Pengaturan Penanaman Modal dalam Perundingan Multilateral

nation MFN telah diakui secara tegas dalam asas-asas penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal. 143 Kemudian diberikan juga fasilitas diantaranya berupa jaminan kepastian hukum, keamanan, stabilitas moneter, inflasi yg stabil, adanya sumber daya alam yang memadai, pelayanan perbankan, dan keuangan yang kondusif. Fasilitas-fasilitas berupa insentif ini sebenarnya menjadi perangsang dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu juga masalah pertanahan, hak guna usaha atau hak pakai, hak usaha, keluar masuk devisa yang tidak terlalu ketat, perizinan tenaga kerja asing, pembebasan bea masuk seperti dijelaskan diatas dan faktor-faktor non pajak lainnya. 144

B. Pengaturan Penanaman Modal dalam Perundingan Multilateral

1. Pengaturan penanaman modal dalam kerangka TRIM’s Trade Related Investment Measures Mengingat dampak-dampak negatif PMA, banyak Negara berpendapat bahwa aktivitas atau ruang lingkup usaha perusahaan-perusahaan besar perusahaan multinasional ini perlu dibatasi. Mereka tidak boleh dengan bebas menanamkan modalnya di segala sektor. Negara-negara memandang bahwa penanaman modal asing harus diawasi guna mencegah timbulnya aspek-aspek negatif tersebut. Perbedaan pandangan negara terhadap penanaman modal asing ini berdampak pada proses masuknya modal asing tersebut. Negara berkembang 143 David Kairupan., Op. Cit., hlm. 47. 144 Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Kompendium Bidang hukum Investasi, Jakarta, 2011, hlm. 52. Universitas Sumatera Utara umumnya memiliki dan menerapkan kebijakan penanaman modal yang disesuaikan dengan tingkat pembangunan ekonominya. Negara berkembang antara lain menerapkan pengawasan modal yang masuk kenegaranya dengan membuat persyaratan-persyaratan penanaman modal. Persyaratan-persyaratan tersebut sekarang dikenal dengan istilah Trade Related Investment Measures atau TRIMs. 145 Syarat-syarat ini diterapkan terhadap perusahaan-perusahaan asing yang hendak menanamkan modalnya. Fungsi utama dari pengenaaan upaya-upaya atau persyaratan ini oleh negara penerima adalah untuk mengatur dan mengontrol aliran penanaman modal asing sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi tujuan pembangunan nasional Negara yang bersangkutan. 146 Trade Related Investment Measures ini merupakan kesepakatan hasil dari Perundingan Uruguay Round, latar belakang dimasukkannya isu penanaman modal ini ke dalam perundingan tersebut, dapat dilihat dari sejarah perundingannya. Salah satu keputusan tingkat menteri Negara anggota GATT yang diselenggarakan di Punta Del Este, Uruguay pada bulan September 1986 adalah Deklarasi Punta Del Este. Salah satu elemen dalam keputusan pada Deklarasi tersebut adalah : “Following an examination of the operation on GATT Articles related to the trade restrictive and distorting effects of investment measures, negotiations should elaborated, as appropriate, further provisions that may be necessary to avoid such adverse effect on trade. Berdasarkan pemeriksaan terhadap pelaksanaan artikel-artikel GATT terkait dengan pembatasan perdagangan dan efek buruk dari langkah-langkah investasi, negosiasi harus dijabarkan secara tepat, jika perlu, ketentuan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menghindari efek buruk pada perdagangan” 145 David Greenaway, Why Are We Negotiating on TRIMs?, dalam An An Chandrawulan., Op. Cit. hlm. 134. 