Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun
etimologis, istilah kurikulum
curriculum
berasal dari bahasa Yunani, yaitu
curir
yang artinya “pelari“ dan
curere
yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga,
terutama dalam bidang atletik pada jaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam Bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata
courier
yang berarti berlari
to run.
Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis
start
sampai dengan garis
finish
untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi
program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran
– mata pelajaran
courses
yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SDMI enam tahun, SMPMTs tiga tahun,
SMASMKMA tiga tahun dan seterusnya. Dengan demikian, secara terminologis istilah kurikulum dalam pendidikan adalah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik disekolah untuk memperoleh ijasah.
Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial isimateri yang telah disusun secara
ilmiah baik yang terjadi didalam kelas, dihalaman sekolah maupun diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu semua kegiatan
dan pengalaman belajar serta “segala PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sesuatu” yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik disekolah maupun diluar sekolah atas tanggung jawab
sekolah untuk mencapai pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas pasal 1, butir 19, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana
dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh pada peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikannya.
b. Perkembangan Kurikulum
Hidayat 2013:1 menjelasakan bahwa kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah
mengalami beberapa kali perubahan yaitu tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan perkembangan IPTEK.
Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Hamalik 2003:19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1 Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai
dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan
kurikulum suatu satuan pendidikan. 2
Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat. 3
Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karatersitik perkembangan peserta didik.
4 Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi
lingkungan manusiawi
interpersonal, lingkungan
kebudayaan termasuk IPTEK kultural, dan lingkungan hidup bioekologi, serta lingkungan alam geoekologis.
5 Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan
pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai
dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa. Semua kurikulum nasional dikembangkan mengacu pada
landasan yuridis Pancasila dan UUD 1945, perbedaan tiap kurikulum terletak pada penekanan pokok dan tujuan pendidikan
dan pendekatan dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut Hidayat, 2013:2.
1 Rencana Pelajaran 1947
Menurut Sholeh 2013:2-3 kurikulum pertama yang lahir pada setelah Indonesia merdeka disebut rencana
pelajaran. Perubahan orientasi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan
nasional. Asas pendidikan ditetapkan pancasila. Rencana pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan
suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara
dan masyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari serta memberikan
perhatian terhadap pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani. Rencana pelajaran 1947 baru secara resmi
dilaksanakan di sekolah-sekolah mulai tahun 1950. Bentuk kurikulum ini memuat dua hal pokok: Daftar mata pelajaran
dan jam pelajarannya, disertai dengan garis-garis besar pengajaran.
2 Kurikulum 1952
Setelah rencana pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada
tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku
Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rancangan Pelajaran Terurai
1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum jenis-jenis
pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di sekolah, seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,
Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri- ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran
sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
3 Kurikulum 1964
Menurut Hamalik Hidayat, 2013:3-13, dipenghujung era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang tahun 1964,
pemerintahan kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan
1964 atau Kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah pemerintahan mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan
pada program
Pancawardhana. Fokus kurikulum 1964 ini pada perkembangan
Pancawardhana, yaitu: Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan Moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan, emosionalartistik, keprigelan keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4 Kurikulum 1968
Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari Kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik
dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum 1968 menggantikan Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur
kurikulum dari Pancawardhana dan menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Dari segi tujuan
pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani,mempertinggi kecerdasan, dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
5 Kurikulum 19751976
Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Berorientasi pada tujuan. a
Menganut pendekatan integratif b
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
c Menganut pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruktsional PPSI. d
Dipengaruhi psikologi behaviorisme dengan menekankan
kepada strimulus respon rangsangjawab dan latihan drill.
