nation MFN telah diakui secara tegas dalam asas-asas penyelenggaraan
PTSP di bidang penanaman modal.
143
Kemudian diberikan juga fasilitas diantaranya berupa jaminan kepastian hukum, keamanan, stabilitas moneter, inflasi yg stabil, adanya
sumber daya alam yang memadai, pelayanan perbankan, dan keuangan yang kondusif. Fasilitas-fasilitas berupa insentif ini sebenarnya menjadi
perangsang dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu juga masalah pertanahan, hak guna usaha atau hak pakai, hak usaha,
keluar masuk devisa yang tidak terlalu ketat, perizinan tenaga kerja asing, pembebasan bea masuk seperti dijelaskan diatas dan faktor-faktor non
pajak lainnya.
144
B. Pengaturan Penanaman Modal dalam Perundingan Multilateral
1. Pengaturan penanaman modal dalam kerangka TRIM’s Trade Related
Investment Measures Mengingat dampak-dampak negatif PMA, banyak Negara berpendapat
bahwa aktivitas atau ruang lingkup usaha perusahaan-perusahaan besar perusahaan multinasional ini perlu dibatasi. Mereka tidak boleh dengan bebas
menanamkan modalnya di segala sektor. Negara-negara memandang bahwa penanaman modal asing harus diawasi guna mencegah timbulnya aspek-aspek
negatif tersebut. Perbedaan pandangan negara terhadap penanaman modal asing ini
berdampak pada proses masuknya modal asing tersebut. Negara berkembang
143
David Kairupan., Op. Cit., hlm. 47.
144
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Kompendium Bidang hukum Investasi, Jakarta, 2011, hlm. 52.
Universitas Sumatera Utara
umumnya memiliki dan menerapkan kebijakan penanaman modal yang disesuaikan dengan tingkat pembangunan ekonominya. Negara berkembang
antara lain menerapkan pengawasan modal yang masuk kenegaranya dengan membuat persyaratan-persyaratan penanaman modal. Persyaratan-persyaratan
tersebut sekarang dikenal dengan istilah Trade Related Investment Measures atau TRIMs.
145
Syarat-syarat ini diterapkan terhadap perusahaan-perusahaan asing yang hendak menanamkan modalnya.
Fungsi utama dari pengenaaan upaya-upaya atau persyaratan ini oleh negara penerima adalah untuk mengatur dan mengontrol aliran penanaman modal
asing sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi tujuan pembangunan nasional Negara yang bersangkutan.
146
Trade Related Investment Measures ini merupakan kesepakatan hasil dari
Perundingan Uruguay Round, latar belakang dimasukkannya isu penanaman modal ini ke dalam perundingan tersebut, dapat dilihat dari sejarah
perundingannya. Salah satu keputusan tingkat menteri Negara anggota GATT yang diselenggarakan di Punta Del Este, Uruguay pada bulan September 1986
adalah Deklarasi Punta Del Este. Salah satu elemen dalam keputusan pada Deklarasi tersebut adalah :
“Following an examination of the operation on GATT Articles related to the trade restrictive and distorting effects of investment measures, negotiations
should elaborated, as appropriate, further provisions that may be necessary to avoid such adverse effect on trade. Berdasarkan pemeriksaan terhadap
pelaksanaan artikel-artikel GATT terkait dengan pembatasan perdagangan dan efek buruk dari langkah-langkah investasi, negosiasi harus dijabarkan
secara tepat, jika perlu, ketentuan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk
menghindari efek buruk pada perdagangan”
145
David Greenaway, Why Are We Negotiating on TRIMs?, dalam An An Chandrawulan., Op. Cit. hlm. 134.
146
Mina Mashayekhi and Murray Gibbs, Lessons from the Uruguay Round Negotiations on Investment
, dalam An An Chandrawulan, Ibid. hlm 135.
Universitas Sumatera Utara
Setelah memakan waktu 8 Tahun perundingan dan ditengah-tengah bayangan gagal, akhirnya perundingan Putaran Uruguay berhasil juga
dirampungkan. Hasil perundingan tertuang dalam bentuk suatu perjanjian dalam pendirian WTO. Sedangkan pengaturan mengenai sektor-sektor atau bidang-
bidang perdagangan tertentu, termasuk penanaman modal diletakan ke dalam lampiran perjanjian tersebut. Perjanjian WTO menyatakan bahwa semua lampiran
tersebut sifatnya adalah bagian integral dari perjanjian WTO dan mengikat Negara-negara anggotanya.
