Pengaturan Penanaman Modal Asing di Indonesia

BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA NASIONAL DAN INTERNASIONAL

A. Pengaturan Penanaman Modal Asing di Indonesia

1. Pengaturan penanaman modal asing sebelum adanya UUPM Jika dirunut kebelakang, maka Tahun 1966 kiranya dapat dijadikan Tahun yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Disebut demikian karena, dalam kurun waktu sejak kemerdekaan Republik Indonesia hingga memasuki Tahun 1966, terjadi berbagai gejolak sehingga pembangunan nasional agak terabaikan. Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang dicita- citakan para pendiri bangsa founding father dirasakan perlu pembangunan secar menyeluruh dalam arti tidak hanya pembangunan fisik tetapi juga nonfisik. 123 Namun untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Jika mengandalkan modal dalam negeri tentu tidak cukup. Untuk itu perlu dicari alternatif lain agar masalah dana tersebut dapat diatasi. Salahsatu sumber dana dalam membangun perekonomian suatu negara yakni dengan mengundang investor asing agar investor bersedia menanamkan modalnya. Bagi investor yang hendak mananamkan modalnya di negara atau di daerah yang baginya masih cukup asing, perlu mengetahui lebih dalam tentang negara tujuan investasinya. Hal ini dapat dimaklumi, sebab investor perlu mengetahui apakah modal yang ditanamkan aman. Dengan kata lain, apakah ada 123 Faishlm H. Basri, Prospek Invesatasi di Era Otonomi Daerah, dalam Sentosa Sembiring., Op. Cit., hlm. 74. Universitas Sumatera Utara jaminan modal yang ditanamkan oleh investor tidak akan diambil alih begitu saja oleh negara tuan rumah host country, untuk memantapkan payung hukum dalam berinvestasi di Indonesia pada waktu itu, akhirnya pemerintah pun menerbitkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Sebenarnya Sebelum diterbitkannya UUPMA 1967 ini, setelah kemerdekaan RI sudah ada undang-undang tentang penanaman Modal Asing yakni Undang- Undang Nomor 78 Tahun 1958 dan diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1960. Kemudian undang-undang ini dicabut dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1965. Jadi antara kurun waktu 1965-1967 terdapat kekosongan hukum rechtsvacuum dalam bidang PMA. 124 Dalam rangka memacu kehadiran investor asing, dirasakan perlu merevisi undang-undang penanaman modal asing Tahun 1967. Untuk itu pada Tahun 1970, UUPMA diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970. Namun praktis sejak Tahun 1970 hingga Tahun 2006, peraturan perundang- undangan di bidang penanaman modal asing mengalami perubahan berarti. Sementara itu lingkungan usaha semakin mengglobal seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan cepat. 125 Untuk menyesuaikan dengan lingkungan bisnis yang semakin terbuka, pemerintah melakukan berbagai kebijakan beleidsregels yang lebih popular dengan istilah deregulasi. Kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah yang cukup berpengaruh secara substansial dalam bidang investasi yakni kebijakan yang 124 Ismail Suny dan Rudioro Rochmat, Tinjauan dan Pembahasan Undang-undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri , dalam Senntosa Sembiring., Ibid, hlm. 79. 125 Sentosa Sembiring., Ibid, hlm. 81. Universitas Sumatera Utara diterbitkan pada bulan mei 1986 yang lebih dikenal dengan Pakmei 1986, Paket Mei 1986 mencakup : a. Perusahaan-perusahaan PMA dengan 75 saham Indonesia atau 51 bila perusahaan pemerintah akan menerima perlakuan yang sama dengan perusahaan PMDN dalam hal hak-hak pernyaluran produknya di dalam negeri. b. Seluruh sektor terbuka bagi eprusahaan-perusahaan asing yang mengekspor 85 hasil produksinya sebelumnya disyaratkan 100 . c. Perusahaan-perusahaan PMA diizinkan untuk menginvestasikan kembali keuntungannya kedalam kegiatan yang sama atau ke perusahaan-perusahaan PMDN, sepanjang investasi yang bersangkutan masih terbuka. d. Persyaratan modal saham domestik dibebaskan, termasuk persyaratan atas 20 saham awal yang harus dicicil dalam jangka waktu 5 Tahun pertama. Dalam beberapa hal misalnya proyek-proyek yang mempunyai risiko tinggi, modal saham lokal awal sedikitnya harus 5. e. Dengan syarat-syarat tertentu, izin perusahaan-perusahaan asing dapat diperpanjang selama 30 Tahun. Hal lain mengubah ketentuan semula yang menyatakan bahwa seluruh izin hanya berlaku sampai dengan Tahun 1997. f. Persyaratan investasi minim sebesar 1 juta dihilangkan untuk beberapa kegiatan seperti konsultasi. Universitas Sumatera Utara Tampaknya pemeritah menyadari bahwa, perkembangan dunia bisnis khususnya dalam menarik investasi sangat kompetitif, untuk itu pada Tahun 1994 pemerintah pun kembali menyesuaikan ketentuan penanaman modal asing yakni dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing selanjutnya disebut PP 201994. Dalam pertimbangan dikeluarkannya PP 201994 disebutkan, bahwa dalam rangka mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, diperlukan