adalah Dihydropiperaquin, primakuin dan kina. Pengobatan yang diberikan sama saja tidak ada perbedaannya, hanya saja pada ibu hamil tidak boleh di berikan
obat ACT pada trimester pertama, tetapi setelah usia kehamilan memasuki trimester ke 2 pemberian ACT dapat diberikan sesuai dengan petunjuk yang telah
direkomendasikan oleh Departemen kesehatan.
5.2.3 Skrining Malaria Pada Ibu hamil
Skrining adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat yang bertujuan untuk membedakan
masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit diantara masyarakat yang sehat. Pemeriksaan yang dapat di lakukan adalah dengan pemeriksaan
mikroskopis dan pemeriksaan uji cepat RDT Depkes, 2010 Adapun kegiatan skrining malaria pada ibu hamil di mulai dari diagnosis
malaria dengan melakukan pemeriksaaan anamnesa dengan melihat suhu tubuh, kemudian pemeriksaan fisik dan selanjutnya dilakukan diagnosis pasti dengan
melakukan pemeriksaan sediaan darah menggunakan alat RDT, karena tenaga mikroskopis tidak ada maka penggunaan RDT sebagai alternatif yang mudah.
Menurut Rahman dkk 2013 hasil penelitiannya menjelaskan bahwa pemeriksaan RDT dapat digunakan sebagai metode diagnostik alternatif, pada
penderita malaria di Kecamatan Jaro tetapi masih belum dapat dijadikan sebagai pengganti pemeriksaan mikroskopis sebagai gold standard untuk pemeriksaan
malaria karena masih terdapat negatif palsu pada pemeriksaan RDT di Kecamatan
Jaro.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada semua informan di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung bahwa kegiatan skrining malaria pada ibu
hamil hanya sekali di lakukan dan wajib serta merupakan kegiatan yang rutin di lakukan, pemeriksaan dilakukan ketika kunjungan pertama tanpa memandang usia
kehamilan, adapun kegiatan tersebut dilakukan di posyandu. Hal ini sesuai dengan Depkes 2010 dijelaskan bahwa Skrining malaria
merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan didaerah endemis malaria, sedangkan skrining malaria pada ibu hamil yang non endemis malaria hanya
dilakukan dengan mengetahui gejala malaria bukan kegiatan rutin. Tetapi kenyataannya di lapangan, menurut informan yang merupakan ibu
hamil pernah menderita malaria, tidak mengetahui kegiatan skrining malaria dan dia juga mengatakan bahwa dia tidak pernah melakukan skrining tersebut.
Kegiatan Skrining malaria memang dilakukan terutama pada waktu posyandu tetapi kegiatan skrining tersebut belum merupakan kegiatan rutinitas, sehingga
ketika ibu hamil ada yang tidak mengetahui kegiatan tersebut, tenaga kesehatan juga kurang aktif untuk memperoleh informasi data ibu hamil, misalnya dengan
melakukan kunjungan ke rumah ibu hamil untuk dilakukannya pemeriksaan darah.
5.2.4 Pemberian Kelambu Berinsektisida