Keseluruhan perjanjian TRIMs hanya memuat Sembilan Pasal ditambah satu Illustrative List. Bunyi Pasal-Pasal atau ketentuan TRIMs sifatnya masih
membuka kemungkinan adanya penambahan, penyempurnaan atau pembahasan lebih lanjut. Ketentuan seperti ini tampak dalam Pasal 9 TRIMs yang berbunyi
sebagai berikut : “Not later than five years after the date of entry into force of the WTO
Agreement, the Council for Trade in Goods shall review the operation of this Agreement and, as appropriate, propose the ministerial conference
amendment to its text. In the course of the review, the council for Trade and Goods shall consider whether the agreement should be complemented with
provisions on investment policy and competition policy. Tidak lebih dari lima Tahun setelah tanggal berlakunya perjanjian WTO, the Council for Trade in
Good akan meninjau pelaksanaan persetujuan ini, dan jika perlu, mengusulkan amandemen konferensi tingkat menteri padanya. Dalam
kerangka
tinjauannya, the
Council for
Trade in
Good akan
memepertimbangkan apakah perjanjian harus dilengkapi dengan ketentuan kebijakan investasi da
n kebijakan persaingan.” Di bidang TRIMs ini perundingan dipusatkan kepada perumusan aturan
main sehingga tindakan dan kebijakan penanaman modal yang melanggar ketentuan GATT dilarang. Perjanjian yang disepakati mengatur 2 hal pokok, yaitu
perencanaan jenis tindakan yang dilarang, yakni :
Universitas Sumatera Utara
a. Aturan-aturan tentang local content requirement yang mengharuskan
pembelian input dari dalam negeri Lokal dalam jumlah tertentu oleh suatu perusahaan. atau
b. Aturan-aturan tentang trade balancing requirements yang menentukan
bahwa volume atau nilai impor yang boleh oleh suatu perusahaan terbatas pada, atau dikaitkan dengan, jumlah atau nilai ekspor dari produksi lokal
yang dihasilkan. Substansi pokok pengaturan TRIMs 1994 pada hakikatnya ada dua, yaitu :
a. Pengaturan yang dibuat untuk membatasi akibat-akibat merugikan
terhadap perdagangan yang terkait dengan penanaman modal. b.
Pengaturan yang menegaskan kembali prinsip-prinsip GATT yang ada, yaitu prinsip yang terdapat dalam Pasal III tentang prinsip perlakuan
nasional National Treatment dan Pasal XI GATT 1947 dan 1994 tentang larangan pembatasan kuantitatif atau kuota Prohibition on
Quatitative Restriction .
Pasal-Pasal ini melarang adanya peraturan penanaman modal yang dapat menganggu atau menghambat lancarnya perdagangan bebas barang-barang.
Alenia pertama konsideran Agreement on TRIMs menyebutkan sebagai berikut : “Recognition that certain investment measures can cause trade restrictive and
distorcing affects…” Pasal 1 perjanjian menyatakan bahwa perjanjian hanya terkait dengan
perdagangan di bidang barang yang terkait dengan penanaman modal.Pasal ini dengan jelas menyatakan keinginan negara sedang berkembang yang
Universitas Sumatera Utara
menginginkan agar pengaturan bidang penanaman ini tidak memuat aturan baru atau tambahan.
147
Pasal 3 perjanjian TRIMs Menyatakan bahwa semua pengecualian yang termuat dalam GATT akan tetap berlaku terhadap ketentuan pasal-pasal perjanjian
TRIMs, seperti misalnya moral masyarakat, perlindungan lingkungan, keamanan nasional, daln lain-lain.