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur:
a Tujuan
institusional baik
SD, SMP,
dan SMASPGSMEASTM
b Struktur program kurikulum
c Garis-garis besar program pengajaran
Dalam kurikulum ini, sistem yang digunakan adalah sistem PPSI, dimana dalam sistem ini pemberian penilaian
dilakukan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan kurikulum 1975
dengan kurikulum sebelumnya. 6
Kurikulum 1984 Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984 diantaranya adalah sebagai berikut: a
Terdapat beberapa unsur dalam GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara 1983 yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah. b
Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
c Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya di sekolah. d
Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir disetiap jenjang.
e Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
PSPB sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah
tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah. f
Pengadaan program studi baru seperti di SMA untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan
perkembangan ilmu
pengetahuanteknologi terhadap
pendidikan, Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak sesuai lagi karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984
lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri:
a Berorientasi kepada tujuan pembelajaran instruksional.
b Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik
melalui cara belajar siswa aktif CBSA. CBSA adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara optimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
c Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan
pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. d
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa
harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
e Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau
kematangan siswa.
Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan
penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan
abstrak dengan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
f Menggunakan
pendekatan keterampilan
proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar dan
pembelajaran yang memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. 7
Kurikulum 1994 Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses
pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang memperhatikan
muatan isi pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan suasana pendidikan di LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan yang lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya pada saat itu dibentuklah Tim Basic
Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa isi pelajaran
harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagaian waktu pelajaran, yaitu
dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun
menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut:
a Pembagian tahapan pelajaran disekolah dengan sistem
caturwulan. b
Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat berorientasi kepada materi pelajaranisi
c Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan
suatu sistem kurikulum untuk semua siswa diseluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam
mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban, dan penyelidikan. e
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konseppokok bahasan dan
perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada
pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal
yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
g Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu
dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa
permasalahan sebagai akibat dari kecendrungan kepada pendekatan penguasaan materi
content oriented
, di antaranya sebagai berikut:
a Beban belajar siswa terlalu besar dikarenakan banyaknya
materisubstansi setiap mata pelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan
dengan tingkat pertimbangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan
sehari-hari. 8
Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2002 dan 2004 Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi
kurikulum 2002 sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistrik menjadi desantralistik
sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan komptensi
tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.
Depdiknas Tahun 2002 Sanjaya, 2006:11 mengemukakan karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi secara lebih rinci
sebagai berikut: a
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
b Berorientasi pada hasil belajar
learning outcomes
dan keberagaman.
c Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi. d
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
e Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur
kompetensi dalam
Kurikulum Berbasis
Kompetensi pada suatu mata pelajaran memuat rinci kompetensi kemampuan dasar mata pelajaran itu dan sikap yang diharapkan
dimiiki siswa dapat dilihat contohnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan
sastra Indonesia. 9
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Hidayat 2013:17-18 terbitnya Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005, telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam
bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan
pendidikan. Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yaitu PP No. 192005. Akan tetapi, esensi-esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya
paket-paket kompetensi dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah
subject matter
, yaitu: a
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
b Berorientasi pada hasil belajar learning outcomes dan
keberagaman. c
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif. e
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
10 Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa 2013:59-68 dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian,
perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan
pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa ke mana sistem pendidikan nasional
dengan kurikulum tersebut. Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP
2006 sebagai berikut diadaptasi dari materi sosialisasi kurikulum 2013:
a Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang
ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat
perkembangan usia anak. b
Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
c Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek
pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
d Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran
konstruktifistik, keseimbangan
soft skills
and
hard skills
, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.
e Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai
perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
f Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
g Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis
kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi KBK yang pernah diujicobakan pada tahun
2004. Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut :
a Pengetahuan knowledge; yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan
pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan.
b Pemahaman understanding; yaitu kedalaman kognitif, dan
afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki
pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif dan efisien. c
Kemampuan
skill
; adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
d Nilai
value
; adalah suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain.
e Sikap
attitude
; yaitu perasaan senang-tidak senang, suka- tidak suka atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang
dari luar: Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upahgaji, dan sebagainya.
