Pengaruh pengalaman mengajar, tingkat pendidikan guru, dan kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah terhadap kemampuan implementasi PerMendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada

(1)

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN GURU, DAN KESIBUKAN GURU DI DALAM KEGIATAN SEKOLAH

TERHADAP KEMAMPUAN IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN

PADA GURU-GURU PNS DI (SMK) NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Tedorus Pakkan NIM: 131334068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN GURU, DAN KESIBUKAN GURU DI DALAM KEGIATAN SEKOLAH

TERHADAP KEMAMPUAN IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN

PADA GURU-GURU PNS DI (SMK) NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Tedorus Pakkan NIM: 131334068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Maha Pengasih, Ayah dan Ibuku yang tercinta,

Keluarga dan Saudara-saudaraku yang tersayang, Almamater ku Sanata Dharma,

Pak Muhadi yang terhormat,


(6)

v

MOTTO

Masalah, adalah ujian pendewasaan. Tidak ada alasan menyalahkan orang lain. Benahi diri sendiri dan jadilah pribadi yang dewasa.

Agama tanpa ilmu adalah buta, Ilmu tanpa agama adalah lumpuh... *(Albert Einstein)*


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dangan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juli 2017

Penulis,

Tedorus Pakkan


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Tedorus Pakkan

Nomor Mahasiswa : 131334068

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengaruh Pengalaman Mengajar, Tingkat Pendidikan Guru, dan Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah Terhadap Kemampuan Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pada Guru-Guru PNS di (SMK) Negeri Se-Kota Yogyakarta.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 26 Juli 2017 Yang menyatakan,


(9)

viii ABSTRAK

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN GURU, DAN KESIBUKAN GURU DI DALAM KEGIATAN SEKOLAH

TERHADAP KEMAMPUAN IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN

PADA GURU-GURU PNS DI (SMK) NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

Tedorus Pakkan Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) ada pengaruh positif pengalaman mengajar terhadap kemampuan implementasi Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian; (2) ada pengaruh positif tingkat pendidikan guru terhadap kemampuan implementasi Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian; dan (3) ada pengaruh positif kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah terhadap kemampuan implementasi Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

Penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang dilaksanakan di tujuh SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta pada bulan Januari-Maret 2017. Dari populasi penelitian sebanyak 876 guru, diambil sampel sebanyak 192 guru dengan teknik Proportional Sampling dan Convenience Sampling. Data diambil dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan teknik Chi-Square (x2).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) tidak ada pengaruh positif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan implementasi Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian (χ2 hitung 4,864a, Asymp. Sig (2-sided) 0,302); (2) tidak ada pengaruh positif tingkat pendidikan guru terhadap kemampuan implementasi Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian (χ2 hitung 1.786 a, Asymp. Sig (2-sided) 0.410); (3) ada pengaruh positif kesibukan guru dalam kegiatan sekolah terhadap kemampuan implementasi Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian (χ2 hitung 37.740a, Asymp. Sig (2-sided) 0.000).


(10)

ix ABSTRACT

THE INFLUENCE OF TEACHING EXPERIENCE, LEVEL OF EDUCATION OF TEACHERS, AND THE ACTIVITIES OF TEACHERS IN SCHOOL TOWARDS THE IMPLEMENTATION OF THE REGULATION OF EDUCATION MINISTER NUMBER 23, 2016

ABOUT THE ASSESSMENT STANDARD ON CIVIL SERVANTS TEACHERS AT THE STATE VOCATIONAL HIGH SCHOOL IN

YOGYAKARTA 2017

Tedorus Pakkan Universitas Sanata Dharma

2017

The purposes of this research are to know wheader; (1) there is a positive influence on teaching experience towards the implementation of the Regulation of Education Minister Number 23, 2016 abaut the Assessment Standard; (2) there is a positive influence of level of education of teachers towards the implementation of the Regulation of Education Minister Number 23, 2016 abaut the Assessment Standard; and (3) there is a positive influence of the activities of teachers in school towards the implementation of the Regulation of Education Minister Number 23, 2016 abaut the Assessment Standard.

The type of this research is an ex post facto research which was carried out in seven state vocational high in Yogyakarta from January until March 2017. The population of the research were 876 teachers, the samples ware 192 teachers taken by applying proportional sampling and convenience sampling. Data were collected by questionnaires and analyzed by Chi Square (x2) techniques.

The results of this research show that; (1) there is no positive influence of teaching experience of teachers towards the implementation of the Regulation of Education Minister Number 23, 2016 abaut the Assessment Standard (χ2 count 4.864a, Asymp. Sig (2-sided) 0.302); (2) there is no positive influence of level of education of teachers towards the implementation of the Regulation of Education Minister Number 23, 2016 abaut the Assessment Standard (χ2 count 1.786a, Asymp. Sig (2-sided) 0410); (3) there is a positive influence of the teachers in school towards the implementation of the Regulation of Education Minister Number 23, 2016 abaut the Assessment Standard (χ2 count 37.740a, Asymp. Sig (2-sided) 0000).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Mengajar, Tingkat Pendidikan Guru, dan Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah Terhadap Kemampuan Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pada Guru-Guru PNS di (SMK) Negeri Se-Kota Yogyakarta”.

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Selesainya skrips ini sejatinya tak lepas dari bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Dengan demikian, pada kesempatan ini izinkan penulis untuk menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd. M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Stusi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;


(12)

xi

4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan, masukan, saran dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Untuk semua dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terimakasih atas segala ilmu dan pengetahuan serta bantuan yang telah penulis dapatkan selama belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

6. Untuk kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan doa, membimbing, menasihati, memberikan perhatian, kasih sayang, dan pengorbanan materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terimakasih sudah menjadi orang terhebat dalam hidupku;

7. Untuk semua keluarga besarku yang ada di NTT, Sulawesi, Kalimantan dan Malaysia terutama Adikku Dedy, Daniel David, Mama Murni, Nenek Dani, Ka Nenny, Ka Eri dan Flora Angret. Terima kasih semua bantuannya serta dukungan doanya yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan; 8. Untuk teman-teman Meeooong Nyekripsi terimakasih atas segala bantuan

dan dinamikanya selama mengerjakan skripsi ini bersama;