148
Pasal 4 secara khusus ditujukan kepada negara sedang berkembang. Pasal ini membolehkan negara-negara ini untuk menyimpangi sementara waktu
ketentuan Pasal 2, sepanjang dan sesuai dengan ketentuan Pasal III dan XI GATT dapat disimpangi sesuai dengan Pasal XVIII GATT 1994, the Undertsanding on
the Balance-of-Payments of GATT 1994 dan deklarasi mengenai upaya-upaya
perdagangan yang diambil guna tujuan penyeimbang neraca perdagangan Declaration on Trade Measures taken for Balance-of-Payment Purposes of 28
November 1979
149
Pasal 5 ayat 1 perjanjian TRIMs mensyaratkan negara berkembang untuk melakukan notifikasi atau pemberitahuan dari semua aturan TRIMs yang tidak
sesuai dengan ketentuan perjanjian TRIMs. Disamping itu, negara anggota juga diberikan pula masa transisi atau peralihan untuk melakukan penghapusan aturan-
aturan TRIMs yang bertentangan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Masa peralihan yang diberikan untuk menghapuskan TRIMs yang bertentangan dengan
ketentuan National Treatment dan penghapusan hambatan kuantitatif quantitative restriction
adalah dua Tahun untuk Negara maju sejak berlakunya perjanjian
147
Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional WTO
Bandung : Rajawali Pers, 2004, hlm. 107.
148
Ibid , hlm. 108.
149
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
WTO, lima Tahun untuk negara sedang berkembang dan tujuh Tahun untuk negara yang terbelakang.
Atas permintaan suatu anggota Council for Trade and Goods dapat memperpanjang masa peralihan transition period untuk penghapusan TRIMs
sebagaimana disebut diatas, untuk suatu negara berkembang termasuk negara yang terbelakang yang dapat membuktikan bahwa mereka mengalami kesulitan
yang sangat besar dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian TRIMs. Dalam mempertimbangkan adanya bukti-bukti tersebut, the Council of Trade and
Goods akan memperhatikan perkembangan anggota yang bersangkutan, termasuk
kebutuhan-kebutuhan keuangan dan perdagangannya. Pasal 6 dari perjanjian mengenai TRIMs menyatakan bahwa negara
anggota menegaskan kembali komitmen mereka mengenai kewajiban untuk menaati kewajibannya mengenai persyaratan transparency dan persyaratan
pemberitahuan sesuai Pasal X GATS 1994. Juga berkenaan dengan notification sebagaimana dimuat dalam Undestanding Regarding Notification, Consultation,
Dispute Settlement and Surveillance yang disyahkan tanggal 28 November 1979,
dan keputusan menteri mengenai prosedur notifikasi yang diterima pada tanggal 15 April 1994. Setiap anggota wajib memberitahukan Sekretariat WTO mengenai
terbitan Publication dimana TRIMs yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah ataukah pejabat-pejabat dalam wilayah mereka.
Perjanjian TRIMs juga membentuk suatu Committee on Trade Related Investment Measures
yang terbuka bagi semua anggota. Panitia ini memiliki badan kelengkapan berupa Ketua dan Wakil Ketua. Panitia bertugas antara lain
mengadakan rapat paling sedikit satu kali seTahun atau setiap waktu atas
Universitas Sumatera Utara
permintaan Negara anggota. Panitia akan menjalanka segala sesuatu yang ditugaskan kepadanya oleh Council for Trade and Good, dan memberi
kesempatan kepada Negara anggota untuk berkonsultasi dengan Panitia mengenai segala sesuatu yang berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian ini. Pasal XXII dan
Pasal XXIII dan GATS 1994 sebagaimana dilaksanakan oleh Disputes Settlement Understanding
DSU, akan berlaku bagi konsultasi dan penyelesaian sengketa di bawah perjanjian ini. Pasal 7 dan 8
Paling lambat lima Tahun setelah berlakunya perjanjian WTO, Council for Trade and Goods
akan membahas pelaksanaan perjanjian TRIMs ini apabila diperlukan
mengusulkan diselenggarakannya
suatu konferensi menteri,
amandemen pada naskah perjanjian. Pasal 9 TRIMs. Selama melakukan peninjauan atau review ini, Council for Trade and Goods akan ditambah dengan
ketentuan-ketentuan mengenai kebijakan penanaman modal dan aturan-aturan yang terkait dengan hukum persaingan.