f Minat
interest
; adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Misalnya minat untuk
mempelajari atau melakukan sesuatu. 11
Kurikulum 2013 edisi revisi Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan telah
melakukan perbaikan terhadap kurikulum 2013. Setiap perbaikan dan pengembangan yang dilakukan pemerintah
terhadap kurikulum dari waktu ke waktu bertujuan untuk menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi yaitu
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dari perbaikan yang telah dilakukan sepanjang 2015, terdapat empat poin perbaikan
dalam dokumen kurikulum yang diambil dari situs PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
http:bpmtv.kemdikbud.go.idmajalahsUOBPcjV1vqZ65KU Ql2wtQVDCMRqAkiVf6w5iQ0kl20161105143449.pdf yaitu:
1. Penataan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada
semua mata pelajaran. Sebelum adanya perbaikan kurikulum, setiap guru mata
pelajaran diberi beban formal untuk melakukan pembelajaran dan penilaian terhadap kompetensi sikap spiritual dan sikap
sosial siswa. Setelah dilakukan perbaikan, hanya dua guru yang bisa memberikan penilaian sikap siswa secara langsung,
yaitu guru Pendidikan Agama-Budi Perkerti dan guru PPKn. Sedangkan guru lain di luar mata pelajaran ini, dapat
mengajarkan dan memberikan nilai secara tidak langsung. 2.
Koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen penyelarasan untuk ruang kreativitas guru
Perbaikan Kurikulum 2013 dilakukan dengan bersifat evaluatif formatif, salah satunya dengan melakukan perbaikan
pada dokumen Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD, silabus, serta buku teks pelajaran. Perbaikan tersebut
dilakukan berdasarkan masukan-masukan yang diberikan masyarakat, seperti guru, pegiat pendidikan, praktisi,
pemerhati pendidikan, serta masyarakat umum. Keselarasan KI dan KD, berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan adanya
pemahaman yang kurang tepat oleh masyarakat yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disebabkan oleh format penyajian dan nomenklatur dalam Kurikulum 2013, di antaranya Kompetensi Dasar KD pada
Kompetensi Inti KI yang dianggap kurang logis dikaitkan dengan karakteristik mata pelajaran. Selain itu juga ditemukan
indikasi adanya inkonsistensi antara Kompetensi Dasar KD dengan silabus dan buku teks. Silabus inspiratif, merupakan
salah satu prinsip perbaikan silabus untuk memudahkan guru memahaminya sehingga mudah diimplementasikan. Perbaikan
silabus dilakukan antara lain dengan melakukan penataan penulisan dan format sehingga mudah dipahami oleh guru.
3. Pemberian ruang kreatif pada guru.
Metode pembelajaran menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian dalam perbaikan Kurikulum 2013. Sebagian guru
menganggap metode pembelajaran dengan proses berpikir 5M mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau
mencoba, mengasosiasi,
mengkomunikasikan bersifat
prosedural dan mekanistik sehingga membelenggu ruang kreatif. Selama ini mereka mamandang metode tersebut
sebagai satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran di semua mata pelajaran. Pemberian ruang kretif itu membuat
guru memiliki otonomi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong pembelajaran yang aktif. Perbaikan itu juga
menekankan bahwa pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran.
4. Kemampuan siswa tidak dibatasi taksonomi proses berpikir
Sejak dini siswa diajak kembangkan kemampuan berpikir kritis. Revisi Kurikulum 2013 menuntut kecakapan berpikir
tingkat tinggi yang ingin dibangun sejak dini pada siswa jenjang pendidikan dasar. Sebelumnya pada Kurikulum 2013
sebelum revisi, kecakapan berpikir tingkat tinggi atau
High Order Thinking Skill HOTS
diberikan mulai pada jenjang pendidikan menengah SMA dan SMK. Dalam Kurikulum
2013 yang lalu, kompetensi dasar untuk siswa ditiap jenjang pendidikan berbeda, yaitu SD hanya sampai pada tingkat
memahami, SMP menerapkan dan menganalisis, sedangkan SMA sampai tingkat mencipta. Pembatasan kompetensi dasar
ini berdampak pada proses pembelajaran, seolah-olah siswa cukup sampai berpikir tingkat rendah, yaitu memahami,
sedangkan berpikir tingkat tinggi baru dimulai pada level SMASMK.
c. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23
Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian. Mengimplementasikan kurikulum adalah peran yang
dilakukan oleh guru dalam menerjemahkan kurikulum yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berlaku dalam tataran kelas
micro curriculum.
