Koordinasi Diagnosis malaria dan pengobatan

5.2 Proses

Proses merupakan semua aktivitas interaksi dari seluruh karyawan dan tenaga profesi dengan pelanggan, baik pelanggan internal sesama petugas atau karyawan maupun pelanggan eksternal pasien, pemasok barang, masyarakat yang datang ke puskesmas atau rumah sakit untuk maksud tertentu. Untuk melihat baik atau tidaknya dari proses yang dilakukan Puskesmas atau Rumah Sakit dapat diukur dari : 1 Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan, 2 Efektif atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan, dan 3 Mutu proses yang dilakukan. Variabel proses merupakan pendekatan langsung terhadap mutu pelayanan kesehatan. Jika petugas profesi semakin patuh terhadap standar pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan yang diberikan akan semakin bermutu pula Bustami, 2011.

5.2.1 Koordinasi

Menurut Ndraha 2003 bahwa Koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain. Sedangkan Menurut Handoko 2003 dalam mencapai tujuannya, sebuah organisasi memerlukan koodinasi. Tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen- departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Dalam mendukung program pengendalian malaria dibutuhkan adanya kerjasama lintas sektor. Universitas Sumatera Utara Dalam pelaksanaan program pengendalian malaria di Puskesmas Sei Apung membutuhkan koordinasi yang baik dan kerja sama lintas sektor agar program pengendalian malaria tersebut dapat berhasil. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa ketika terjadi kasus, koordinasi lintas program dilakukan yaitu dengan adanya kerjasama antara dinas kesehatan dan puskesmas yang dinilai sudah baik, akan tetapi kerjasama lintas sektor yaitu dengan kecamatan, kepala desa dan sekolah kurang berjalan dengan baik. Koordinasi yang pernah dilakukan pada lintas sektor adalah koordinasi dengan kepala desa tentang pemberian kelambu berinsektisida, penyemprotan dinding rumah IRS dan kegiatan penyuluhan, koordinasi dengan kecamatan tidak pernah dilakukan dilapangan, koordinasi di pendidikan misalnya: sekolah, pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya malaria dan pencegahannya.

5.2.2 Diagnosis malaria dan pengobatan

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium. Sedangkan diagnosis pasti malaria bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik secara mikroskopis, maupun uji diagnosis cepat Rapid Diagnostic Test RDT Kemenkes, 2014. a. Pada anamnesis sangat penting diperhatikan: - Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal - Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria - Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria. Universitas Sumatera Utara - Riwayat tinggal di daerah endemis malaria Setiap kasus dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria. b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dengan melihat suhu tubuh aksiler 37,5 °C, konjungtiva atau telapak tangan pucat, sklera pada mata ikterik kekuningan, pembesaran limpa dan pembesaran hati. c. Selanjutnya pemeriksaan sediaan darah dapat digunakan dengan 2 alat yaitu pemeriksaan mikroskopis dan dengan alat uji cepat dan akurat yaitu RDT Rapid Diagnostic Test, tetapi keterbatasan SDM maka pemeriksaan sediaan darah di lakukan dengan alat RDT. Alat ini sangat praktis, mudah, gampang, tidak memerlukan banyak waktu, dapat dibawa, dan hasilnya dapat dilihat dengan cepat. Adapun isi dari kemasan RDT adalah Kotak sediaan darah, cairan buffer, loop, blood lancet dan kapas alcohol. Cara melakukan kegiatan tersebut tusukkan blood lancet pada salah satu jari yang ingin diambil sediaan darahnya dan sebelumnya diberi kapas alkohol kemudian sediaan darah tersebut diambil dengan loop dan selanjutnya dimasukkan kedalam kotak sampel darahdan teteskan cairan buffer sebanyak 2-3 tetes buffer, diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak, dan setelah 15 menit baca hasil ditempat yang terang. Apabila hasilnya positif malaria maka segera diberikan pengobatan. Obat anti malaria sesuai dosis, berat badan dan umur. Adapun obat anti malaria yang biasa diberikan adalah ACT arthemisisnin combination therapy artinya obat kombinasi, adapun jenis obat anti malaria yang terdapat di Puskesmas Sei Apung Universitas Sumatera Utara adalah Dihydropiperaquin, primakuin dan kina. Pengobatan yang diberikan sama saja tidak ada perbedaannya, hanya saja pada ibu hamil tidak boleh di berikan obat ACT pada trimester pertama, tetapi setelah usia kehamilan memasuki trimester ke 2 pemberian ACT dapat diberikan sesuai dengan petunjuk yang telah direkomendasikan oleh Departemen kesehatan.

5.2.3 Skrining Malaria Pada Ibu hamil