langkah-langkah untuk lebih mengembangkan iklim usaha yang semakin mantap dan lebih menjamin kelangsungan penanaman modal asing. Hal ini tampak, dari kebijakan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan dengan diizinkannya investor asing masuk kebidang usaha yang selama ini tertutup bagi investor asing secara penguasaan penuh. Dengan diterbitkannya PP 201994 muncul serangkaian kebijakan di bidang investasi, antara lain : Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 Jo Nomor 118 Tahun 2000 mengenai Bidang-Bidang Usaha yang Tertutup Mutlak Maupun Terbuka Untuk PMA dengan Persyaratan, Keputusan Presiden Nomor 127 Tahun 2001 mengenai Bidang-Bidang yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang-Bidang Usaha yang Terbuka Untuk Usaha Besar dan Menengah dengan Syarat Kemitraan, dan tata cara permohonan PMDN dan PMA diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 sebagaiman telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 117 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 38SK1999 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Universitas Sumatera Utara Modal yang Didirikan dalam Rangka PMDN dan PMA serta Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penanaman Modal. 2. Pengaturan penanaman modal asing dalam UUPM Pentingnya peranan penanaman modal asing dalam pembangunan ekonomi Indonesia terefleksi dalam tujuan yang tertera dalam UUPM sebagai landasan hukum positif bagi kegiatan penanaman modal di indonesia. Dalam UUPM tujuan penyelenggaraan penanaman modal disebutkan antara lain : a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. b. Menciptakan lapangan kerja. c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional. e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional. f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan. g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekeuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Payung hukum kegiatan penanaman modal asing di Indonesia diatur dalam UUPM yang merupakan pengganti dari undang-undang penanaman modal yang lama, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing UUPMA dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri UUPMDN. Berbeda dengan UUPMA dan UUPMDN yang melakukan pembedaan pengaturan antara penanaman modal asing dan penanaman Universitas Sumatera Utara modal dalam negeri, maka dalam UUPM yang berlaku sekarang, masalah penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur dalam satu kesatuan. Pembedaan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri masih dilakukan dalam konteks mengidentifikasi asalnya modal tersebut, apakah berasal dari sumber dalam negeri atau dari sumber luar negeri, atau berdasarkan pihak yang melakukan penanaman modal tersebut, apakah investor lokaldomestik atau investor asing. 126 Meskipun secara umum pengaturan penanaman modal antara penanam modal dalam negeri PMDN dan penanam modal asing tidak dibedakan oleh UUPM, namun perlu kiranya untuk membahas sedikit mengenai pengaturan penanaman modal asing dalam UUPM, diantaranya : a. Bentuk Badan Usaha dan Kedudukan Penanaman modal asing di Indonesia wajib berbentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas tersebut dilakukan dengan : 1. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas. 2. Membeli saham. dan 3. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. b. Perlakuan terhadap penanaman modal Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari Negara manapun yang melakukan 126 David Kairupan., Loc. cit., hlm. 10. Universitas Sumatera Utara kegiatan penanaman modal di Indonesia, hal ini senada dengan prinsip non diskriminasi yaitu national treatment dan most favoured nation sebagaimana yang diatur dalam ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT. Prinsip national treatment adalah prinsip yang mengharuskan negara host country untuk tidak membedakan perlakuan antara penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri di Negara host country tersebut. 127 Undang-Undang Penanaman Modal dalam Pasal 4 ayat 2 huruf a menyebutkan bahwa : “2 Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Pemerintah : a. Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing denga tetap memperhatikan kepentingan nasional…” Kemudian dalam penjelasan Pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud perlakuan yang sama adalah bahwa pemerintah tidak membedakan perlakuan terhadap penanam modal yang telah menanamkan modalnya di Indonesia, kecuali di tentukan lain oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Kaidah dalam Pasal 4 ayat 2 ini mengandung dua variabel yang harus dimaknai secara utuh, yakni kewajiban memberikan perlakuan yan sama dan mengacu kepada kepentingan nasional. Hal ini berarti perlakuan sama tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kepentingan nasional. Artinya, dalam keadaan-keadaan tertentu perlakuan sama tersebut dapat tidak diterapkan kepada penanaman modal asing. Tentunya 127 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal : Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 110. Universitas Sumatera Utara pengecualian semacam ini harus sesuai dengan kesepakatan internasional. 