Menurut Murray Print 1993 Sanjaya dan Budimanjaya, 2017 : 60-61 sebagai
Implementers,
guru berperan untuk mengimplementasikan kurikulum yang sudah ada, yang disusun oleh para pengembang
kurikulum. Dalam melaksanakan peranannya guru hanya menerima dan menjalankan berbagai kebijakan perumus
kurikulum. Dengan demikian, guru tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan proses
pencapaiannya. Ada beberapa ciri peran guru sebagai
implementers,
yakni: 1.
Guru hanya melaksanakan kurikulum yang telah disusun oleh tim pengembang kurikulum. Dengan demikian, guru dianggap
sebagai tenaga teknis yang tidak memiliki ruang untuk berimprovisasi
baik dalam
mengembangkan program
pembelajaran maupun dalam proses pengelolaan pembelajaran. Mengajar adalah tugas rutin yang harus dikerjakan. Oleh karena
itu, tidak heran kalau selama kurikulum itu berlaku guru selalu bertindak sama dari tahun ke tahun.
2. Sebagai
implementers,
guru dalam mengajar berpedoman pada kurikulum yang disusun secara terpusat yang bersifat uniform,
sehingga tidak ada kesempatan bagi guru di sekolah untuk menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan lokal
lingkungan sekolah. Pengembangan kurikulum yang bersifat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
uniform tidak mempertimbangkan letak geografis seolah yang memiliki adat dan budaya yang berbeda. Akibatnya, apa yang
dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya di setiap daerah sama, misalnya apa yang dipelajari dan bagaimana cara
mempelajarinya pada waktu tertentu di bagian Indonesia Timur sama dengan apa yang dipelajari di bagian barat Indonesia.
3. Dalam memperlakukan siswa, guru menganggap semua siswa
sama, baik bakat, minat, maupun kemampuan, bahkan lebih jauh dalam proses pembelajaran guru tidak memperhatikan latar
belakang sosial budaya siswa itu sendiri. Sebagaimana telah dijelaskan pada uraian diatas, bahwa
peran guru sangat diperlukan dalam mengimplementasikan kurikulum, terutama dalam mengimplementasikan Permendikbud
Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Tentunya dalam mengimplementasikan Permendikbud nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian, harus didukung dengan kemampuan guru yang baik.
Pengertian Kemampuan menurut Kamus Bahasa Indonesia KBI 2008: 979 yaitu kesanggupan, kecakapan, kekuatan
seseorang. Jadi, kemampuan merupakan kesanggupan, kecakapan, kekuatan
seseorang dalam
segala hal.
Sedangkan mengimplementasikan
menurut KBI
2008:580 yaitu
melaksanakan, menerapkan.
Jadi, mengimplementasikan
merupakan kegiatan melaksanakan dan menerapkan sesuatu hal yang penting.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 dapat dilihat pada
lampiran 1
mengatur tentang Standar Penilaian pada kurikulum 2013 edisi revisi. Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud
dengan standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan
instrument penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi
Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta
didik. Ujian sekolahmadrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai
pengakuan prestasi belajar danatau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Kriteria ketuntasan minimal yang selanjutnya disebut
KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi
kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.
Lingkup penilaian terdiri dari penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil
belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan penilaian yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik
bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan
untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian Kompetensi
Lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian merupakan kesanggupan
dan kecakapan seorang guru dalam menerapkan dan melaksanakan Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian.
Adapun aspek-aspek penilaian pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian terdiri dari penilaian
sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian ketrampilan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
http:www.izalmuslim.com201612panduan-penilaiansmasmka -kurikulum.html.