146 Mina Mashayekhi and Murray Gibbs, Lessons from the Uruguay Round Negotiations on Investment , dalam An An Chandrawulan, Ibid. hlm 135. Universitas Sumatera Utara Setelah memakan waktu 8 Tahun perundingan dan ditengah-tengah bayangan gagal, akhirnya perundingan Putaran Uruguay berhasil juga dirampungkan. Hasil perundingan tertuang dalam bentuk suatu perjanjian dalam pendirian WTO. Sedangkan pengaturan mengenai sektor-sektor atau bidang- bidang perdagangan tertentu, termasuk penanaman modal diletakan ke dalam lampiran perjanjian tersebut. Perjanjian WTO menyatakan bahwa semua lampiran tersebut sifatnya adalah bagian integral dari perjanjian WTO dan mengikat Negara-negara anggotanya. Keseluruhan perjanjian TRIMs hanya memuat Sembilan Pasal ditambah satu Illustrative List. Bunyi Pasal-Pasal atau ketentuan TRIMs sifatnya masih membuka kemungkinan adanya penambahan, penyempurnaan atau pembahasan lebih lanjut. Ketentuan seperti ini tampak dalam Pasal 9 TRIMs yang berbunyi sebagai berikut : “Not later than five years after the date of entry into force of the WTO Agreement, the Council for Trade in Goods shall review the operation of this Agreement and, as appropriate, propose the ministerial conference amendment to its text. In the course of the review, the council for Trade and Goods shall consider whether the agreement should be complemented with provisions on investment policy and competition policy. Tidak lebih dari lima Tahun setelah tanggal berlakunya perjanjian WTO, the Council for Trade in Good akan meninjau pelaksanaan persetujuan ini, dan jika perlu, mengusulkan amandemen konferensi tingkat menteri padanya. Dalam kerangka tinjauannya, the Council for Trade in Good akan memepertimbangkan apakah perjanjian harus dilengkapi dengan ketentuan kebijakan investasi da n kebijakan persaingan.” Di bidang TRIMs ini perundingan dipusatkan kepada perumusan aturan main sehingga tindakan dan kebijakan penanaman modal yang melanggar ketentuan GATT dilarang. Perjanjian yang disepakati mengatur 2 hal pokok, yaitu perencanaan jenis tindakan yang dilarang, yakni : Universitas Sumatera Utara a. Aturan-aturan tentang local content requirement yang mengharuskan pembelian input dari dalam negeri Lokal dalam jumlah tertentu oleh suatu perusahaan. atau b. Aturan-aturan tentang trade balancing requirements yang menentukan bahwa volume atau nilai impor yang boleh oleh suatu perusahaan terbatas pada, atau dikaitkan dengan, jumlah atau nilai ekspor dari produksi lokal yang dihasilkan. Substansi pokok pengaturan TRIMs 1994 pada hakikatnya ada dua, yaitu : a. Pengaturan yang dibuat untuk membatasi akibat-akibat merugikan terhadap perdagangan yang terkait dengan penanaman modal. b. Pengaturan yang menegaskan kembali prinsip-prinsip GATT yang ada, yaitu prinsip yang terdapat dalam Pasal III tentang prinsip perlakuan nasional National Treatment dan Pasal XI GATT 1947 dan 1994 tentang larangan pembatasan kuantitatif atau kuota Prohibition on Quatitative Restriction . Pasal-Pasal ini melarang adanya peraturan penanaman modal yang dapat menganggu atau menghambat lancarnya perdagangan bebas barang-barang. Alenia pertama konsideran Agreement on TRIMs menyebutkan sebagai berikut : “Recognition that certain investment measures can cause trade restrictive and distorcing affects…” Pasal 1 perjanjian menyatakan bahwa perjanjian hanya terkait dengan perdagangan di bidang barang yang terkait dengan penanaman modal.Pasal ini dengan jelas menyatakan keinginan negara sedang berkembang yang Universitas Sumatera Utara menginginkan agar pengaturan bidang penanaman ini tidak memuat aturan baru atau tambahan. 147 Pasal 3 perjanjian TRIMs Menyatakan bahwa semua pengecualian yang termuat dalam GATT akan tetap berlaku terhadap ketentuan pasal-pasal perjanjian TRIMs, seperti misalnya moral masyarakat, perlindungan lingkungan, keamanan nasional, daln lain-lain. 148 Pasal 4 secara khusus ditujukan kepada negara sedang berkembang. Pasal ini membolehkan negara-negara ini untuk menyimpangi sementara waktu ketentuan Pasal 2, sepanjang dan sesuai dengan ketentuan Pasal III dan XI GATT dapat disimpangi sesuai dengan Pasal XVIII GATT 1994, the Undertsanding on the Balance-of-Payments of GATT 1994 dan deklarasi mengenai