BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penanaman modal modal tidak bisa terlepas dari kedaulatan negara, keduanya
memiliki hubungan kausalitas. Penanaman modal dilakukan diatas tanah suatu negara yang berdaulat. Dengan masuknya penanaman modal asing ke suatu
negara maka secara tidak langsung negara yang berdaulat tersebut menyerahkan sebagian dari kedaulatan negaranya untuk dikuasai dan
diusahakan oleh penanam modal asing tersebut. Dari konsep penanaman modal, terlihat adanya suatu gambaran bahwa negara tersebut sedang menjual
wilayah atau kedaulatannya padahal yang terjadi bukanlah demikian, karena kegiatan penanaman modal justru dilaksanakan guna percepatan pembangunan
suatu negara dikarenakan negara tersebut belum memiliki kemampuan untuk mengolah sumber daya yang ada. Oleh karena itu, sebenarnya penanaman
modal asing ini merupakan suatu kebutuhan untuk pelaksanaan dan percepatan pembangunan suatu negara dan keterkaitannya dengan kedaulatan tentu tidak
dapat dihindarkan. 2.
Penanaman modal diatur melalui peraturan nasional dan kesepakatan multilateral. Dalam lingkup nasional, pengaturan penanaman modal
dilaksanakan melalui Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Penanaman Modal
yang lama, yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Universitas Sumatera Utara
Modal Asing UUPMA dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri UUPMDN beserta berbagai Peraturan
Presiden serta peraturan pelaksana dari kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, sedangkan dalam lingkup kesepakatan multilateral
pengaturan penanaman modal diantaranya diatur dalam kesepakatan Trade Related Investment Measures
TRIMs yang berisi persyaratan-persyaratan penanaman modal Negara berkembang untuk mengawasi modal yang masuk
kenegaranya Syarat-syarat ini diterapkan terhadap perusahaan-perusahaan asing yang hendak menanamkan modalnya. Fungsi utama dari pengenaaan
upaya-upaya atau persyaratan ini oleh Negara penerima adalah untuk mengatur dan mengontrol aliran penanaman modal asing sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi tujuan pembangunan nasional Negara yang bersangkutan. Dan juga diatur dalam General Agreement on Trade and
Services GATS yaitu pengaturan penanaman modal terkait dengan Jasa.
3. Kedaulatan negara penerima modal asing dalam pengaturan penanaman modal
di batasi oleh prinsip-prinsip perdagangan internasional yang terkait dengan penanaman modal dan perjanjian-perjanijan internasional yang terkait dengan
penanaman modal yang mengikat negara tersebut. Perjanjian internasional sangat berpengaruh terhadap kedaulatan negara penerima modal asing dalam
pengaturan penanaman modal. Kedaulatan negara penerima modal asing dalam pengaturan penanaman modal, meliputi segala aspek mulai dari
masuknya penanam modal tersebut kedalam suatu negara, bagaimana dia melakukan kegiatan penanaman modal di dalam negeri dan bagaimana
keluarnya modal tersebut dari negara penerima modal, seluruh pengaturannya
Universitas Sumatera Utara
menjadi hak dari negara penerima modal asing. Namun, kepenuhan kedaulatan tersebut terbatasi dengan adanya perjanjian international yang
ditanda tangani oleh negara penerima modal asing, kesepakatan tersebut mengikat negara-negara yang menandatanganinya begitu juga dengan negara
penerima modal asing, sehingga negara tersebut harus melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik pacta sunt servanda. Keterkaitan suatu
negara bukan berarti bahwa kekuasaan tertinggi kedaulatan negara tersebut menjadi hilang atau tergerogoti. Negara tersebut tetap berdaulat, hanya untuk
tindakan-tindakan tertentunya saja yang terkait dengan kesepakatan yang diberikan, negara tersebut terikat untuk melakukan tindakan-tindakan yang
sesuai dengan kesepakatannya. Kesepakatan internasional mensyaratkan negara untuk menyesuaikan peraturan hukum nasionalnya dengan kesepakatan
internasional yang telah ditandatanganinya. Suatu negara yang telah menanda tangani suatu perjanjian internasional tidak bisa menjadikan kedaulatan
sebagai alasan untuk tidak mematuhi isi perjanjian, karena pada hakekatnya penandatangan adalah suatu tindakan berdaulat suatu negara, manakala negara
telah melakukan tindakan berdaulatnya, maka tidak ada alasan lagi bagi negara tersebut untuk menyatakan bahwa tindakannya tersebut telah
melanggar kedaulatannya.
B. Saran