9. Untuk sahabatku Desty, Anggun, Miltari, Wiwid, Maesty, Irma, Prisca, Ping, Desy, Lili, Venti, Elsa, Titin, Cicil, Ira, Ayuni, Marie, Yovita, Mandala, Novan, Leo, Yuda, Yohanes, Dasanta, Bagas. Terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya;


(13)

xii

10.Untuk sahabat-sahabat ku yang berada di Malaysia dan Kalimantan yang selalu memberikan semangat untuk rajin kuliah dan rajin mengerjakan skripsi;

11.Untuk semua anak-anak asrama Putra dan Putri Nunukan. Terimakasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya;

12.Untuk ibu Singgang yang selalu memberikan utang makan kepada saya. Terimakasih atas kebaikkannya dan semoga Tuhan selalu memberikan ibu kesehatan dan rejeki yang cukup;

13.Untuk semua teman-teman seperjuangan PAK 2013. Terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya;

14.Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kebaikan yang pernah kalian berikan kepada saya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memang masih jauh dari segala kesempurnaan. Maka dari itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan pada skripsi ini. Semoga skripsi juga dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan maupun yang berkepentingan. Demikian skripsi dibuat agar dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

Penulis,


(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9


(15)

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Kurikulum ... 12

a. Pengertian Kurikulum ... 12

b. Fungsi Kurikulum ... 14

c. Perkembangan Kurikulum ... 15

d. Struktur Kurikulum 2013 Pada SMK/MAK ... 24

2. Implementasi Kurikulum 2013 ... 27

a. Pengertian Implementasi ... 27

b. Implementasi Standar Penilaian ... 28

3. Pengalaman Mengajar Guru ... 38

a. Pengertian Pengalaman ... 38

b. Beberapa Definisi Mengajar (Nasution : 1982) ... 40

4. Tingkat Pendidikan Guru ... 44

5. Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah ... 49

a Ruang Lingkup ... 49

b Jam Kerja ... 50

c Uraian Tugas Guru ... 50

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 60

C. Kerangka Berpikir ... 63

D. Rumusan Hipotesis ... 67

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 68


(16)

xv

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 69

1. Tempat Penelitian ... 69

2. Waktu Peneltian ... 69

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 70

1. Subjek Penelitian ... 70

2. Objek Penelitian ... 70

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 70

1. Populasi ... 70

2. Sampel ... 71

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 74

1. Variabel Penelitian ... 74

a. Variabel Bebas ... 74

b. Variabel Terikat ... 74

2. Pengukuran Variabel Penelitian ... 75

F. Teknik Pengumpulan Data ... 77

G. Teknik Uji Instrumen Penelitian ... 79

1. Pengujian Validitas Kuesioner ... 79

a. Uji Validitas Instrumen Variabel Standar Penilaian ... 80

b. Uji Validitas Instrumen Variabel Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah ... 81

2. Uji Realiabilitas Kuesioner ... 84

a. Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Standar Penilaian ... 85 b. Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Kesibukan di Dalam


(17)

xvi

Kegiatan Sekolah ... 85

H. Teknik Analisis Data ... 86

1. Deskripsi Data ... 86

a. Variabel Standar Penilaian ... 87

b. Variiabel Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah ... 87

2. Pengujian Hipotesis ... 88

a. Hipotesis 1.1 – 1.3 ... 88

b. Rumus Uji Hipotesis ... 89

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 94

1. Deskripsi Responden ... 94

a. Berdasarkan Jenis Kelamin ... 94

b. Berdasarkan Pengalaman Mengajar Guru ... 95

c. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Guru ... 95

d. Berdasarkan Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan ... 96

e. Berdasarkan Pangkat Golongan ... 97

2. Deskripsi Variabel ... 98

a. Implementasi Standar Penilaian ... 98

b. Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah ... 100

B. Analisis Data ... 102

1. Pengujian Hipotesis ... 102

a. Hipotesis Pertama ... 102


(18)

xvii

c. Hipotesis Ketiga ... 109

2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 122

B. Keterbatasan Penelitian ... 123

C. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan Menengah ... 25

Tabel 2.2 Jenis Tugas Tambahan Guru ... 56

Tabel 2.3 Jenis Kegiatan Guru dan Beban Tatap Muka ... 57

Tabel 3.1 Tempat Penelitian SMK Negeri di Kota Yogyakarta ... 69

Tabel 3.2 Data Sampel Guru SMK Negeri dan SMA Negeri Yogyakarta . 70 Tabel 3.3 Perhitungan Sampel Guru PNS SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 73

Tabel 3.4 Kriteria Pengalaman Mengajar ... 75

Tabel 3.5 Tingkat Pendidikan Guru ... 75

Tabel 3.6 Kriteria Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah ... 76

Tabel 3.7 Skor Pernyataan Sikap ... 76

Tabel 3.8 Kisi – Kisi Kuesioner ... 77

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen pada Variabel Standar Penilaian (Pertama) ... 80

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen pada Variabel Standar Penilaian (Kedua) ... 81

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah (Pertama) ... 82

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah (Kedua) ... 83


(20)

xix

Tabel 3.14 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pada Variabel Standar

Penilaian ... 85

Tabel 3.15 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah ... 85

Tabel 3.16 Kriteria Rasio C/Cmax ... 91

Tabel 4.1 Data Responden Guru-Guru PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 93

Tabel 4.2 Data Responden Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 94

Tabel 4.3 Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 95

Tabel 4.4 Data Responden Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 96

Tabel 4.5 Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan ... 96

Tabel 4.6 Data Responden Guru Berdasarkan Pangkat Golongan ... 97

Tabel 4.7 Deskripsi Implementasi Standar Penilaian Menurut Guru ... 98

Tabel 4.8 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Standar Penilaian ... 99

Tabel 4.9 Deskripsi Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah ... 101

Tabel 4.10 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah ... 101

Tabel 4.11 Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Pengalaman Mengajar Guru Terhadap Implementasi Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pembelajaran .. 103 Tabel 4.12 Hasil Analis Chi-Square Pengaruh Pengalaman Mengajar


(21)

xx

Guru Terhadap Implementasi permendikbud No. 23

Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pembelajaran ... 105 Tabel 4.13 Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Tingkat

Pendidikan Guru Terhadap Implementasi permendikbud

No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pembelajaran .. 106 Tabel 4.14 Hasil Analis Chi-Square Pengaruh Tingkat Pendidikan