128 Prinsip most favoured nations adalah prinsip yang menuntut perlaluan yang sama dari negara host country terhadap penanam modal dari negara asing yang satu dengan penanam modal dari negara asing yang lainnya yang melakukan aktivitas penanaman modal di negara di mana penanaman modal tersebut dilakukan. 129 Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang penanaman modal menayatakan bahwa : “Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua peananam modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.” Namun dalam ayat selanjutnya yaitu Pasal 6 ayat 2, UUPM mengecualikan ini bagi penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia. Hak istimewa yang dimaksud disini antara lain hak istimewa yang berkaitan dengan kesatuan kepabeanan, wilayah perdagangan bebas, pasar bersama common market, kesatuan moneter, kelembagaan yang sejenis, dan perjanjian antara pemerintah Indonesia dan pemerintah asing yang bersifat bilateral, regional, atau multilateral yang berkaitan dengan hak istimewa tertentu dalam penyelenggaraan penanaman modal. 130 128 Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dalam Undang-undang Penanaman Modal, Jurnal Hukum, hlm. 9. 129 Dhaniswara K. HarjoNomor, Loc. Cit., hlm. 110. 130 Penjelasan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Universitas Sumatera Utara Penanam modal asing diizinkan mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkan selama aset tersebut bukan aset yang dikuasai negara. Selain itu, penanam modal asing diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing terhadap modal, keuntungan, tambahan dana, royalti, hasil penjualan aset dan lain-lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perusahaan penanaman modal asing juga diberi hak untuk menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu walaupun undang-undang mengisyaratkan untuk mengutamakan tenaga kerja indonesia, dan apabila tenaga ahli asing tersebut ada maka perusahaan berkewajiban untuk menyelenggarakan pelatihan dan melakukan ahli teknologi kepada tenaga kerja warga negara indonesia. c. Bidang usaha yang terbuka dan tertutup bagi penanaman modal asing atau Negative List 1 Pengaturan Negative List Penanaman Modal di Indonesia Apabila berbicara mengenai bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal, maka tidak akan terlepas dari ketentuan yang tercantum dalam UUPM dan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal serta Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 sebagaimana dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 sebagaimana dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010, dan Universitas Sumatera Utara dirubah kembali dengan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, dalam ketiga peraturan diatas bidang usaha untuk penanaman modal digolongkan menjadi 3 macam. Ketiga macam bidang usaha itu meliputi : a Bidang usaha terbuka. b Bidang usaha yang dinyatakan tertutup. c Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan. Bidang usaha terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk penanaman modal, baik untuk penanaman modal domestik maupun penanaman modal asing bidang usaha yang tertutup adalah jenis usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal oleh penanam modal. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah jenis usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan persyaratan tertentu. Pasal 12 ayat 1 UUPM menentukan bahwa : “Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. ” Penjelasan ketentuan tersebut lebih lanjut menyebutkan bahwa bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan ditetapkan melalui Peraturan Presiden, disusun dalam suatu daftar yang berdasarkan standar klasifikasi tentang bidang usaha Universitas Sumatera Utara atau jenis susaha yang berlaku di Indonesia, yaitu klasifikasi berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia KBLI dan atau International Standard for Industrial Classification ISIC. KBLI yang berlaku saat ini adalah KBLI 2009 sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indinesia KBLI 2009. Dahulu untuk mengidentifikasi dan memahami suatu bidang usaha yang dilarang atau yang terbuka untuk penanaman modal, investor perlu juga memperhatikan petunjuk teknis pelaksanaan penanaman modal yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. Petunjuk teknis epanaman modal tersebut juga mengalami revisi dari waktu ke waktu sesuai perkembangan ekonomi yang ada pada saat itu. 131 Pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan, serta kepentingan nasional lainnya. 