1 Penilaian sikap
Penilaian sikap
adalah penilaian
terhadap kecenderungan perilaku peserta didik sebagai
hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik
penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan
membina perilaku serta budi pekerti peserta didik. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti PABP dan
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn, Kompetensi Dasar KD pada Kompetensi Inti KI-1
dan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti-2 disusun secara koheren dan linier dengan Kompetensi Dasar pada
Kompetensi Inti-3 dan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti-4. Dengan demikian aspek sikap untuk mata pelajaran
PABP dan PPKn dibelajarkan secara langsung
direct teaching
maupun tidak langsung
indirect teaching
yang memiliki dampak instruksional
instructional effect
dan memiliki dampak pengiring
nurturant effect
. Sedangkan untuk mata pelajaran lain, tidak terdapat KD pada KI-1 dan
KI-2. Dengan demikian aspek sikap untuk mata pelajaran selain PABP dan PPKn tidak dibelajarkan secara langsung dan
memiliki dampak pengiring dari pembelajaran KD pada KI-3 dan KD pada KI-4. Meskipun demikian penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial harus dilakukan secara berkelanjutan oleh semua guru, termasuk guru Bimbingan Konseling BK
dan wali kelas, melalui observasi dan informasi lain yang valid dan relevan dari berbagai sumber. Penilaian sikap merupakan
bagian dari pembinaan dan penanamanpembentukan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik yang menjadi tugas dari
setiap pendidik. Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Selain itu, dapat
dilakukan penilaian diri
self assessment
dan penilaian antarteman
peer assessment
dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat
dijadikan sebagai salah satu data untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh pendidik. Hasil penilaian sikap selama
periode satu semester dilaporkan dalam bentuk predikat sangat baik, baik, cukup, atau kurang serta deskripsi yang
menggambarkan perilaku peserta didik.Teknik penilaian sikap adalah sebagai berikut :
a Observasi
Observasi dalam penilaian sikap peserta didik merupakan teknik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui
pengamatan perilaku. Asumsinya setiap peserta didik pada dasarnya berperilaku baik sehingga yang perlu dicatat
hanya perilaku yang sangat baik positif atau kurang baik negatif yang muncul dari peserta didik. Catatan hal-hal
sangat baik positif digunakan untuk menguatkan perilaku positif, sedangkan perilaku kurang baik negatif digunakan
untuk pembinaan. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu semester oleh guru mata pelajaran, guru
BK, dan wali kelas. b
Penilaian diri Penilaian diri dilakukan dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berperilaku. Selain itu penilaian diri juga dapat
digunakan untuk membentuk sikap peserta didik terhadap mata pelajaran. Hasil penilaian diri peserta didik dapat
digunakan sebagai data konfirmasi. c
Penilaian antar teman. Penilaian antarteman adalah penilaian dengan cara peserta
didik saling menilai perilaku temannya. Penilaian antarteman dapat mendorong: a. objektifitas peserta didik,
b. empati, c. mengapresiasi keragamanperbedaan, dan d. refleksi diri.
2 Penilaian Pengetahuan.
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan
dengan ketercapaian KD pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan
berbagai teknik penilaian. Guru mata pelajaran menetapkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi yang
akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan
mengacu pada silabus. Penilaian pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan
belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses
pembelajaran
diagnostic
. Oleh karena itu, pemberian umpan balik
feedback
kepada peserta didik oleh pendidik merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian
dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh satuan
pendidikan. Secara bertahap satuan pendidikan terus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meningkatkan kriteria
ketuntasan belajar
dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing
satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.
Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa
digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. a
Tes tertulis Tes tertulis adalah tes dengan soal dan jawaban disajikan
secara tertulis untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta tes. Tes tertulis menuntut
respons dari peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimiliki. Instrumen tes
tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
b Tes lisan
Tes lisan merupakan pemberian soalpertanyaan yang menuntut peserta didik menjawab secara lisan, dan dapat
diberikan secara klasikal ketika pembelajaran. Jawaban peserta didik dapat berupa kata, frase, kalimat maupun
paragraf. Tes lisan menumbuhkan sikap peserta didik untuk berani berpendapat.
c Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur danatau meningkatkan pengetahuan.