Guru Terhadap Implementasi Permendikbud No. 23

Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pembelajaran ... 108 Tabel 4.15 Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Kesibukan

Guru di Dalam Kegiatan Sekolah Terhadap Implementasi

No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian ... 110 Tabel 4.16 Hasil Analis Chi-Square Pengaruh Kesibukan Guru di Dalam

Kegiatan Sekolah Terhadap Implementasi Permendikbud

No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pembelajaran .. 112 Tabel 4.17 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Kesibukan

Guru di Dalam Kegiatan Sekolah Terhadap Kemampuan Mengimplementasi Permendikbud No. 23 Tahun 2016


(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Instrumen Penelitian (Kuesioner) ... 130 LAMPIRAN II Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 139 LAMPIRAN III Data Induk Penelitian ... 150 LAMPIRAN IV Deskripsi Butir Kuesioner ... 166 LAMPIRAN V Data Responden dan Variabel ... 181 LAMPIRAN VI Uji Chi-Square ... 186 LAMPIRAN VII Rangkuman Tabulasi Data Responden Guru-Guru SMK

Se-Kota Yogyakarta ... 199 LAMPIRAN VIII Tabel r ... 206 LAMPIRAN IX Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar

Penilaian ... 211 LAMPIRAN X Surat Ijin Penelitian dan Surat Selesai Penelitian ... 224


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada abab ke-21, dimana pengembangan sistem pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam menilai keberhasilan pembangunan sebuah negara, fungsi dan peranan guru juga ikut bergeser. Jika dulu guru hanya berperan sebagai pendidik, saat ini guru dituntut untuk mengembangkan profesionalnya, tidak hanya dilingkup belajar mengajar, tetapi juga perlu turut berperan dalam pengembangan dunia pendidikan dalam arti luas.

Pergeseran nilai-nilai, kuatnya arus informasi dan besarnya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik telah mendorong fungsi dan peranan seorang guru ke sebuah posisi yang baru. Posisi guru tidak hanya dituntut untuk hadir di kelas, tetapi juga diharapkan bisa berperan sebagai agen pembaharu yang memiliki posisi strategis dalam menentukan nasib bangsa di masa depan (Nanang Priatna, 2013).

Kualitas sumber daya manusia (SDM) bergantung pada kualitas pendidikan dan peran pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh sebab itu, komponen dari sistem pendidikan nasional harus senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum.


(24)

Definisi pendidikan itu sendiri menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia akan berjalan dengan sistematis, menggunakan perangkat atau yang biasa disebut Kurikulum. Sedangkan pengertian Kurikulum yaitu perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan (KBBI). Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Selain itu, pengertian Kurikulum menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hal ini berarti kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.

Berbicara tentang kurikulum saat ini, dikatakan bahwa di Indonesia selalu terjadi perbaikan kurikulum dari waktu ke waktu. Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan niatan untuk perbaikan sistem pendidikan. Meskipun pada kenyataannya setiap kurikulum pastilah memiliki kekurangan dan perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan


(25)

tercapai dengan baik. Salah satu perubahan kurikulum yang terjadi yaitu perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013. Perubahan ini merupakan salah satu upaya memperbaharui setelah dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui konsep itu, keseimbangan antara (hard skill) dan (soft skill) dimulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian dapat diwujudkan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Melalui pendekatan itu, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Upaya pendekatan (scientific)/ilmiah dalam proses pembelajaran ini, kemudian melahirkan sistem evaluasi yang autentik. Pelaksanaan Kurikulum 2013 baru terjadi pada tahun 2014.

Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa Indonesia saat ini kembali melakukan perbaikan kurikulum yaitu dari Kurikulum 2013 lama ke Kurikulum


(26)

2013 edisi revisi. Kurikulum 2013 edisi revisi tersebut sebenarnya telah dilakukan sejak bulan Januari 2015 hingga akhir bulan Oktober 2015, perevisian Kurikulum 2013 dilakukan berdasarkan berbagai masukan dari publik para ahli dan para pegiat serta pemerhati pendidikan. Perubahan-perubahan yang terjadi dari Kurikulum 2013 yang lama, ke Kurikulum 2013 edisi revisi yaitu penilaian sikap Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 sudah ditiadakan disetiap mata pelajaran. Hanya agama dan PPKn namun, Kompetensi Inti tetap dicantumkan dalam penulisan RPP. Jika ada dua nilai praktek dalam 1 Kompetensi Dasar, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Untuk perhitungan nilai keterampilan dalam 1 Kompetensi Dasar ditotal (praktek, produk, dan portofolio) dan diambil nilai rata-rata untuk pengetahuan, bobot penilaian harian dan penilaian akhir semester itu sama. Pendekatan (scientific approach) 5M bukanlah satu-satunya metode saat mengajar dan apabila digunakan maka susunannya tidak harus berurutan. Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom yaitu Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Perubahan terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi penilaian akhir semester untuk semester 1 dan penilaian akhir tahun untuk semester 2 dan sudah tidak ada lagi UTS, namun langsung penilaian akhir semester. Dalam RPP Kurikulum 2013 edisi revisi tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut dengan rubik penilaian. Skala penilaian edisi revisi menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan dalam bentuk predikat dan deskripsi. Remedial


(27)

diberikan untuk yang kurang namun sebelumnya siswa diberikan pembelajaran ulang. Nilai remidi adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil.

Hidayat mengatakan bahwa penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik. Penilaian yang mengarah pada kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi, serta penjenjangan penilaian. Penilaian bertujuan memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik (2013: 119).

Sebenarnya perubahan tersebut bertujuan untuk mempermudah guru-guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun sebaliknya, perubahan tersebut nampaknya justru memicu keluhan-keluhan karena sebagian guru mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan Permendikbud (Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya) No 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian terutama guru-guru yang lanjut usia, mereka lambat memahami dan stress untuk melakukan penyesuaian terhadap kurikulum yang baru. Pengalaman mengajar belum tentu menjadi pendukung tercapainya pemahaman implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Tingkat pendidikan guru yang masih standar juga mengakibatkan pemahaman guru tentang implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian masih kurang. Pergantian kurikulum yang terlalu sering juga menjadi


(28)

masalah guru yang harus memenuhi tugas administrasi. Di antaranya, membuat program tahunan, program semester, silabus, rencana pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Di sela-sela mengajar, guru akan direpotkan segudang tugas administrasi dan tugas-tugas tambahan dari sekolah, sehingga kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah akan membuat guru bertanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksakan pembinaan kurikulum, mununtun siswa belajar, membina pribadi, watak dan jasmaniah siswa, fasilitator belajar, moderator belajar, motivator belajar, serta menilai kemajuan hasil belajar siswa dan membuat administrasi sekolah.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman Mengajar, Tingkat Pendidikan, dan Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah Terhadap Kemampuan Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi pada SMK Negeri se-Kota Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diduga permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:


(29)

2. Kurangnya keterampilan, pengetahuan, serta kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang di emban dalam melaksanakan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi.