132 Sedangkan penetapan bidang usaha yang terbuka denga persyaratan dilakukan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi UMKMK, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi 131 David Kairupan., Op.Cit., hlm. 67. 132 Ana Rokhmatussa’dyah., Suratman., Hukum Investasi Pasar Modal, Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hlm. 67. Universitas Sumatera Utara modal dalam negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah. 133 Hal lain yang perlu diperhatikan dalam memahami negative list adalah seperti disebutkan dalam beberapa definisi diatas bahwa pengaturan pembatasan bidang-bidang usaha yang tertutup atau yang terbuka dengan persyaratan tersebut berlaku bukan saja untuk penanaman modal asing PMA tetapi juga penanaman modal dalam negeri PMDN. Negative list tersebut juga dapat secara berkala dievaluasi dan direvisi mengikuti perkembangan ekonomi dan kepentingan nasional berdasarkan kajian, temuan, dan usulan penanaman modal. 134 Dalam menetukan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, pemerintah harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar berikut 135 : a Penyederhanaan, bahwa negative list harus berlaku secara nasional dan bersifat sederhana serta terbatas pada bidang usaha yang terkait dengan kepentingan nasional sehingga merupakan bagian kecil dari keseluruhan ekonomi dan bagian kecil dari setiap sektor dalam ekonomi. 133 Pasal 12 ayat 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 134 David Kairupan.,Op. Cit., hlm. 69. 135 Pasal 5 dan 6 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal Universitas Sumatera Utara b Kepatuhan, bahwa negative list tersebut tidak bertentangan denga kewajiban Indonesia yang ternuat dalam perjanjian atau komitmen interbasional yang telah diratifikasi. c Transapransi, bahwa negative list tersebut harus jelas terperinci, dapat diukur dan tidak multitafsir serta berdasarkan kriteria tertentu. d Kepastian hukum, bahwa negative list tersebut tidak dapat diubah kecuali denga Peraturan Presiden. e Kesatuan Wilayah, bahwa negative list tersebut tidak menghambat kebebasan arus barang, jasa, modal, sumber daya manusia, dan informasi di dalam wilayah Republik Indonesia. Lebih lanjut Pasal 12 Perpres Nomor 76 Tahun 2007 mengatur bahwa bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan terdiri atas : a Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan perlindungan dan pengambangan terhadap UMKMK, dimana bidang usaha tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan kewajaran dan kelayakan. 136 b Bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan, yang terdiri atas bidang usaha yang dicadangkan dan bidang usaha yang tidak dicadangkan denga pertimbangan kelayakan bisnis. 137 c Bidang usaha yang terbuka berdasarkan kepemilikan modal, dimana terdapat pembatasan-pembatasan kepemilikan modal asing. 136 Kriteria-kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat dilihat dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 137 Untuk memahami pola-pola kemitraan, selain ketentuan-ketentuan dalam Undang- undang Nomor 20 Tahun 2008 perlu juga diperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitaraan. Universitas Sumatera Utara d Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan lokasi tertentu, diamana terdapat pemabatasan wilayah administratif tertentu untuk penanaman modal. e Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan perizinan khusus, dapat berupa rekomendasi dari instansi lemabaga Pemerintah atau non-pemerintah yang memiliki kewenangan pengawasan terhadap suatu bidang usaha, termasuk merujuk ketentuan peraturan perundang-undangan yang menetapkan monopoli atau harus bekerja sama dengan Badan Usaha Miliki Negara BUMN, dalam bidang usaha tersebut. Yang menarik meskipun bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 segaimana dirubah dengan Perpres Nomor 39 Tahun 2014 telah memuat daftar bidang usaha secara detail, dalam kenyataan masih ada pemabatasan penanaman modal yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya diluar Perpres tersebut. Sebagai contoh Pasal 100 ayat 1 sampai ayat 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura yang mengatur pemabatasan penanaman modal asing pada sektor holtikultura. 