Sistematika Penulisan Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing Dalam Pengaturan Penanaman Modal

3. Analisis Data Berdasarkan sifat penelitian yang digunakan yaitu mengunakan metode penelitian bersifat deskriptis analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data sekunder, meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. Metode penarikan kesimpulan yang digunakan adalah metode deduktif yaitu cara berfikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum kepada sesuatu yang sifatnya khusus. 49

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian judul, tinjauan pustaka, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL ASING Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum tentang kedaulatan negara dan penanaman modal asing, bentuk-bentuk dan teori-teori kedaulatan negara, dasar hukun dan bentuk-bentuk 49 Zainuddin Ali., Op. Cit., hlm. 107. Universitas Sumatera Utara penanaman modal asing, serta hubungan kedaulatan negara dan penanaman modal asing. BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA NASIONAL DAN INTERNASIONAL Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal asing dalam kerangka peraturan nasional dan kesepakatan- kesepakatan multilateral terutama General Agreement on Trade and Services atau GATS dan Trade Related Investment Measures atau TRIM’s. BAB IV PENGARUH PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal sebagai bagian dari kedaulatan negara, prinsip-prinsip perdagangan bebas yang membatasi penanaman modal, serta pengaruh perjanjian internasional terhadap pengaturan penanaman modal negara penerima modal asing BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab yang berisikan kesimpulan mengenai permasalahan yang dibahas dan saran terhadap pemasalahan tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB II HUBUNGAN KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL ASING A. Tinjauan Umum Mengenai Kedaulatan Negara 1. Perkembangan pengertian kedaulatan negara Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan perdagangan dan kegiatan investasi yang melintasi batas-batas negara, menurut para ahli menuntut untuk meninjau kembali konsep kedaulatan yang bersifat absolut dan kekal. 50 Hubungan perdagangan yang menjurus kepada globalisasi yang bebas hambatan dan saling menguntungkan. Hubungan demikian mendobrak batas-batas teritorial Negara. Demi kepentingan dagang dan pertumbuhan ekonomi, negara-negara sepakat untuk ‘melonggarkan’ batas-batas wilayah negara guna memperlancar keluar-masuknya lalu lintas produk barang dan jasa serta investasi. 51 Oleh karena itu, hubungan internasional yang kompleks ini membutuhkan pengaturan hukum internasional yang lebih kompleks dan adil, yang mengikat negara serta dapat dilaksanakan. Hal ini tidak akan pernah tercapai jika tetap berpegang teguh pada konteks kedaulatan yang absolut. Para ahli hukum internasional banyak mengemukakan argumentasi bahwa konsep kedaulatan negara yang absolut jika diterapkan dewasa ini hanya akan menghasilkan kekacauan internasional, dimana tidak ada aturan main yang dapat membatasi tindakan negara-negara. 52 Prinsip kedaulatan yang absolut dan 50 Mahmul Siregar., Op. Cit., hlm. 22. 51 Huala Adolf, Hukum ekonomi Internasional Suatu Pengantar Jakarta : Rajawali Pers, 1997. Hlm. 225. 