3. Kurangnya pengalaman guru di dalam mengajar diduga mengakibatkan kurangnya kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revis.

4. Kurangnya kemampuan guru menerjemahkan kurikulum ke dalam operasi pembelajaran.

5. Tingkat pendidikan guru yang rendah diduga akan berbeda kemampuannya dengan guru yang tingkat pendidikannya tinggi dalam kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi.

6. Kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah memberi waktu yang banyak buat guru sehingga diduga guru akan semakin banyak waktunya untuk mempelajari Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi.

C. Batasan Masalah

Mengingat permasalahan dalam penelitian ini luas dan peneliti memiliki keterbatasan biaya dan waktu sehingga, penulis membatasi masalah pada kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23


(30)

Tahun 2016 tentang Standar Penilaian yang dipengaruhi oleh faktor: pengalaman mengajar, tingkat pendidikan guru dan kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah.

D. Rumusan Masalah 1. Masalah Umum

Apakah latar belakang guru mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan guru dalam mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi ?

2. Masalah Khusus

a. Apakah pengalaman mengajar guru mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi ?

b. Apakah tingkat pendidikan guru mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi?

c. Apakah kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi?


(31)

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah latar belakang guru mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui apakah:

a. Pengalaman mengajar guru mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi.

b. Tingkat pendidikan guru mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi.

c. Kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi.


(32)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kementerian Pendidikan dan Budaya

a. Dapat mengetahui bagaimana implementasi kurikulum 2013 revisi dilapangan, supaya dapat menjadi bahan kajian lebih serius tentang kurikulum yang baru ini,

b. Mampu memberikan perbandingan dan tambahan wacana dalam pendidikan terutama untuk mendukung gerakan peningkatan mutu pendidikan dan sebagai pertimbangan dalam memperbaiki kurikulum, c. Mengkaji kembali seberapa siap sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta

dalam menerapkan Kurikulum 2013. 2. Bagi dinas pendidikan, pemuda dan olah raga

a. Membangun kembali pemahaman tentang penerapan penilaian pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi terhadap guru-guru,

b. Membantu ketercapainnya tujuan di terapkannya Kurikulum 2013 edisi revisi.

3. Bagi perguruan tinggi

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca di perpustakaan tentang pemahaman implementasi Kurikulum 2013 edisi revisi.

4. Bagi sekolah

a. Membangun kembali pemahaman tentang penerapan Kurikulum 2013 edisi revisi dalam standar penilaian didalam kelas.


(33)

b. Kurikulum dijadikan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, baik itu dalam tujuan nasional, institusional, kurikuler, maupun dalam tujuan instruksional. Dengan adanya suatu kurikulum maka tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah tertentu dapat tercapai,

c. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program kegiatan di Kurikulum 2013 edisi revisi,

d. Sebagai bahan pertimbangan sekolah untuk mengadakan pelatihan-pelatihan untuk guru-guru yang kurang berpengalaman dan yang tingkat pendidikannya masih standar

5. Bagi guru

Dapat memberi masukan bagi guru mengenai arti pentingnya memiliki komitmen dalam mengembangkan diri, menambah pengetahuan keterampilan dan pengalaman dalam mengikuti pelatihan kurikulum baru guna membantu guru dalam mengimplementasikan standar penilaian pembelajaran di Kurikulum 2013 edisi revisi.

6. Bagi peneliti

Dapat memberi pengetahuan dan wawasan yang lebih mengenai Kurikulum 2013 edisi revisi dan semakin mampu memahaminya serta diharapkan dapat menerapkannya dengan sebaik-baiknya dalam praktek nyata di lapangan.


(34)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Pengertiaan kurikulun secara etimologis (Imas Kurniasih, 2014 : 3) curir yaitu pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Kurikulum merupakan sesuatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis awal atau start sampai dengan finish. Dalam dunia pendidikan pengertian kurikulum adalah sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.

Dictionary of Education (Imas Kurniasih, 2014 : 3) mengatakan bahwa curriculum is a general loverall plan of the content or specific studies of that the schollshoul ofter the student by way qualifying him for graduation or certification or for entrance into a professional or a vocational field. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), tertulis bahwa kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.

Menurut John Franklin Bobbit (1918) menyatakan bahwa “kurikulum, sebagai suatu gagasan telah memiliki akar kata Bahasa


(35)

Latin Race-Souce, menjelaskan kurikulum sebagai “mata pelajaran perbuatan” dan pengalaman yang dialami anak-anak sampai menjadi dewasa, agar kelak sukses dalam masyarakat orang dewasa”.

Menurut Edward A. Krug (1957) mengatakan bahwa “kurikulum terdiri dari cara yang digunakan untuk mencapai atau melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah” dan menurut Hilda Taba (1962:11) mengatakan bahwa “kurikulum adalah rencana pembelajaran”.

Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dugunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup tentang rencana pembelajaran, akan tetapi juga mencakup tentang segala sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik di dalam ataupun di luar kelas. Maka kurikulum bisa diartikan juga sebagai entitas pendidikan yang mengatur tentang kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

Kurikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah, yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai substansi adalah kurikulum dipandang sebagai rencana pendidikan di sekolah atau sebagai suatu


(36)

perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi tentang rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi yang telah disepakati dan disetujui bersama oleh para penyusun kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat. Kurikulum sebagai sistem adalah sisten kurikulum yang merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi bagaimana cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan dinamis. Kurikulum sebagai suatu bidang studi berfungsi sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum.

Secara umum kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh kepada anak untuk mencapai tujuan persekolahannya.

b. Fungsi Kurikulum

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan tentang definisi kurikulum yang telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan definisi tersebut terdapat empat fungsi kurikulum, yaitu:


(37)

1) Kurikulum sebagai rencana. Kegiatan sebagai rencana kegiatan belajar mengajar dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai.

