perusahaan tersebut. Hal tersebut, tentu akan lebih menarik lagi minat para investor untuk berinvestasi. Sehingga, terkadang perusahaan tetap
mempertahankan tingkat dividend payout ratio yang tinggi, meskipun jumlah laba yang diperoleh perusahaan tersebut sedang mengalami
penurunan.
2.1.2 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen dividend policy merupakan kebijakan perusahaan dalam menentukan besarnya proporsi dividen yang akan dibagikan
perusahaan dan laba ditahan perusahaan untuk kepentingan operasional perusahaan terhadap laba bersih sesudah pajak yang dihasilkan perusahaan.
Laba ditahan merupakan bagian dari laba bersih sesudah pajak perusahaan yang akan digunakan perusahaan untuk melakukan operasional perusahaan,
dan dividen berupa arus kas yang akan mengalir kepada pemegang saham perusahaan. Dari pengertian tersebut terdapat adanya ketimpangan antara
kepentingan para pemegang saham dan pihak internal perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan
yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang Brigham dan Houston, 2010.
Dengan demikian pihak manajemen perlu mempertimbangkan faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh
perusahaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen,
oleh karenanya sangat sulit untuk menentukan faktor mana yang paling dominan yang mempengaruhi kebijakan dividen.
Beberapa penelitian tentang faktor penentu kebijakan dividen telah dilakukan. Parthington 1989 dalam penelitiannya menunjukkan beberapa
variabel yang mempengaruhi penentuan dividen yaitu: 1 profitabilitas, 2 stabilitas dividen dan earning, 3 likuiditas dan cash flow, 4 investasi,
dan 5 pembiayaan. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk
memperoleh dividen, sehingga profitabilitas merupakan faktor utama terpenting terhadap dividen, Lintner 1956.
2.1.3 Profitability
Profitability merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasinya selama periode waktu tertentu. Armajitt et.
al., 2010 menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang terpenting yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam kebijakan
dividen, demikian pula investasi yang diukur dari aset bersih operasi. Tingkat profitability perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio
yang disebut dengan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan semua sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas modal, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini profitability diukur dengan Return on Asset ROA. Return on Asset ROA adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang ada dan setalah biaya-biaya
modal biaya yang digunakan mendanai aset. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar
sebagai dividen Sudarsi, 2002. Oleh karenanya perusahaan akan lebih berupaya dalam memaksimumkan profit, agar dapat memenuhi
kewajbannya dalam membayarkan dividen para pemegang saham. Return on Asset ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aset
yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, jika ROA negatif menunjukkan total aset
yang digunakan tidak memberikan keuntungan, namun memberikan kerugian. Semakin besar ROA menunjukkan semakin baik kinerja
perusahaan tersebut, karena tingkat pengembalian investasi return semakin besar. Dengan demikian meningkatnya ROA akan meningkatkan
dividen dividen cash. Seperti yang diungkapkan Armajit et. al. 2010 dan Chasanah 2008 bahwa tingkat profitabilitas yang diukur melalui ROA
mempengaruhi dividen secara positif. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :
��� =
������� ����� ��� EAT ����� ������
, Armajit et, al
2.1.4 Current Ratio