upaya-upaya perdagangan yang diambil guna tujuan penyeimbang neraca perdagangan Declaration on Trade Measures taken for Balance-of-Payment Purposes of 28 November 1979 149 Pasal 5 ayat 1 perjanjian TRIMs mensyaratkan negara berkembang untuk melakukan notifikasi atau pemberitahuan dari semua aturan TRIMs yang tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian TRIMs. Disamping itu, negara anggota juga diberikan pula masa transisi atau peralihan untuk melakukan penghapusan aturan- aturan TRIMs yang bertentangan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Masa peralihan yang diberikan untuk menghapuskan TRIMs yang bertentangan dengan ketentuan National Treatment dan penghapusan hambatan kuantitatif quantitative restriction adalah dua Tahun untuk Negara maju sejak berlakunya perjanjian 147 Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional WTO Bandung : Rajawali Pers, 2004, hlm. 107. 148 Ibid , hlm. 108. 149 Ibid. Universitas Sumatera Utara WTO, lima Tahun untuk negara sedang berkembang dan tujuh Tahun untuk negara yang terbelakang. Atas permintaan suatu anggota Council for Trade and Goods dapat memperpanjang masa peralihan transition period untuk penghapusan TRIMs sebagaimana disebut diatas, untuk suatu negara berkembang termasuk negara yang terbelakang yang dapat membuktikan bahwa mereka mengalami kesulitan yang sangat besar dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian TRIMs. Dalam mempertimbangkan adanya bukti-bukti tersebut, the Council of Trade and Goods akan memperhatikan perkembangan anggota yang bersangkutan, termasuk kebutuhan-kebutuhan keuangan dan perdagangannya. Pasal 6 dari perjanjian mengenai TRIMs menyatakan bahwa negara anggota menegaskan kembali komitmen mereka mengenai kewajiban untuk menaati kewajibannya mengenai persyaratan transparency dan persyaratan pemberitahuan sesuai Pasal X GATS 1994. Juga berkenaan dengan notification sebagaimana dimuat dalam Undestanding Regarding Notification, Consultation, Dispute Settlement and Surveillance yang disyahkan tanggal 28 November 1979, dan keputusan menteri mengenai prosedur notifikasi yang diterima pada tanggal 15 April 1994. Setiap anggota wajib memberitahukan Sekretariat WTO mengenai terbitan Publication dimana TRIMs yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah ataukah pejabat-pejabat dalam wilayah mereka. Perjanjian TRIMs juga membentuk suatu Committee on Trade Related Investment Measures yang terbuka bagi semua anggota. Panitia ini memiliki badan kelengkapan berupa Ketua dan Wakil Ketua. Panitia bertugas antara lain mengadakan rapat paling sedikit satu kali seTahun atau setiap waktu atas Universitas Sumatera Utara permintaan Negara anggota. Panitia akan menjalanka segala sesuatu yang ditugaskan kepadanya oleh Council for Trade and Good, dan memberi kesempatan kepada Negara anggota untuk berkonsultasi dengan Panitia mengenai segala sesuatu yang berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian ini. Pasal XXII dan Pasal XXIII dan GATS 1994 sebagaimana dilaksanakan oleh Disputes Settlement Understanding DSU, akan berlaku bagi konsultasi dan penyelesaian sengketa di bawah perjanjian ini. Pasal 7 dan 8 Paling lambat lima Tahun setelah berlakunya perjanjian WTO, Council for Trade and Goods akan membahas pelaksanaan perjanjian TRIMs ini apabila diperlukan mengusulkan diselenggarakannya suatu konferensi menteri, amandemen pada naskah perjanjian. Pasal 9 TRIMs. Selama melakukan peninjauan atau review ini, Council for Trade and Goods akan ditambah dengan ketentuan-ketentuan mengenai kebijakan penanaman modal dan aturan-aturan yang terkait dengan hukum persaingan. Setiap negara anggota juga harus sedapat mungkin memenuhi permintaan- permintaan keterangan mengenai TRIMs dan harus memberikan kesempatan yang cukup untuk konsultasi dikemukakan oleh anggota