2) Kurikulum sebagai pengaturan. Pengaturan dalam kurikulum dapat diartikan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran pada arah horizontal (ruang lingkup dan integrasi) dan vertikal (urutan dan kontinuitas).

3) Kurikulum sebagai cara. Pengorganisasian kurikulum mengisyaratkan penggunaan metode pembelajaran yang efektif berdasarkan konteks pembelajaran. Pemilihan metode mengajar erat hubungannya dengan sifat materi pelajaran atau pratikum dan tingkat penguasaan yang ingin dicapai.

4) Kurikulum sebagai pedoman. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran harus memiliki kejelasan tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan kurikulum.

c. Perkembangan Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan sudah mengalami beberapa pergantian yang dikelompokan berdasarkan tiga kelompok kurikulum, yaitu rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum berorientasi kompetensi.


(38)

Dari rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, diantaranya adalah:

a) Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pembelajaran 1947)

Rencana pembelajaran 1947 sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dan kurikulum ini tujuannya tidak menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, karena hal itulah yang mendesak pada saat itu. Dalam kurikulum ini terdapat dua hal pokok yaitu :

(1)Daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya (2)Garis – garis besar pengajaran

Rencana pembelajaran 1947 baru dilaksanakan oleh sekolah- sekolah pada tahun 1950.

b) Kurikulum 1952 (Rencana Pembelajaran Terurai)

Pada tahun ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dijabat oleh Mr.Soewandi melakukan usaha untuk mengubah sistem pendidkan dan pengajaran. Kemudian dibentuklah Panitia Penyelidik Pengajaran dalam merangka mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Hasil dari panitia tersebut adalah menyangkut kurikulum rencana pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus mempertahankan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud 1979:108).


(39)

(2)Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian (3)Pendidikan watak

(4)Pendidikan jasmani

(5)Kewarganegaraan dan masyarakat

Maka setelah undang–undang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 dikeluarkan, maka lahirlah beberapa hal penting:

(1)Kurikulum pendidikan rendah ditunjukkan untuk menyiapkan anak memiliki dasar–dasar pengetahuan, kecakupan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin serta mengembangkan bakat dan kesukaanya.

(2)Kurikulum pendidikan menengah ditunjukkan untuk menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat.

(3)Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajaran agar dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup kemasyarakatan.

c) Rencana Pembelajaran 1964

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum yang menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karya dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah


(40)

Pancawardhana, karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilandan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak.

d) Kurikulum 1968

Pada kurikulum ini lebih menitik beratkan pada mempertinggi mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina atau mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur pendidikan dan Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar dan kecakupan khusus. Dilihat dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:


(41)

(2)Pengetahuan dasar

(3)Kecakapan khusus (dengan total jumlah pelajaranya sembilan)

e) Kurikulum Berorentasi Pancapaian Tujuan (1975-1994)

Dari rentang waktu 1975-1994 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, diantaranya adalah:

(1)Kurikulum 1975

Pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan pendidikan. Dari tujuan pendidikan tersebut dijabarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan intruksional umum, tujuan intruksional khusus dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui kurikulum tersebut.

Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan lulusannya:

(a) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai negara yang baik, (b) Sehat jasmani, dan rohani,

(c) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar, yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran,

(d) Bekerja di masyarakat,

(e) Mengembangkan didri sesuai asas lingkungan hidup, (2)Kurikulum 1984


(42)

Pada dasarnya materi pada kurikulum 1984 ini tidak banyak berbeda dengan materi kurikulum 1975, yang berbeda adalah organisasi pelaksanaanya saja, sehingga dengan demikian kurikulum 1984 dapat dilaksanakn dengan memanfaatkan bahan-bahan dan buku-buku yang telah ada sebelumnya. Kemudian semua pendekatan dalam proses pembelajaran pada kurikulum sekolah dasar 1984 diarahkan guna membentuk keterampilan murid untuk memproses.

Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah adanyacara belajar siswa aktif (CBSA) dan sistem spiral. Disini siswa akan lebih dilibatkan dalam pengembangan proses belajar mengajar. Meski sistem instruksional masih tetap dipertahankan namun siswa diberi kebebasan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ada pula sistem spiral yang setiap jenjang pendidikan mata pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi. Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka materi yang diberikan akan semakin dalam dan detail.

(3)Kurikulum 1994

Lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka dirasa perlu menyusun suatu kurikulum baru sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1984. Kurikulum ini


(43)

dilaksanakan dan diberlakukan mulai tahun 1994/1995 dan secara bertahap. Dimulai pada tahun 1994/1995 Kurikulum 1994 untuk kelas 1 dan 4 SD, kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA. Dengan demikian di dalam jangka waktu seluruh Kurikulum 1994 itu telah dilaksanakan.

f) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Kurikulum 1994 digantikan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), seiring pergantian kekuasaan. Kurukulum ini mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidkan di sekolah memmilki kompetensi yang diinginkan karena konsentrasi kompetensi adalah pada perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencakup beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dan kegitan pembelajaran pun diarahkan untuk membantu siswa mengusai kompetensi-kompetensi agar tujuan pembelajaran tercapai.

g) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) ini disusun untuk menjalankan amanah yang tercamtum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik


(44)

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich 2009:1). Guru memiliki otoritas dalam mengembangakn kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siwa dan lingkungan di sekolah masin-masing.

h) Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara seimbang.

Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan Kurikulum 2013:

(1)Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar yang menyangkut metodolgi pembelajaran yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi baru mencapai rata-rata 46,66.

(2)Kompetensi akademik dimana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.

(3)Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertinadak asosial kepada siswa dan sederajat lainnya. (4)Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru

sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa. i) Kurikulum 2013 Edisi Revisi


(45)

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan resmi meluncurkan revisi Kurikulum 2013 di Depok pada tanggal 20 Februari 2016. Mulai Juli 2016, Kurikulum 2013 edisi revisi akan diberlakukan secara nasional. Perubahan Kurikulum 2013 pada tahun 2016 memiliki pokok bagian penting yang harus guru cermati. Berbagai perubahan kompetensi pada Kurikulum 2013 antara lain:

(1) Nama Kurikulum menjadi Kurikulum 2013 edisi revisi yang berlaku secara Nasional.