Penugasan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan
assessment of learning
dapat dilakukan setelah proses pembelajaran sedangkan penugasan yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan
assessment for learning
diberikan sebelum danatau selama proses pembelajaran
.
Penugasan dapat berupa proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
3 Penilaian Ketrampilan.
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan
dalam melakukan tugas tertentu. Kaitannya dalam pemenuhan kompetensi, penilaian keterampilan merupakan penilaian
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4. Penilaian keterampilan
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
pengetahuan yang sudah dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sesungguhnya
real life
. Ketuntasan belajar untuk keterampilan ditentukan oleh satuan pendidikan, secara
bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan potensi dan
karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar. Penilaian keterampilan
dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain penilaian praktikkinerja, proyek, portofolio, atau produk. Teknik
penilaian lain dapat digunakan sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4 pada mata pelajaran yang akan diukur.
a Penilaian Unjuk kerjakinerjapraktik
Penilaian unjuk kerjakinerjapraktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
sesuatu. Penilaian ini dapat digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan tugas
tertentu seperti:
praktikum di
laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan
membaca puisideklamasi. b
Penilaian Proyek Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan
pelaporan, yang
harus diselesaikan
dalam periodewaktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi mulai dari perencanaan, pengumpulan data, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, inovasi dan kreativitas, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
peserta didik menginformasikan mata pelajaran tertentu secara jelas. Penilaian proyek dapat dilakukan dalam satu
atau lebih KD, satu mata pelajaran, beberapa mata pelajaran serumpun atau lintas mata pelajaran yang bukan serumpun.
Penilaian proyek umumnya menggunakan metode belajar pemecahan masalah sebagai langkah awal dalam
pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara
nyata. c
Produk Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta
didik membuat produk-produk teknologi danatau seni, seperti: makanan contoh: tempe, kue, asinan, baso, dan
nata de coco
, pakaian, sarana kebersihan contoh: sabun, pasta gigi, cairan pembersih, dan sapu, alat-alat teknologi
contoh: adaptor acdc dan bel listrik, hasil karya seni contoh: patung, lukisan, dan gambar, dan barang-barang
terbuat dari kain, kayu, keramik, plastik, atau logam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan kumpulan informasi yang bersifat reflektif-integratif yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Ada beberapa tipe portofolio
yaitu portofolio dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio pameran. Pendidik dapat memilih tipe portofolio
sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar danatau konteks mata pelajaran. Pada akhir suatu periode, hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh pendidik bersama peserta didik. Berdasarkan hasil penilaian tersebut,
pendidik dan peserta didik dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan.
Dengan demikian portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui
karyanya. Portofolio peserta didik disimpan dalam suatu folder
dan diberi
tanggal pembuatan
sehingga perkembangan kualitasnya dapat dilihat dari waktu ke
waktu. Portofolio dapat digunakan sebagai salah satu bahan penilaian. Hasil penilaian portofolio bersama dengan
penilaian lainnya dipertimbangkan untuk pengisian raporlaporan
penilaian kompetensi
peserta didik.
Portofolio merupakan bagian dari penilaian autentik, yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara langsung
dapat merepresentasikan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Penilaian
portofolio dilakukan untuk menilai karya-karya peserta didik secara bertahap dan pada akhir suatu periode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dipilih bersama oleh guru dan peserta didik. Karya-karya terbaik menurut pendidik
dan peserta didik disimpan dalam folder dokumen portofolio. Pendidikdan peserta didik harus mempunyai
alasan yang sama mengapa karya-karya tersebut disimpan di dalam dokumen portofolio. Setiap karya pada dokumen
portofolio harus memiliki makna atau kegunaan bagi peserta didik, pendidik, dan orang tua peserta didik. Selain
itu, diperlukan komentar dan refleksi dari pendidik, dan orangtua peserta didik. Karya peserta didik yang dapat
disimpan sebagai dokumen portofolio antara lain: karangan,
puisi, gambarlukisan,
surat penghargaanpiagam, foto-foto prestasi, dan sejenisnya.