Setiap negara anggota juga harus sedapat mungkin memenuhi permintaan- permintaan keterangan mengenai TRIMs dan harus memberikan kesempatan yang
cukup untuk konsultasi dikemukakan oleh anggota lain. Peserta konferensi yang membicarakan perjanjian TRIMs di Marrakesh
tidak berhasil mencapai kesepakatan penuh tentang apa saja yang tercakup dalam pengertian TRIMs ini, sehingga Dirjen GATT merumuskan suatu
Illustrative List yang dilampirkan pada Agreement mengenai TRIMs. Illustrative
List ini pada intinya merupakan pemabatasan penetapan keharusan memakai
komponen-komponen lokal dalam proses industri. Tindakan mengharuskan memakai komponen lokal itu biasanya dilakukan dengan jalan :
Universitas Sumatera Utara
a. Membatasi impor prosuk-produk yang dipakai dalam proses produksi atau
terkait dengan volume prosuksi local ataun senilai produksi yang di ekspor perusahaan bersangkutan.
b. Membatasi impor produk-produk yang dipakai dalam atau terkait dengan
produksi lokal dengan membatasi tersedianya devisa luar negeri sampai sejumlah yang dimasukkan oleh perusahaan.
c. Membatasi ekspor atau penjualan untuk ekspor, baik menurut golongan
produknya, menurut volume atau nilai atau menurut perbandingan volume atau nilai dari produksi dalam negeri perusahaan yang bersangkutan.
Rumusan Illustrative List diatas dibuat setelah peserta konferensi gagal mencapai kesepakatan perumusan mengenai TRIMs, walaupun telah diusahakan.
Tindakan dibidang penanaman modal apa saja selain komponen lokal yang tergolong TRIMs yang antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Persyaratan penggunaan bahan baku, bahan setengah jadi, komponen
dan suku cadang buatan dalam negeri dalam suatu kegiatan usaha atau dalam produksi suatu barang, baik yang diproduksi sendiri maupun
yang diperoleh dari perusahaan lain disalam negeri local product content requirement
atau LCR. b.
Persyaratn ekspor yang dikaitkan dengan penanaman modal export requirement
. c.
Persyaratan keseimbangan perdagangan trade balancing requirement
. d.
Pemabatasan kapasitas produksi manufacturing limitations. e.
Ketentuan jenis produksi.
Universitas Sumatera Utara
f. Keharusan membuat produk tertentu mandatory product
requirements .
g. Pemabatasan transfer devisa remittance limitations.
h. Persyaratan alih teknologi technology transfer requirement.
i. Keharusan penggunaan lisensi dalam produksi licencing
requirements .
j. Persyaratan komposisi pemilikan saham antara partner asing dan
partner local local equity requirement. dan k.
Insentif-insentif incentives. TRIMs atau tindakan-tindakan yang merupakan hambatan bagi
perdagangan barang-barang yang terkait dengan penanaman modal, sebenarnya adalah masalah yang dihadapi oleh negara-negara yang sudah berhasil dalam
melaksanakan kebijakan penanaman modal asingnya. Biasanya negara ini tengah memasuki tahap industrialisasi. Dalam kasus yang demikian yang diwaspadai oleh
negara-negara industri penanam modal yang sekaligus sering juga merupakan pesaing dalam produk-produk yang diproduksi dalam industri baru yang dibangun
dengan modal asing adalah hambatan-hambatan berupa ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh negara industri baru untuk melindungi industri yang dibangun itu.
Disamping itu, negara tersebut juga wajib menerapkannya untuk sekaligus menangkal saingan dari negar-negara yang sudah lebih maju dalam cabang
industri bersangkutan. Hal yang sering menjadi tumpuan perhatian adalah keharusan untuk
menggunakan bahan-bahan atau komponen-komponen buatan dalam negeri local product
atau content requirement atau LCR. Keharusan penggunaan komponen
Universitas Sumatera Utara
local ini banyak dipersyaratkan oleh negara berkembang. Tujuannya adalah untuk mendorong industri pembuat komponen lokal dalam negeri mereka.