138 2 Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dalam Perpres Nomor 392014 Pasal 1 Perpres Nomor 392014 mengatur bidang-bidang usaha yang dilarang diusahakan dalam kegiatan penanaman modal, yang 138 David Kairupan., Op. Cit., hlm. 72. Universitas Sumatera Utara diperinci lebih lanjut dalam daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dari Perpres tersebut. Dalam Lampiran I tersebut terdapat tujuh bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, yaitu : pertanian, kehutanan, perindustrian, perhubungan, komunikasi dan informatika, pendidikan dan kebudayaan, dan pariwisata dan ekonomi kreatif. Masing-masing bidang usaha diatas diuraikan lebih lanjut menjadi beberapa subbidang usaha khusus. Selanjutnya Pasal 2 Perpres Nomor 39 Tahun 2014 mengatur mengenai bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu, yaitu : bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus. Bidang-bidang usaha tersebut lebih lanjut diuraikan dalam Lampiran II Perpres Nomor 39 Tahun 2014 yaitu bidang daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, terdiri atas 16 bidang usaha, yaitu : pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, energi dan sumber daya mineral, bidang perindustrian, pertahanan dan keamanan, pekerjaan umum, perdagangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, perhubungan, komunikasi dan informatika, keuangan, perbankan, tenaga kerja dan transmigrasi, pendidikan dan kebudayaan, dan kesehatan. Universitas Sumatera Utara Sementara itu terdapat bidang usaha yang tertutup mutlak absolute untuk penanaman modal. Pengertian tertutup mutlak dalam hal ini adalah bahwa modala asing dilarang masuk dengan alasan- alasan tertentu. Bidang usaha yang tertutup secara mutlak bagi penanaman modal asing menurut ketentuan Pasal 12 ayat 2 UUPM adalah : a Produk senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang. b Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang. 139 Ketentuan Pasal 1 dan Pasal 2 Perpres Nomor 39 Tahun 2014 sebagaimana disebutkan diatas, berdasarkan Pasal 5 Perpres Nomor 39 Tahun 2014, tidak berlaku bagi penanaman modal tidak langsung atau portofolio yang transaksinya dilakukan melalui pasar modal. Namun demikian, ketentuan Pasal 5 Perpres Nomor 39 Tahun 2014 tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan “penanaman modal tidak langsung atau portofolio yang transaksinya dilakukan m elalui pasar modal”. 140 Untuk memahami apa yang dimaksud dengan “penanaman modal tidak langsung atau portofolio yang transaksinya dilakukan melalui pasar modal”, perlu kiranya meninjau apa yang diatur dalam Pasal 37 dan 38 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedaoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal. Berdasarkan ketentuan tersebut perusahaan PMA dan perusahaan 139 Ana Rokhmatussa’dyah., Suratman., Loc. Cit., hlm. 67. 140 David Kairupan., Op. Cit., hlm. 74. Universitas Sumatera Utara PMDN wajib memiliki izin prinsip perubahan apabila terdapat perubahan dalam : bidang usaha, termasuk jenis, dan kapasitas produksi, penyertaan modal pada perusahaan, jangka waktu penyelesaian proyek. Dalam konteks perubahan penyertaan modal perusahaan terbuka PT Tbk., izin prinsip perubahan tidak diwajibkan apabila perubahan tersebut terjadi atas kepemilikan saham yang berada salam kelompok saham masyarakat public shareholders, sedangkan jika perubahan terjadi pada saham pendiripengendali yang dimiliki sekurang-kurangnya dua tahun dan dilakukan pada pasar modal dalam negeri, maka izin prinsip perubahan wajib untuk dimiliki oleh perusahaan terbuka yang bersangkutan. Dalam anggaran dasar atau izin penanaman modal sebuah perusahaan terbuka, pemegang saham yang dikategorikan sebagai portofolio investment sering disebut sebagai “masyarakat” public shareholders atau sering dianggap sebagai pemegang saham non-pengendali. Jika terjadi peralihan kepemilikan saham pada kategori “masyarakat” di pasar modal, peralihan kepemilikan saham pada perusahaan terbuka tersebut tidak memerlukan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS dan juga tidak perlu ditawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 58 dab 59 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT. Dengan demikian likuiditas perdagangan saham perusahaan terbuka itu dalam bursa efek tidak terganggu. 141 141 Ibid, hlm. 76. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 3 perpres Nomor 39 Tahun 2014 disebutkan bahwa bidang usaha yang tidak tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II sebagaimana diterangkan oleh Pasal 1 dan Pasal 2 Perpres ini maka dinyatakan terbuka tanpa persyaratan dalam rangka kegiatan penanaman modal. Selanjutnya Pasal 4 menyebutkan bahwa Penanaman modal pada bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang tata ruang dan lingkungan hidup. Apabila syarat tersebut telah terpenuhi kemudian telah ditetapkan lokasi usahanya dan penanam modal bermaksud memperluas usaha dengan melakukan kegiatan usaha yang sama di luar lokasi yang sudah ditetapkan dalam izin penanaman modal tersebut, penanam modal harus memenuhi persyaratan lokasi dengan persyaratan seperti diatas. Untuk memenuhi persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud diatas, penanam modal tidak diwajibkan untuk mendirikan badan usaha baru atau mendapatkan izin usaha baru, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. 