Dokumen portofolio dapat menumbuhkan rasa bangga bagi peserta didik sehingga dapat mendorong untuk mencapai
hasil belajar yang lebih baik. Pendidik dapat memanfaatkan portofolio untuk mendorong peserta didik mencapai sukses
dan membangun kebanggaan diri. Secara tidak langsung, hal ini berdampak pada peningkatan upaya peserta didik
untuk mencapai tujuan individualnya. Di samping itu pendidik merasa lebih mantap dalam mengambil keputusan
penilaian karena didukung oleh bukti-bukti autentik yang telah dicapai dan dikumpulkan peserta didik.
Kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian perlu ditingkatkan.
Diduga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian antara lain: 1 Pengalaman Mengajar Guru, 2 Ketersediaan Sumber Belajar,
3 Frekuensi Mengakses Internet.
2. Pengalaman Mengajar Guru
Pengalaman berasal dari kata alam, mengalami yang berarti merasai menjalani, menanggung suatu peristiwa. Sedangkan
pengalaman yaitu yang pernah dialami, dijalani, dirasai, ditanggung. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:26. Jadi, pengalaman adalah
sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasai dan ditanggung seseorang. Definisi guru diatur dalam Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah Pasal 1 ayat 1
Pengalaman yang dialami guru lebih merujuk pada tugas utamanya, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik Subini, 2012:9. Menurut Sardiman 1986: 47-48 mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan pada anak didik. Dalam pengertian yang luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan mengajar sebagai upaya
menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa
sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Perkembangan perilaku anak
dapat ditunjukkan oleh peserta didik yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru
Uno, 2007: 17. Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang dapat dari pemerintah
danatau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan Masnur Muslich, 2007:13. Pengalaman mengajar disesuaikan dengan lamanya
guru mengajar atau masa kerja guru. Guru muda pada umumnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berambisi dalam karirnya. Ada keinginan mencapai supermasi dalam hal ide. Sebaliknya, guru yang sudah lanjut usia, memiliki semangat
yang sedikit demi sedikit berkurang. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengalaman mengajar guru adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik untuk menyampaikan
pengetahuan pada peserta didik. Guru dengan masa kerja yang lama tentunya telah ahli dalam melaksanakan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan oleh seorang guru. Mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan
penilaian pembelajaran. Agar penilaian pembelajaran sesuai dengan peraturan,
maka guru
harus memiliki
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian. Berdasarkan penjelasan tersebut, diduga semakin banyak pengalaman mengajar guru, semakin baik kemampuan
memahami kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016, dan semakin baik kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang standar penilaian. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit pengalaman mengajar guru, semakin rendah kemampuan memahami
kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016, dan semakin rendah kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Ketersediaan Sumber Belajar
Menurut KBBI 1989:792 ketersediaan adalah kesiapan suatu alat tenaga, barang, modal, anggaran untuk dapat digunakan atau
dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan. Menurut Jejen Musfah 2011:101 sumber belajar atau sumber pembelajaran dapat
dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan. AECT Sadiman, 1988: 141 mendefinisikan sumber belajar adalah berbagai atau semua
sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar menurut AECT dibedakan menjadi 6 enam
jenis yaitu; pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar. Pesan
message
adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna,
nilai dan data.
Contoh:
isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan formal, dan non formal maupun dalam
pendidikan informal. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari,
penyimpan, pengolah dan penyaji pesan.
Contoh:
guru, dosen, guru pembimbing, guru Pembina, tutor, siswa, pemain, pembicara, instruktur
dan panatar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bahan adalah sesuatu wujud tertentu yang mengandung pesan atau ajaran untuk diasajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu
sendiri tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media atau software, atau perangkat lunak.