Hasil pengamatan badan GATT yang mengawasi kebijakan perdagangan negara-negara anggotanya, yaitu TPRM Trade Policy Review Mecanism,
terdapat 19 negara negara sedang berkembang yang menerapkan persyaratan LCR ini. Bidang industri yang paling jelas terlihat adalah industri ototmotif, tetapi
juga terdapat cabang-cabang industri lainnya yang menyangkut mesin-mesin. Meskipun umumnya adalah negara sedang berkembang, ada juga negara
maju yang menerapkan persyaratan LCR secara ketat khususnya di bidang otomotif.
2. Pengaturan Penanaman Modal dalam Kerangka GATS General Agreement
on Trade and Services General Agreement on Trade and Services
terkait dengan peraturan penanaman modal, karena salah satu modus perdagangan jasa dilakukan dengan
cara kehadiran komersial commercial presence pemasok jasa ke negara host country.
Adapun pengertian commercial presence adalah setiap jenis usaha atau professional establishment kegiatan professional yang dilakukan melalui:
a. Pembentukan, akuisisi atau pendirian suatu badan hukum, atau
b. Pendirian suatu kantor cabang atau perwakilan di dalam wilayah suatu
Negara anggota dengan tujuan untuk melakukan pemasokan suatu jasa.
150
150
Pasal XXVIII butir d, ketentuan General Agremeent on Trade and Tariff GATT.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan yang dimaksud dengan pemasok jasa adalah setiap person yang melakukan pemasokan jasa.
151
Selain itu terdapat pula pengertian mengenai badan hukum dari negara anggota lain yang berarti suatu badan hukum yang :
a. Didirikan berdasarkan hukum negara anggota tersebut dan melakukan
operasi usaha yang besar di dalam wilayah negara anggota lain. atau b.
Dalam pemasokan suatu jasa melalui suatu kehadiran komersial, dimiliki atau dikendalikan oleh :
1. Orang dari negara anggota tersebut, atau
2. Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum negara anggota
tersebut sebagaimana disebut dalam butir 6a diatas.
152
Suatu badan hukum dikatakan : a.
Dimiliki apabila lebih dari 50 saham dimiliki oleh person dari negara anggota tersebut.
153
b. Dikendalikan oleh person dari suatu negara anggota jika person
tersebut mempunyai kekuasaan untuk menetapkan anggota direksi secara mayoritas atau secara hukum mengendalikan badan hukum
tersebut.
154
c. Berafiliasi dengan person lainnya bila badan hukum tersebut
mengendalikan atau dikendalikan oleh orang lain tersebut atau bila badan hukum dan person lainnya tersebut keduanya dikendalikan oleh
orang yang sama.
155
151
Pasal XXVIII butir i, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT.
152
Pasal XXVIII butir m, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT.
153
Pasal XXVIII butir n.i, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT.
154
Pasal XXVIII butir n.ii, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT.
155
Pasal XXVIII butir n.iii, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT.
Universitas Sumatera Utara
General Agreement on Trade and Services tidak secara tegas menyebutkan
bentuk-bentuk kebijakan penanaman modal yang bertentangan dengan prinsip perlakuan nasional. Article II GATS menetapkan bahwa setiap negara anggota
harus dengan segera dan tanpa syarat memberikan perlakuan yang tidak berbeda no less favourable kepada jasa-jasa dari negara lain dibandingkan dengan
perlakuan yang diberikan kepada pemasok jasa dari negara lainnya.
156
Komitmen liberalisasi penanaman modal sektor jasa dalam sistem GATT bersifat progresif. Pengakuan terhadap kewajiban perlakuan nasional tidak
menyebabkan negara-negara wajib memberikan perlakuan terhadap pemasok jasa asing identik dengan perlakuan yang mereka berikan kepada pemasok jasa
domestik. Karena perlakuan sama ini tidak berlaku secara luas, akan tetapi pada sektor-sektor usaha beserta syarat-syarat yang dimasukkan suatu negara dalam
daftar komitmen positive list.
157
Penerapan kewajiban perlakuan sama terhadap pemasok jasa dari semua negara berdasarkan most favoured nations dan national
treatment , masih dimungkinkan untuk menyimpang berdasarkan Article II,
Exemption GATS, dengan ketentuan harus dimuat dalam specific of commitment
SoC dan berlaku dalam jangka waktu paling lama 10 Tahun dan di review setiap lima Tahun.