lain. Peserta konferensi yang membicarakan perjanjian TRIMs di Marrakesh tidak berhasil mencapai kesepakatan penuh tentang apa saja yang tercakup dalam pengertian TRIMs ini, sehingga Dirjen GATT merumuskan suatu Illustrative List yang dilampirkan pada Agreement mengenai TRIMs. Illustrative List ini pada intinya merupakan pemabatasan penetapan keharusan memakai komponen-komponen lokal dalam proses industri. Tindakan mengharuskan memakai komponen lokal itu biasanya dilakukan dengan jalan : Universitas Sumatera Utara a. Membatasi impor prosuk-produk yang dipakai dalam proses produksi atau terkait dengan volume prosuksi local ataun senilai produksi yang di ekspor perusahaan bersangkutan. b. Membatasi impor produk-produk yang dipakai dalam atau terkait dengan produksi lokal dengan membatasi tersedianya devisa luar negeri sampai sejumlah yang dimasukkan oleh perusahaan. c. Membatasi ekspor atau penjualan untuk ekspor, baik menurut golongan produknya, menurut volume atau nilai atau menurut perbandingan volume atau nilai dari produksi dalam negeri perusahaan yang bersangkutan. Rumusan Illustrative List diatas dibuat setelah peserta konferensi gagal mencapai kesepakatan perumusan mengenai TRIMs, walaupun telah diusahakan. Tindakan dibidang penanaman modal apa saja selain komponen lokal yang tergolong TRIMs yang antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Persyaratan penggunaan bahan baku, bahan setengah jadi, komponen dan suku cadang buatan dalam negeri dalam suatu kegiatan usaha atau dalam produksi suatu barang, baik yang diproduksi sendiri maupun yang diperoleh dari perusahaan lain disalam negeri local product content requirement atau LCR. b. Persyaratn ekspor yang dikaitkan dengan penanaman modal export requirement . c. Persyaratan keseimbangan perdagangan trade balancing requirement . d. Pemabatasan kapasitas produksi manufacturing limitations. e. Ketentuan jenis produksi. Universitas Sumatera Utara f. Keharusan membuat produk tertentu mandatory product requirements . g. Pemabatasan transfer devisa remittance limitations. h. Persyaratan alih teknologi technology transfer requirement. i. Keharusan penggunaan lisensi dalam produksi licencing requirements . j. Persyaratan komposisi pemilikan saham antara partner asing dan partner local local equity requirement. dan k. Insentif-insentif incentives. TRIMs atau tindakan-tindakan yang merupakan hambatan bagi perdagangan barang-barang yang terkait dengan penanaman modal, sebenarnya adalah masalah yang dihadapi oleh negara-negara yang sudah berhasil dalam melaksanakan kebijakan penanaman modal asingnya. Biasanya negara ini tengah memasuki tahap industrialisasi. Dalam kasus yang demikian yang diwaspadai oleh negara-negara industri penanam modal yang sekaligus sering juga merupakan pesaing dalam produk-produk yang diproduksi dalam industri baru yang dibangun dengan modal asing adalah hambatan-hambatan berupa ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh negara industri baru untuk melindungi industri yang dibangun itu. Disamping itu, negara tersebut juga wajib menerapkannya untuk sekaligus menangkal saingan dari negar-negara yang sudah lebih maju dalam cabang industri bersangkutan. Hal yang sering menjadi tumpuan perhatian adalah keharusan untuk menggunakan bahan-bahan atau komponen-komponen buatan dalam negeri local product atau content requirement atau LCR. Keharusan penggunaan komponen Universitas Sumatera Utara local ini banyak dipersyaratkan oleh negara berkembang. Tujuannya adalah untuk mendorong industri pembuat komponen lokal dalam negeri mereka. Hasil pengamatan badan GATT yang mengawasi kebijakan perdagangan negara-negara anggotanya, yaitu TPRM Trade Policy Review Mecanism, terdapat 19 negara negara sedang berkembang yang menerapkan persyaratan LCR ini. Bidang industri yang paling jelas terlihat adalah industri ototmotif, tetapi juga terdapat cabang-cabang industri lainnya yang menyangkut mesin-mesin. Meskipun umumnya adalah negara sedang berkembang, ada juga negara maju yang menerapkan persyaratan LCR secara ketat khususnya di bidang otomotif. 