52 Jonatan Charney, “Universal International Law”, dalam Mahmul Siregar., Op. Cit., hlm. 23. Universitas Sumatera Utara persamaan kedudukan tiap negara jika tidak dibatasi ruang lingkupnya melalui hukum internasional justru akan merugikan kepentingan negara-negara baru negara berkembang dan terbelakang, karena secara faktual dalam hubungan internasional terdapat perbedaan kekuatan dan kemampuan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Konsep kedaulatan negara yang absolut dan pembatasan kedaulatan melalui hukum internasonal bukanlah merupakan hal yang bertentangan satu sama lain, kedaulatan suatu negara diperoleh sebenarnya melalui penyerahan sebagian kewenangan dan hak dari rakyatnya untuk diatur pelaksanaannya secara baik oleh pemerintah tersebut. Rakyat yang membatasi kewenangannya melalui penyerahan sebagian kewenangan tersebut kepada negara adalah konsep yang dapat diterima secara universal. Oleh karena itu, jika negara pemegang kedaulatan tersebut kemudian menggunakannya dengan menyerahkan sebagian otonomi mereka membuat keputusan kepada organisasi-organisasi internasional untuk diatur secara lebih baik, maka hal ini juga semestinya dapat diterima. 53 Tentunya penyerahan tersebut harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Konsep negara absolut sebenarnya sulit untuk digunakan pada masa globalisasi seperti sekarang ini, konsep kedaulatan negara telah berkembang seiring perkembangan waktu, khususnya bagi negara-negara berkembang, dengan alasan-alasan kepentingan nasional mencoba untuk mengekang diri dari mesin pertumbuhan yang sangat kuat yang tidak bisa untuk dihindari. Yang terjadi malah fenomena “ilusi sumber daya” dimana mereka berfikir memiliki sumber 53 Christoper M. Ryan dalam Mahmul Siregar, Ibid. Universitas Sumatera Utara daya yang sangat besar untuk mensejahterakan rakyatnya padahal mereka sendiri tidak mampu untuk menggunakan sumber daya tersebut secara optimal tanpa keterlibatan para pelaku ekonomi global. 54 Padahal jika diperhatikan bahwa penyerahan sebagian kedaulatan tersebut berdasarkan hukum internasional maupun melalui organisasi-organisasi internasional tidak menyebabkan kedaulatan tersebut hilang sama sekali, karena dalam sistim hukum internasional, begitu juga dalam organisasi-organisasi internasional, pengambilan keputusan tetap dilakukan oleh negara-negara yang semula menyerahkan kedaulatan tersebut, bukan oleh pengurus-pengurus organisasi tersebut secara individu. 55 2. Bentuk-bentuk kedaulatan negara Pembentukan suatu negara ditentukan oleh kemerdekaan. Negara yang sudah merdeka atau berdaulat membutuhkan hukum untuk mengatur negaranya serta memperkuat kedaulatannya. Negara yang sudah merdeka atau berdaulat berhak mengatur negaranya sebagai bentuk dari kedaulatannya tersebut, bentuk kedaulatan tersebut dapat berupa kedaulatan kedalam maupun kedaulatan keluar, berikut pengertian dari kedua bentuk kedaulatan tersebut, yaitu : a. Kedaulatan ke dalam internal Ialah bahwa kekuasaan negara itu ditaati dan dapat dipaksakan untuk ditaati oleh rakyatnya, dalam arti bahwa negara tersebut memiliki kekuasaan untuk mengorganisasi dirinya secara bebas dan memiliki otonomi untuk melaksanakan kekuasaan tersebut di dalam wilayahnya. Kedaulatan internal ini terbagi pula kedalam kedaulatan personal , teritorial dan fungsional. 54 Kennici Ohmae, Japan’s Administration for US Methods in an Open Book, Wall Street Journal, dalam Mahmul Siregar., Ibid., hlm. 26. 55 Mahmul Siregar.,Ibid., hlm. 22. Universitas Sumatera Utara Kedaulatan personal berkenaan dengan kekuasaan suatu negara terhadap warga negaranya dimanapun dia berada. Kedaulatan teritorial berkaitan dengan kekuasaan negara terhadap orang, kekayaan alam dan non-alam di dalam wilayahnya. Sedangkan kedaulatan fungsional adalah kedaulatan terbatas terhadap suatu wilayah region tertentu. Kedaulatan terbatas ini acap kali disebut pula dengan istilah “souvereign rights” atau hak-hak berdaulat. Misalnya hak berdaulat negara terhadap sumber kekayaan perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif ZEE. 56 b. Kedaulatan keluar Ialah bahwa kedaulatn ini berkait dengan status dan kemampuan negara untuk mempertahankan diri terhadap serangan yang datang dari luar dan sanggup mengadakan hubungan-hubungan internasional. Pengertian status negara ini harus diartikan sebagai status negara tersebut dengan negara lain. Dalam hal ini menurut doktrin kedaulatan relatif doctrine of relative souvereignty , semua negara berada dalam kedudukan yang sama menurut hukum internasional. 