Contoh:
buku, modul, majalah, bahan pengajaran terprogram transparansi,
film
, video tapel, pita audio kaset audio,
filmstrip, microfiche
, dan sebagainya. Alat adalah sesuatu perangakat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan tadi. Alat ini biasa disebut hardware atau perangkat keras.
Contoh:
proyektor slide, proyektor film strip, proyektor overhead OHP, monitor televise,
monitor computer, kaset rekorder, pesawat radio, dan lain-lain. Sumber belajar selanjutnya adalah teknik. Dalam hal ini teknik
diartikan sebagai prosedur yang runtut atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan belajar
secara terkombinasi dan terkoordinasi untuk menyampaikan ajaran atau materi pelajaran.
Contoh:
Keller Plan, belajar secara mandiri, belajar jarak jauh, balajar secara kelopok. Simulasi, diskusi, ceramah,
pemecahan masalah, tanya jawab dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan
sumber belajar yaitu kesiapan sekolah dalam menyediakan sumber yang dapat digunakan untuk memberikan kemudahan belajar sehingga
diperoleh sejumlah informasi, pengetahauan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik.
Tujuan kegiatan belajar mengajar tentunya akan tercapai dengan tersedianya sumber belajar yang memadai. Sekolah seharusnya siap
dengan segala perubahan yang terjadi didalam pendidikan, terutama dalam menyediakan sumber belajar yang sesuai dengan peraturan
pendidikan yang baru. Ketersediaan sumber belajar yang memadai akan mempermudah guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Berdasarkan penjelasan tersebut, diduga bahwa dengan ketersediaan sumber belajar yang
memadai maka semakin baik kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.
Sebaliknya dengan ketersediaan sumber belajar yang kurang memadai maka,
semakin rendah
kemampuan mengimplementasikan
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentng Standar Penilaian.
4. Frekuensi Mengakses Internet
Frekuensi menurut KBBI 1990:245 diartikan sebagai kekerapan. Maka frekuensi dapat dipahami sebagai kekerapan
munculnya suatu hal dalam batasan tertentu. Sedangkan mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas
http:belanimargi.blogspot.co.id201102mengakses-internet-dalam- bahasa.htm. Internet adalah sumber daya informasi yang menjangkau
seluruh dunia Sidharta, 1996:xv. Pengertian lain menyebutkan bahwa internet adalah hubungan koneksi satu komputer ke komputer lainnya
diseluruh dunia melalui server dan router terdedikasi. Disisi lain pengertian mengakses internet adalah sebuah kegiatan yang berkaitan
dengan interaksi
user dengan
komputer yang
terkoneksi http:aiirm59.blogspot.co.id201303bab-i-pendahuluan-a.html.
Akses internet bisa menggunakan bermacam-macam media seperti komputer pribadi, handpone, tv, dan lain
– lain. Jadi, frekuensi mengakses internet yaitu sering tidaknya melakukan kegiatan untuk
mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet. Peranan internet dalam pendidikan sangat menguntungkan karena
kemampuannya dalam mengolah data dengan jumlah yang sangat besar. Teknologi informasi sudah menjadi jaringan komputer terbesar di
dunia, yang dapat berfungsi dengan baik jika didukung oleh perangkat komputer dengan perangkat lunak yang baik dan dengan guru yang
terlatih baik. Menggunakan internet dengan segala fasilitasnya akan memberikan kemudahan untuk mengakses berbagai informasi untuk
pendidikan Rusman, 2014:344. Informasi tersebut baik untuk meningkatkan pengetahuan siswa bagi keberhasilannya dalam belajar,
dan informasi tersebut baik untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan guru.
Seorang guru
sebaiknya memanfaatkan
internet guna
mendapatkan informasi mengenai perubahan dan perkembangan pendidikan. Seorang guru yang sering mengakses internet, hendaknya
memanfaatkan internet untuk kegiatan belajar mengajar, terutama untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Dari penjelasan tersebut, maka diduga semakin
sering guru mengakses internet, maka semakin baik kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian. Dan, semakin jarang guru mengakses internet maka semakin rendah kemampuan mengimplementasikan Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.