142 Sedangkan dalam konteks restrukturasi usaha, yang mengakibatkan perubahan kepemilikan modal akibat penggabungan, pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal yang bergerak di bidang usaha yang sama, Pasal 6 Perpres Nomor 39 Tahun 2014 mengatur sebagai berikut : 142 Pasal 4, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di bidang Penanaman modal. Universitas Sumatera Utara a Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan penanaman modal yang menerima pernggabungan adalah sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut. b Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan penanaman modal yang mengambil alih adalah sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut. c Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan baru hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan dimaksud. d. Hak dan Kewajiban Investor Kepada setiap penanam modal yang melakukan penanaman modal di Indonesia, UUPM membebankan kepada para penanam modal tersebut hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, secara spesifik UUPM mengatur sebagai berikut : Pasal 14 UUPM menyebutkan hak-hak yang diberikan kepada penanam modal diantaranya : 1 Kepastian hak, hukum, dan perlindungan. 2 Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankan. 3 Hak pelayanan. dan 4 Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh penanam modal, Pasal 15 menyebutkan, yaitu : 1 Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. 2 Melaksanakan tanggung jawab social perusahaan. 3 Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. 4 Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal. dan 5 Memenuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain mengatur hak-hak yang diberikan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para penanam modal, UUPM juga mengatur adanya tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh para penanam modal, Pasal 16 merinci tanggung jawab tersebut sebagai berikut : 1 Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2 Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meniggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3 Menciptakan iklim usaha persaingan sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan Negara. 4 Menjaga kelestarian lingkungan hidup. Universitas Sumatera Utara 5 Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja. dan 6 Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. e. Beberapa fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal asing Selain hak dan kewajiban yang dibebankan, kepada penanam modal juga diberikan berbagai fasilitas-fasilitas atau insentif yang merupakan salah satu upaya pemerintah iuntuk memudahkan para penanam modal dalam melakukan kegiatan penanaman modalnya di Indonesia. Pasal 18 ayat 1 UUPM menjelaskan bahwa: “Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang melakukan penanaman modal.” Kemudian dalam ayat 4 Pasal tersebut menjelaskan bentuk fasilitas yang dapat diberikan kepada penanaman modal dapat berupa : 1 Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu. 2 Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. 3 Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu. Universitas Sumatera Utara 4 Pembebasan atau penagguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu. 5 Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat. dan 6 Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, Khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu. Selain fasilitas berupa berbagai fasilitas fiskal pajak, fasilitas yang diberikan kepada penanam modal juga diberikan dalam bentuk non pajak, seperti kemudahan perizinan, yaitu dengan adanya fasilitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP. UUPM mengatur masalah PTSP secara khusus pada Pasal 26, yang menyebutkan bahwa : “Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.” Lebih lanjut PTSP diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal Perpres 272009. PTSP berdasarkan Perpres 272009 didefinisikan sebagai kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non- perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non- perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan hingga tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam suatu tempat. Yang menarik dalam konteks penanaman modal asing unsur most favoured Universitas Sumatera Utara nation MFN telah diakui secara tegas dalam asas-asas penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal. 143 Kemudian diberikan juga fasilitas diantaranya berupa jaminan kepastian hukum, keamanan, stabilitas moneter, inflasi yg stabil, adanya sumber daya alam yang memadai, pelayanan perbankan, dan keuangan yang kondusif. Fasilitas-fasilitas berupa insentif ini sebenarnya menjadi perangsang dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu juga masalah pertanahan, hak guna usaha atau hak pakai, hak usaha, keluar masuk devisa yang tidak terlalu ketat, perizinan tenaga kerja asing, pembebasan bea masuk seperti dijelaskan diatas dan faktor-faktor non pajak lainnya. 144

B. Pengaturan Penanaman Modal dalam Perundingan Multilateral