(2) Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran, hanya mata pelajaran agama dan PPKn namun KI tetap dicantumkan dalam penulisan RPP.

(3) Jika ada dua nilai praktik dalam 1 KD, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Perhitungan nilai keterampilan dalam 1 KD ditotal (praktik, produk, portofolio) dan diambil nilai rata-rata. Perhitungan nilai pengetahuan bobot penilaian harian dan penilaian akhir semester sama.

(4) Pendekatan scientific 5M bukanlah satu-satunya metode saat mengajar dan apabila digunakan susunannya tidak harus berurutan.

(5) Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom, yaitu KD, meteri pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.


(46)

(6) Perubahan terminology ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi penilaian akhir semester untuk semester 1 sedangkan penilaian akhir tahun untuk semester 2 dan sudah tidak ada lagi UTS langsung ke penilaian akhir semester.

(7) Dalam RPP tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut rubrik penilaiannya (jika ada). (8) Skala penilaian menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan

dalam bentuk predikat dan deskripsi.

(9) Remedial diberikan untuk nilai siswa dibawah KKM namun sebelumnya siswa diberikan pembelajaran ulang. Nilai remedial inilah yang dicantumkan dalam hasil.

d. Struktur Kurikulum 2013 Pada SMK/MAK

Kurikulum tahun 2013 dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan SMK/MAK pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat peserta didik saat memasuki pendidikan menengah. Untuk mewadahi konsep kesamaan muatan antara SMA/MA dan SMK/MAK, maka dikembangkan stuktur kurikulum pendidikan menengah, terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib mencakup sembilan mata pelajaran dengan beban belajar 24 jamper minggu. Isi kurikulum (KI dan KD) dan mata pelajaran pilihan akademik untuk


(47)

SMA/MA serta pilihan akademik dan vokasional untuk SMK/MAK. Mata pelajaran pilihan ini memberi corak kepada fungsi satuan pendidikan dan didalamnya terdapat pilihan sesuai minat peserta didik. Struktur umum SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA, yakni tiga kelompok mata pelajaran. Kelompok A (mata pelajaran wajib A), B (mata pelajaran wajib B), dan kelompok C (peminatan), dengan kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

Tabel 2.1.

Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan Menengah

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER MINGGU

X XI XII

Kelompok A (Wajib)

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 2 2 2 Bahasa Indonesia 4 4 4 Matematika 4 4 4 Sejarah Indonesia 2 2 2 BahasaInggris 2 2 2 Kelompok B (Wajib)

Seni Budaya 2 2 2 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan

Kesehatan 3 3 3 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan

B per minggu 24 24 24

Kelompok C (Peminatan)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik

(SMA/MA) 18 20 20 Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan

Vokasi (SMK/MAK) 24 24 24

Jumlah Jam Pelajaran Yang Harus

Ditempuh Perminggu (SMA/MA) 42 44 44 Jumlah Jam Pelajaran Yang Harus


(48)

Beban belajar di SMA/MA untuk tahun X, XI, dan XII masing-masing 42, 44, dan 44 jam pelajaran per minggu satu jam belajar adalah 45 menit. Sedangkan beban belajar untuk SMK/MAK adalah 48 jam pelajaran per minggu. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan menyatakan bahwa: (1) penjurusan pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat berbentuk bidang keahlian; (2) setiap bidang keahlian dapat terdiri atas satu atau lebih program studi keahlian; (3) setiap program studi keahlian dapat terdiri atas satu atau lebih kompetensi keahlian.Bidang keahlian pada SMK/MAK meliputi: (a) Teknologi dan Rekayasa; (b) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (c) Kesehatan; (d) Agribisnis dan Agroteknologi; (e) Perikanan dan Kelautan; (f) Bisnis dan Manajemen; (g) Pariwisata; (h) Seni Rupa dan Kriya; (i) Seni Pertunjukan.

Dalam penetapan penjurusan sesuai dengan bidang/ program/ paket keahlian mempertimbangan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pemilihan Peminatan Bidang Keahlian dan program keahlian dilakukan saat peserta didik mendaftar pada SMK/MAK. Pilihan pendalaman peminatan keahlian dalam bentuk pilihan Paket Keahlian dilakukan pada semester 3, berdasarkan nilai rapor dan/atau rekomendasi guru BK di SMK/MAK dan/atau hasil tes penempatan (placement test) oleh psikolog. Pada SMK/MAK, Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas; (1)


(49)

Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1), (2) Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2), (3) Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3). Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan industri. 2. Implementasi Kurikulum 2013

a. Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Pengertian implementasi juga dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu:

1) Pendapat Cleaves yang dikutip (dalam Wahab 2008;187), yang secara tegas menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup “Proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumya.


(50)

2) Menurut Mazmanian dan Sebastiar (dalam Wahab, 2008: 68) Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

3) Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2008: 65) Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

4) Menurut Friedrich (dalam Wahab 2008: 3) Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Secara umum implementasi adalah suatu yang dijalankan berdasarkan kebijkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

http://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-teori.html

b. Implementasi Standar Penilaian

Permendikbud No 23 Tahun 2016 mengatur tentang standar penilaian pendidikan pada kurikulum 2013 edisi revisi. Dalam peraturan


(51)

menteri ini yang dimaksud dengan standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkup penilaian terdiri dari penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek sikap, n pengetahuan, dan keterampilan.

1) Bentuk dan Metode Penilaian

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didikbelajar peserta didik mencakup penilaianautentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

a) Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan secara komperhensif untuk menili mulai dari masukan (input),


(52)

proses,dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian kinerja dalam bentuk lain adalah penilaian autentik yang menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik/guru untuk merencanakan progam perbaikan (remidial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi standar penilaian pendidikan.

b) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oelh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.

c) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok didalam dan/atau diluar kelas khususnya pada sikap/prilaku dan keterampilan.

d) Penilain harian (PH) merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu KD atau lebih.

e) Ujian tengah semester (UTS)merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik/guru untuk mengukur pencapaian


(53)

kompetensi peserta didik setelah melaksanakan delapan sampai sembilan minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan penilaian tengah semester meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

f) Ujian akhir semester (UAS) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik diakhir semester. Cakupan penilaian akhir semester meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan semua KD pada semester tersebut.

g) Ujian tingkat kompetensi (UTK) merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi . cakupan (UTK) meliputi sejumlah KD yang mempresentasikan KI pada tingkat kompetensi tersebut.

h) Ujian mutu tingkat kompetensi (UMTK) merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukann oleh pemerinta untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah KD yang mempresentasikan KI pada tingkat kompetensi tersebut.

i) Ujian nasional (UN) merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidika (SNP), yang dilaksankan secara nasional.


