Diagnosis Malaria Kegiatan Program

2.4.1 Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium. Sedangkan diagnosis pasti malaria bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik secara mikroskopis, maupun uji diagnosis cepat Rapid Diagnostic Test RDT. A. Anamnesis Pada anamnesis sangat penting diperhatikan: - Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal - Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria - Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria. - Riwayat tinggal di daerah endemis malaria Setiap kasus dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria. B. Pemeriksaan fisik a. Suhu tubuh aksiler 37,5 °C b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat c. Sklera mata ikterik d. Pembesaran Limpa splenomegali e. Pembesaran hati hepatomegali Universitas Sumatera Utara C. Pemeriksaan laboratorium 1 Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan sediaan darah SD tebal dan tipis untuk menentukan: - Ada tidaknya parasit malaria positif atau negatif. - Spesies dan stadium plasmodium - Kepadatan parasit 2 Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat Rapid Diagnostic TestRDT Pemeriksaan dengan RDT tidak untuk evaluasi pengobatan. Diagnosis pasti malaria bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik secara mikroskopis, maupun uji diagnosis cepat Rapid Diagnostic Test RDT, dan saat ini metode pemeriksaan dengan mikroskopis merupakan standar baku emas gold standard karena dapat melihat parasit malaria, sehingga dapat mendiagnosis penderita tanpa gejala. a. Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pemeriksaan malaria secara mikroskopis adalah pemeriksaan sediaan darah SD tebal dan tipis, dengan pewarnaan Giemsa. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop pembesaran okuler 10 kali dan objektif 100 kali menggunakan minyak imersi. SD tebal ditujukan untuk mengidentifikasi parasit secara cepat dan menghitung jumlah parasit, sedangkan SD tipis untuk melihat morfologi jenis dan stadium parasit lebih detail. Universitas Sumatera Utara Langkah-langkah pada pemeriksaan malaria secara mikroskopis meliputi : 1. Penyiapan Alat dan Reagensia Alat yang digunakan adalah Mikroskop Binokuler Bahan yang digunakan adalah Kaca sediaanslideobjek glass, lenset steril, kapas alkohol 70, minyak imersi, larutan buffer pH 7.2, Giemsa stok. Giemsa stok harus selalu dilakukan pengujian mutu secara rutin untuk memastikan kualitasnya. Larutan Giemsa yang dibuat adalah 3 dan harus selalu dibuat baru bila ada pemeriksaan. 2. Pembuatan sediaan darah Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari. Sediaan darah malaria yang dibuat adalah sediaan darah tebal dengan diameter 1-1,5 cm dan sediaan darah tipis yang berbentuk seperti ujung lidah. 3. Pembacaan sediaan darah identifikasi Pembacaan sediaan darah meliputi identifikasi spesies dan stadium parasit malaria. Spesies yang diidentifikasi antara lain sebagai berikut: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Stadium parasit malaria yang ada di dalam sel darah merah yang terinfeksi yaitu : stadium trofozoit, stadium skizon dan stadium gametosit. Adapun proses kegiatannya adalah sebagai berikut : Dimulai dengan pembuatan sediaan darah SD terdiri dari 2 jenis yaitu sediaan darah tebal dan tipis, bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol dan kemudian tusuk ujung jari dengan lancet, teteskan 1 tetes darah di tengah object glass untuk SD tipis, 2-3 tetes darah untuk SD tebal kemudian letakkan object Universitas Sumatera Utara glass diatas meja, tunggu proses pengeringan, setelah kering lakukan proses pewarnaan dengan larutan giemsa tuangkan ke seluruh permukaan object glass biarkan selama 30 menit kemudian tuang air bersih dari tepi object glass, angkat dan keringkan maka SD siap untuk diperiksa kemudian identifikasi jenis spesies dan stadium parasit yang telah ditemukan Kemenkes, 2014. b. Diagnosis malaria menggunakan RDT Kebijakan penggunaan RDT : 1. Pada puskesmas terpencil di daerah endemis yang belum dilengkapi dengan mikroskop atau sarana laboratorium, di Pustu, Polindes dan Poskesdes. 2. Pada kondisi kegawatdaruratan pasien yang memerlukan penatalaksanaan dengan segera hanya untuk diagnosis awal. 3. Pada daerah dengan KLB malaria dan bencana alam di daerah endemis malaria yang belum dilengkapi fasilitas laboratorium malaria. RDT merupakan alat diagnosis alternatif yang baik karena cepat dan akurat. cara menggunakannya sama halnya dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop, butuh sedian darah bedanya darah yang udah diambil dengan loop dimasukkan kedalam kotak sampel darah kemudian teteskan cairan buffer, diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak, dan setelah 15 menit baca hasil ditempat yang terang. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 : UraianPenjelasan Tes RDT Cara membaca hasil tes RDT jenis single contoh: Paracheck P.f: • Bila terdapat 1 satu garis berwarna pada jendela Tes T dan 1 satu garis pada jendela kontrol C menunjukkan positif P.falciparum • Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela kontrol C menunjukkan kesalahan pada RDT tes harus diulangi. • Bila terdapat garis pada jendela kontrol C menunjukkan negatif P.falciparum. Jika RDT maupun Mikroskop tersedia maka pemilihan alat diagnostik tergantung dari jumlah pasien, ketersediaan tenaga labolatorium dan klinik yang terlatih dan kebutuhan penggunaan mikroskop untuk penyakit lain. Namun perlu diketahui bahwa sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan mikroskop lebih tinggi dibanding RDT bila dilakukan oleh tenaga yang terlatih, sedangkan RDT tergantung pada jenis dan jumlah parasit, kondisi RDT, teknik pemeriksaan dan interpretasi hasil yang benar Depkes, 2010. Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Pengobatan Malaria