57 Oleh karena itu, negara disatu sisi seharusnya dapat mengatur segala urusan negaranya membuat suatu aturan yang dapat dipaksakan kepada seluruh warga negaranya disisi lain juga dapat melakukan suatu kerjasama dengan negara lain dengan tetap mempertahankan kedaulatan negaranya agar kedaulatan tersebut dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat 56 Asif Qureshi, International Economic Law dalam Huala Adolf., Op Cit., hlm. 229. 57 Ibid , hlm. 232. Universitas Sumatera Utara 3. Teori-teori tentang kedaulatan negara Teori kedaulatan muncul untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul terkait dengan kedaulatan negara seperti darimana sebenarnya asal dari kedaulatan negara dan siapakah yang menguasai kedaulatan negara tersebut. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut berikut akan dijabarkan mengenai beberapa teori mengenai kedaulatan negara, yakni ; a. Teori Kedaulatan Tuhan Teori ini mengajarkan bahwa pemerintahnegara memperoleh kekuasaan yang tertinggi itu dari Tuhan. Para penganut teori ini berpendapat, bahwa dunia beserta isinya adalah hasil ciptaan Tuhan. Penganut teori ini antara lain ; Augustinus, Thomas Aquinas, Marsilius dan lain-lain. 58 Menurut Marsulius raja itu adalah wakil daripada Tuhan untuk melaksanakan kedaulatan atau memegang kedaulatan di dunia. 59 Oleh karena itu, kekuasaan raja tidak boleh dibantah oleh rakyatnya, karena membantah perintah raja berarti menentang tuhan. 60 b. Teori Kedaulatan Rakyat Menurut teori ini, negara memperoleh kekuasaan dari rakyatnya dan bukan dari Tuhan atau dari raja. 61 Yaitu bahwa semula individu- individu itu dengan melalui perjanjian masyarakat membentuk masyarakat, dan kepada masyarakat inilah individu itu menyerahkan kekuasaannya, yang selanjutnya masyarakat inilah yang menyerahkan 58 Samidjo., Op. cit., hlm. 143 59 Soehino, Ilmu Negara Yogyakarta: Liberty, 1986, hlm. 153. 60 Samidjo., Loc. Cit. 61 Ibid, hlm 145 Universitas Sumatera Utara kekuasaan tersebut kepada raja. Jadi sebenarnya raja itu mendapatkan kekuasaannya dari individu-individu tersebut. 62 c. Teori Kedaulatan Negara Menurut teori ini, negara dianggap sebagai suatu kesatuan idea yang paling sempurna, negara adalah satu hal yang tertinggi, yang merupakan sumber dari segala sumber kekuasaan. Jadi negaralah sumber kedaulatan dalam negara. Karena itu negara dalam arti pemerintah dianggap mempunyai hak yang tidak terbatas terhadap life, liberty dan property dari warga negaranya. Warga negara bersama-sama hak miliknya itu, apabila perlu dapat dikerahkan untuk kepentingan kejayaan negara. Mereka taat kepada hukum, tidak disebabkan suatu perjanjian, tetapi karena hukum itu adalah kehendak negara. 63 d. Teori Kedaulatan Hukum Menurut teori kedaulatan hukum yang memiliki bahkan yang merupakan kekuasaan tertinggi didalam suatu negara adalah hukum itu sendiri. Karena baik raja atau penguasa maupun rakyat atau warga negara, bahkan negara itu sendiri semuanya tunduk kepada hukum. 64 hukum itu tidak tergantung pada kehendak manusia, yaitu hukum adalah sesuatu dengan kekuatan memerintah yang terdapat dalam perasaan hukum manusia, yang sering memaksa manusia bertindak juga bertentangan dengan kehendaknya sendiri atau bertentangan dengan suatu 62 SoehiNomor, loc, cit., hlm 160 63 Ibid, hlm. 146 64 Loc cit, hlm 156. Universitas Sumatera Utara kecenderungan tertentu padanya. Hukum berdaulat, yaitu diatas segala sesuatu, termasuk negara. 65

B. Tinjauan Umum Mengenai Penanaman Modal Asing