158
Dengan demikian, komitmen yang diterapkan secara awal ditentukan secara bertahap masing-masing negara dalam positive list dan negara tersebut
menentukan sejauhmana keterbukaan yang akan diberikan yang dilakukan melalui proses negosiasi. Apabila suatu negara telah membuka suatu sektor, maka prinsip
156
Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi Jakarta : Sinar Grafika, 2010, hlm. 122.
157
Pierre Sauve, “Assesing the General Agreement on Trade in Services . Hlmf-Full or Hlmf
– Empty ? “ , Journal of World Trade, Vol. 9 Nomor 4 dalam Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dalam Undang-undang Penanaman Modal, Jurnal, hlm. 8.
158
Ibid .
Universitas Sumatera Utara
MFN harus diberlakukan. Dengan pendekatan ini sebenarnya dalam keadaan- keadaan tertentu masih bisa dilakukan perbedaan antara pelaku penanaman modal
asing dengan lokal nasional.
159
Komitmen liberalisasi penanaman modal sektor jasa juga tak seliberal dalam sektor perdagangan, karena hal ini terkait dengan kedaulatan suatu negara.
Dalam liberalisasi penanaman modal sektor jasa negara masih mempunyai kemampuan untuk mengatur dalam Domestic Regulation, Pasal VI GATS
memeberikan kewenangan mengatur kepada negara-negara, khususnya untuk menetapkan persyaratan dan prosedur standar lisensi dan persyaratan perizinan
terhadap bidang usaha jasa yang masuk dalam daftar komitmen khusus negara tersebut.
160
Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah ketentuan-ketentuan domestik tersebut harus dilaksanakan dalam cara yang wajar, objektif dan tidak
memihak.
161
Khusus terhadap peraturan domestik domestic regulation yang berkenaan dengan persyaratan dan prosedur, standar lisensi dan persyaratan
perizinan harus dapat dipastikan bahwa : Didasarkan pada kriteria yang objektif dan transparan, Tidak lebih berat daripada yang semestinya untuk menjamin
kualitas jasa-jasa, dan Dalam hal prosedur perizinan bukan merupakan hambatan dalam suplai jasa-jasa.
162
159
Erman Rajagukguk, dalam Diskusi Liberalisasi Jasa, Kerjasama Direktorat Hukum Bank Indonesia dan ProgramStudi Ilmu Hukum, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, Ibid.
160
Mahmul Siregar, GATS dan Kedaulatan Hukum di Bidang Ekonomi., Op. Cit., hlm. 6.
161
Article VI.1 General Agreement on Trade in Services.
162
Mahmul Siregar, GATS dan Kedaulatan Hukum di Bidang Ekonomi., Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENGARUH PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP
KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL
Kegiatan pengaturan penanaman modal menjadi kedaulatan penuh negara penerima modal asing host country, negara penerima modal asing sebenarnya
berkuasa untuk mengatur segala bentuk kegiatan pengaturan di dalam wilayah negaranya, karena itu merupakan kedaulatan internal negara tersebut untuk
mengorganisir dirinya secara bebas dan juga merupakan otonominya untuk melaksanakan kekuasaan tersebut di dalam wilayahnya.
Ternyata di dalam prakteknya, kedaulatan negara penerima modal asing dalam pengaturan penanaman modal tersebut tidak sebebas yang dibayangkan.
Konsep kebebasan absolut didalam pengaturan, merupakan konsep kedaulatan lama yang ternyata sudah tidak relevan dan sulit untuk dipertahankan pada era
sekarang ini. Pada masa sekarang ini, dimana kondisi batas non fisik antarnegara yang sulit dibedakan akibat arus informasi dan teknologi, kesadaran negara yang
saling membutuhkan satu sama lain, serta berbagai perjanjian-perjanjian bilateral maupun multilateral yang telah disepakati dan mengikat negara, mempengaruhi
kedaulatan negara tersebut untuk melakukan suatu pengaturan, hal-hal tersebut secara langsung atau tidak langsung membatasi kedaulatan negara khususnya di
dalam membuat suatu regulasi atau aturan.
A. Pengaturan Penanaman Modal sebagai Bagian dari Kedaulatan Negara