap investor
investasi jasa domestik.
120
Dari konsep penanaman modal diatas, terlihat adanya suatu gambaran bahwa negara tersebut sedang menjual wilayah atau kedaulatannya padahal yang
terjadi bukanlah demikian, karena kegiatan penanaman modal justru dilaksanakan guna percepatan pembangunan suatu negara dikarenakan negara belum memiliki
kemampuan untuk mengolah sumber daya yang ada. Pembangunan suatu negara tidak terkecuali pembangunan di Indonesia, baru dapat terlaksana jika didukung
oleh dana modal pembangunan yang cukup dan memadai, dana tersebut biasanya biasanya berasal dari tabungan dalam negeri domestic namun apabila
tabungan tersebut tidak memadai sedangkan pembangunan harus tetap dan cepat
119
Ibid, hlm. 182.
120
Mahmul Siregar., Op. Cit., hlm. 182.
Universitas Sumatera Utara
berjalan maka untuk menutupi kekurangan tersebut dapat menggunakan sumber dana dari luar negeri, baik berupa bantuan luar negeri maupun penanaman modal
asing PMA. Oleh karena itu, sebenarnya penanaman modal asing merupakan suatu kebutuhan untuk pelaksanaan dan percepatan pembangunan suatu negara
dan keterkaitannya dengan kedaulatan tentu tidak dapat dihindarkan.
121
Reduksi secara signifikan terhadap kedaulatan negara dalam menetapkan kebijakan investasi asing akan terjadi bila perundingan tentang multilateral
framework on investment berhasil melarang hambatan-hambatan dalam
persyaratan penanaman modal. Jika hal ini dilarang dengan mekanisme pelarangan secara umum general prohibition, maka jelas ruang gerak terhadap
pilihan kebijakan negara host country akan hilang. Liberalisasi agresif yang diinginkan negara maju, akan semakin mempersempit negara-negara berkembang
dalam mempergunakan kedaulatannya untuk menentukan kebijakan investasi asing.
122
121
H. Abdul Manan., Op. cit., hlm.132-133.
122
Ibid, hlm.187.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA NASIONAL
DAN INTERNASIONAL
A. Pengaturan Penanaman Modal Asing di Indonesia