2. Pengaturan Penanaman Modal dalam Kerangka GATS General Agreement on Trade and Services General Agreement on Trade and Services terkait dengan peraturan penanaman modal, karena salah satu modus perdagangan jasa dilakukan dengan cara kehadiran komersial commercial presence pemasok jasa ke negara host country. Adapun pengertian commercial presence adalah setiap jenis usaha atau professional establishment kegiatan professional yang dilakukan melalui: a. Pembentukan, akuisisi atau pendirian suatu badan hukum, atau b. Pendirian suatu kantor cabang atau perwakilan di dalam wilayah suatu Negara anggota dengan tujuan untuk melakukan pemasokan suatu jasa. 150 150 Pasal XXVIII butir d, ketentuan General Agremeent on Trade and Tariff GATT. Universitas Sumatera Utara Sedangkan yang dimaksud dengan pemasok jasa adalah setiap person yang melakukan pemasokan jasa. 151 Selain itu terdapat pula pengertian mengenai badan hukum dari negara anggota lain yang berarti suatu badan hukum yang : a. Didirikan berdasarkan hukum negara anggota tersebut dan melakukan operasi usaha yang besar di dalam wilayah negara anggota lain. atau b. Dalam pemasokan suatu jasa melalui suatu kehadiran komersial, dimiliki atau dikendalikan oleh : 1. Orang dari negara anggota tersebut, atau 2. Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum negara anggota tersebut sebagaimana disebut dalam butir 6a diatas. 152 Suatu badan hukum dikatakan : a. Dimiliki apabila lebih dari 50 saham dimiliki oleh person dari negara anggota tersebut. 153 b. Dikendalikan oleh person dari suatu negara anggota jika person tersebut mempunyai kekuasaan untuk menetapkan anggota direksi secara mayoritas atau secara hukum mengendalikan badan hukum tersebut. 154 c. Berafiliasi dengan person lainnya bila badan hukum tersebut mengendalikan atau dikendalikan oleh orang lain tersebut atau bila badan hukum dan person lainnya tersebut keduanya dikendalikan oleh orang yang sama. 155 151 Pasal XXVIII butir i, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT. 152 Pasal XXVIII butir m, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT. 153 Pasal XXVIII butir n.i, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT. 154 Pasal XXVIII butir n.ii, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT. 155 Pasal XXVIII butir n.iii, ketentuan General Agreement on Trade and Tariff GATT. Universitas Sumatera Utara General Agreement on Trade and Services tidak secara tegas menyebutkan bentuk-bentuk kebijakan penanaman modal yang bertentangan dengan prinsip perlakuan nasional. Article II GATS menetapkan bahwa setiap negara anggota harus dengan segera dan tanpa syarat memberikan perlakuan yang tidak berbeda no less favourable kepada jasa-jasa dari negara lain dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan kepada pemasok jasa dari negara lainnya. 156 Komitmen liberalisasi penanaman modal sektor jasa dalam sistem GATT bersifat progresif. Pengakuan terhadap kewajiban perlakuan nasional tidak menyebabkan negara-negara wajib memberikan perlakuan terhadap pemasok jasa asing identik dengan perlakuan yang mereka berikan kepada pemasok jasa domestik. Karena perlakuan sama ini tidak berlaku secara luas, akan tetapi pada sektor-sektor usaha beserta syarat-syarat yang dimasukkan suatu negara dalam daftar komitmen positive list. 157 Penerapan kewajiban perlakuan sama terhadap pemasok jasa dari semua negara berdasarkan most favoured nations dan national treatment , masih dimungkinkan untuk menyimpang berdasarkan Article II, Exemption GATS, dengan ketentuan harus dimuat dalam specific of commitment SoC dan berlaku dalam jangka waktu paling lama 10 Tahun dan di review setiap lima Tahun. 158 Dengan demikian, komitmen yang diterapkan secara awal ditentukan secara bertahap masing-masing negara dalam positive list dan negara tersebut menentukan sejauhmana keterbukaan yang akan diberikan yang dilakukan melalui proses negosiasi. Apabila suatu negara telah membuka suatu sektor, maka prinsip 156 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi Jakarta : Sinar Grafika, 2010, hlm. 122. 157 Pierre Sauve, “Assesing the General Agreement on Trade in Services . Hlmf-Full or Hlmf – Empty ? “ , Journal of World Trade, Vol. 9 Nomor 4 dalam Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dalam Undang-undang Penanaman Modal, Jurnal, hlm. 8. 158 Ibid . Universitas Sumatera Utara MFN harus diberlakukan. Dengan pendekatan ini sebenarnya dalam keadaan- keadaan tertentu masih bisa dilakukan perbedaan antara pelaku penanaman modal asing dengan lokal nasional. 159 Komitmen liberalisasi penanaman modal sektor jasa juga tak seliberal dalam sektor perdagangan, karena hal ini terkait dengan kedaulatan suatu negara. Dalam liberalisasi penanaman modal sektor jasa negara masih mempunyai kemampuan untuk mengatur dalam Domestic Regulation, Pasal VI GATS memeberikan kewenangan mengatur kepada negara-negara, khususnya untuk menetapkan persyaratan dan prosedur standar lisensi dan persyaratan perizinan terhadap bidang usaha jasa yang masuk dalam daftar komitmen khusus negara tersebut. 160 Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah ketentuan-ketentuan domestik tersebut harus dilaksanakan dalam cara yang wajar, objektif dan tidak memihak. 161 Khusus terhadap peraturan domestik domestic regulation yang berkenaan dengan persyaratan dan prosedur, standar lisensi dan persyaratan perizinan harus dapat dipastikan bahwa : Didasarkan pada kriteria yang objektif dan transparan, Tidak lebih berat daripada yang semestinya untuk menjamin kualitas jasa-jasa, dan Dalam hal prosedur perizinan bukan merupakan hambatan dalam suplai jasa-jasa. 162 159 Erman Rajagukguk, dalam Diskusi Liberalisasi Jasa, Kerjasama Direktorat Hukum Bank Indonesia dan ProgramStudi Ilmu Hukum, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Ibid. 160 Mahmul Siregar, GATS dan Kedaulatan Hukum di Bidang Ekonomi., Op. Cit., hlm. 6. 161 Article VI.1 General Agreement on Trade in Services. 162 Mahmul Siregar, GATS dan Kedaulatan Hukum di Bidang Ekonomi., Loc. Cit. Universitas Sumatera Utara BAB IV PENGARUH PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL Kegiatan pengaturan penanaman modal menjadi kedaulatan penuh negara penerima modal asing host country, negara penerima modal asing sebenarnya berkuasa untuk mengatur segala bentuk kegiatan pengaturan di dalam wilayah negaranya, karena itu merupakan kedaulatan internal negara tersebut untuk mengorganisir dirinya secara bebas dan juga merupakan otonominya untuk melaksanakan kekuasaan tersebut di dalam wilayahnya. Ternyata di dalam prakteknya, kedaulatan negara penerima modal asing dalam pengaturan penanaman modal tersebut tidak sebebas yang dibayangkan. Konsep kebebasan absolut didalam pengaturan, merupakan konsep kedaulatan lama yang ternyata sudah tidak relevan dan sulit untuk dipertahankan pada era sekarang ini. Pada masa sekarang ini, dimana kondisi batas non fisik antarnegara yang sulit dibedakan akibat arus informasi dan teknologi, kesadaran negara yang saling membutuhkan satu sama lain, serta berbagai perjanjian-perjanjian bilateral maupun multilateral yang telah disepakati dan mengikat negara, mempengaruhi kedaulatan negara tersebut untuk melakukan suatu pengaturan, hal-hal tersebut secara langsung atau tidak langsung membatasi kedaulatan negara khususnya di dalam membuat suatu regulasi atau aturan.

A. Pengaturan Penanaman Modal sebagai Bagian dari Kedaulatan Negara