(54)

j) Uji kompetensi keahlian merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi dalam rangka sertifikasi sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang dilakukan oleh lembaga mandiri atau LSP P1.

2) Prinsip-prinsip Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

a) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelasmtidak dipengaruhi subjektivitas penilai. b) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan

peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

c) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. d) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan

dasar pengmabilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

e) Menyeluruhdan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan


(55)

menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan peserta didik.

f) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap denngan mengikuti langkah-langkah baku.

g) Beracuan pada kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

h) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

3) Pendekatan Penilaian

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK) atau penialaian acuan patokan (PAP). Penilaia didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan.

Hasil ini sesuai dengan Permendikbud yang menjelaskan bahwa PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada KKM. Selanjutnya, didalam Permendikbud ditegaskan bahwa semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah dapat menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.


(56)

Penilaian oleh pendidik/guru merupakan bagian yang tidak terpisahkan/tidak terlepas dari pembelajaran. Pembelajaran di SMK menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) yang melibatkan kegiatan mengamati – menanya – mencoba mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Langkah-langkah pembelajran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Penilaian dilakukan oleh pendidik/guru selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran untuk menilai kesiapan, proses, dan hasil belajar peserta didik yang mengarah pada ketercapaian kompetensi yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Penilaian oleh pendidik/guru dapat berupa tes dan non-tes yang dilakukan melalui penilaia dan penugasan. Perencanaan penilaian hasil belajar oelh pendiidk dicantumkan dalam silabus dan dijabarkan didalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penilaian dapat diberikan oleh pendidik/guru sebagai tugas secara mandiri (individual) atau berkelompok dalam bentuk pekerjaan rumah, proyek, dan portofolio.

5) Prosedur Penilaian Oleh Pendidik/Guru

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran. Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar


(57)

secara umum oleh pendidik/guru dilakukan dengan urutan: (1) Menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun, (2) Menyusun kisi-kisi penilaian, (3) Membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian, (4) Melakukan analisis kualitas instrumen, (5) Melakukan penilaian, (6) Mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian, (7) Melaporkan hasil penilaian, dan (8) Memanfaatkan laporan hasil penilaian.

Sedangkan prosedur penilaian dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terperinci oleh pendidik/guru adalah sebagai berikut:

a) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:

(1)Mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran; (2)Mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan

lembar observasi atau pengamatan; (3)Menindak lanjuti hasil pengamatan; dan (4)Mendeskripsikan perilaku peserta didik.

b) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahap: (1) Menyusun perencanaan penilaian;

(2) Mengembangkan isntrumen penilaian; (3) Melaksanakan penilaian;


(58)

(5) Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

c) Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan: (1) Menyusun perencanaan penilaian;

(2) Mengembangkan instrumen penilaian; (3) Melaksanakan penilaian

(4) Memanfaatkan hasil penilaian; dan

(5) Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

6) Tujuan Penilaian

Tujuan penilaian yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian Kompetensi Lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh


(59)

Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidikdan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dalam proses pengumpulan informasi/ catatan tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses,kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Sedangkan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/data tentang pencapaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah/ Madrasah.

Peraturan Menteri ini bertujuan mengatur penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah dalam pelaksanaan Kurikulum 2006 danKurikulum 2013. Peraturan Menteri ini diberlakukan untuk menggantikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang telah dicabut dan dinyatakan


(60)

tidak berlaku. Selain itu Peraturan Menteri ini juga mendampingi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan kurikulum 2013 antara lain : (1) Pengalaman Mengajar Guru, (2) Tingkat Pendidikan Guru, dan (3) Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah.

3. Pengalaman Mengajar Guru a. Pengertian Pengalaman

Pengalaman adalah apa yang sudah dialami dalam kurun waktu yang lama. Mengajar adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi siswa belajar sedemikian rupa sehingga siswa belajar itu memperoleh kemudahan. Pengalaman mengajar adalah masa kerja yang dihitung sejak bersangkutan bekerja sebagai guru baik itu sebagai PNS maupun non PNS (Pedoman Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2008: 12). Pengalaman adalah guru yang baik, hal ini diakui di lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman yaitu telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun. Kenyataan menunjukkan bahwa makin lama seorang bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki oleh tenaga kerja yang bersangkutan. Sebaliknya, makin singkat masa kerja, makin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja


(61)

mengakibatkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki makin rendah (Sastrohadiwiryo, 2005:163).

Dengan demikian guru harus memahami seluk beluk persekolahan, strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan mengajar akan tetapi pengalaman yang menentukan. Umpamanya guru peka dengan masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam proses pembelajaran. Pengalaman mengajar adalah apa yang sudah dialami dalam mengajar di sekolah berkenaan dengan kurun waktu, guru yang berpengalaman minimal memiliki pengalaman mengajar selama empat tahun.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 menunjukkan bahwa standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

Penjelasan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang di maksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik dan yang menjadi penentu pengalaman mengajar guru. Dalam Peraturan Pendidikan Nomor 74 Tahun 2008 dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan


(62)

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Pendidikan bagi manusia itu merupakan suatu keharusan dan karena pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Pendidikan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak boleh terjadi karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai generasi yang lebih baik.

b. Beberapa Definisi Mengajar (Nasution, 1982: 8) :

1) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak

Mengajar adalah menanam pengetahuan pada anak, sehingga tujuan mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh anak. Anak dianggap pasif, karena pengajaran bersifat teacher-centered, dan gurulah yang memegang peranan utama. Sering ilmu pengetahuan kebanyakan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari.

2) Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan bagi anak

Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan bagi anak hampir bersamaan dengan mengajar adalah menanam pengetahuan pada anak. Tentu saja diinginkan anak-anak mengenal kebudayaan bangsanya dan kebudayaan dunia. Tetapi ada pula yang mengharapkan agar anak-anak tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi agar mereka juga turut membantu memperkaya


(63)

kebudayaan itu dengan menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa berubah.

3) Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.

Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar, mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yakni mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar,yang belajar adalah anak itu sendiri berkat kegiatannya sendiri. Guru hanya dapat membimbing anak tersebut.

Berdasarkan definisi mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Kalau kita menerima definisi tersebut, maka kita peroleh beberapa kesimpulan :

a) Mengajar berarti membimbing aktivitas anak. Bahwa anak hanya dapat berenang dengan berenang sendiri, jadi melakukan kegiatan itu sendiri, setiap orang dapat menerima dan memahaminya. Tak masuk diakal bahwa seorang akan dapat belajar berenang hanya dengan membaca buku Learning by


(64)

doing, demikianlah bunyi anjuran Dewey. Yang belajar adalah anak itu sendiri.

Tugas guru adalah mengatur lingkungan serta membimbing aktivitas anak. Artinya, janganlah hanya guru yang aktif karena itu guru jangan memonopoli aktivitas kelas dalam mengajar guru senantiasa harus bertanya kepada dirinya, aktivitas apakah yang dapat diberikan kepada anak, apakah yang dapat dikerjakan oleh anak.

b) Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman adalah interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi itulah anak itu belajar. Berkat pengalaman itulah anak-anak memperoleh pengertian-pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan dan lain-lain. Lingkungan itu jauh lebih luas dari pada hanya buku dan kata-kata guru saja. Seluruh lingkungan, alam sekitar, manusia, jabatan-jabatan, gedung-gedung, lembaga-lembaga, binatang-binatang, tanaman-tanaman, perusahaan dan sebagainya, merupakan sumber pengalaman bagi anak-anak. Pelajaran hendaknya dihubungkan dengan kehidupan anak dalam lingkungannya.

c) Mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Apa yang diajarkan hendaknya jangan semata-mata ditujukan kepada ujian. Anak-anak belajar agar bakatnya berkembang. Pelajaran sekolah


(65)

gunanya agar anak dapat menggunakannya dalam kehidupannya sehari-hari, agar ia lebih sanggup mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya. Pelajaran sekolah harus berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah harus pula mendidik anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk lingkungan sosialnya. Ia harus belajar berpikir, merasa dan berbuat sesuai dengan norma-norma lingkungannya.

Guru yang memiliki pengalaman mengajar telah memahami seluk beluk pendidikan baik dalam proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar, dengan demikian semakin lama pengalaman mengajar seorang guru maka guru tersebut semakin memahami seluk beluk pendidikan. Sehingga diduga bahwa pengalaman mengajar seorang guru dapat mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 edisi revisi, semakin lama pengalaman mengajar seorang guru maka semakin tinggi kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 edisi revisi. Sebaliknya semakin sedikit pengalaman mengajar semakin rendah kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 edisi revisi.


(66)

4. Tingkat Pendidikan Guru

Menurut Prof. Dr. M.J. Langeveld pendidikan ditafsirkan sebagai bimbingan kepada anak untuk mencapai kedewasaan, yang kelaknya anak itu mampu berdiri sendiri dan mengejar cita-cita. Pendidikan senantiasa merupakan proses refleksi dari situasi obyektif serta sarat sejarah yang konkrit pada waktu itu. Jika keadaan diatas ini kita hubungkan dengan situasi di Indonesia yang berlatar belakang demokrasi Pancasila, maka perumusan pendidikan hendaknya membimbing anak menjadi manusia, yang memiliki kecakapan-kecakapan dan sifat yang diperlukan untuk ikut aktif dalam usaha pembangunan nasional dan yang mempunyai kesadaran mengabdi kepada cita-cita rakyat Indonesia.

Dalam GBHN dikatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Untuk memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yaitu kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Oleh karena itu, pedagogik (pedagogics) atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan (Sukardjo dan Komarudin, 2009:7).

Mudyahardjo (2012:3) memberikan pengertian pendidikan ke dalam tiga jangkauan, yaitu pengertian pendidikan maha luas, sempit dan luas


(67)

terbatas. Definisi maha luas, yaitu pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu.

Definisi sempit, yaitu pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.

Sementara itu, definisi luas terbatas, yaitu pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.


(68)

Karena sifatnya yang kompleks dalam istilah pendidikan, oleh Tirtaraharja dan Sulo (2005:33) dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya. Batasan tersebut antara lain:

a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja

Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi pendidikan. Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam manusia sebagai upaya memberikan pengalaman-pengalaman belajar terpogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

Menurut Danim (2011: 40), secara tradisional tujuan utama pendidikan adalah transmisi pengetahuan atau proses membangun manusia menjadi berpendidikan. Transfer pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah atau di lembaga pelatihan ke dunia nyata adalah sesuatu yang terjadi secara alamisebagai konsekuensi dari kepemilikan pengetahuan oleh peserta didik atau siswa. Selanjutnya secara akademik, Danim (2011: 41) mengemukakan bahwa pendidikan memiliki beberapa tujuan, sebagai berikut:


(69)

a. Mengoptimalisasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki oleh siswa.

b. Mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi untuk menghindari sebisa mungkin anak-anak tercabut dari akar budaya dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

c. Mengembangkan daya adaptabilitas siswa untuk menghadapi situasi masa depan yang terus berubah, baik intensitas maupun persyaratan yang diperlukan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Meningkatkan dan mengembangkan tanggung jawab moral siswa, berupa kemampuan untuk membedakan mana yang benar mana yang salah, dengan spirit atau keyakinan untuk memilih dan menegakkannya.

e. Mendorong dan membantu siswa mengembangkan sikap bertanggung jawab terhadap kehidupan pribadi dan sosialnya, serta memberikan kontribusi dalam aneka bentuk secara leluasa kepada masyarakat. f. Mendorong dan membantu siswa memahami hungan yang seimbang

antara hukum dan kebebasan pribadi dan sosial.

Tentang fungsi pendidikan, Danim (2011; 40) mengatakan bahwa tujuan dan fungsi pendidikan seringnya sulit dibedakan bahkan dikacaukan. Kata tujuan merujuk pada hasil, sedangkan fungsi merujuk pada proses. Selanjutnya, Danim (2011: 45-46) mengatakan bahwa pendidikan berfungsi mengoptimalisasi kapasitas atau potensi dasar siswa. Fungsi pendidikan


(70)

adalah membangun manusia yang beriman, cerdas, kompetitif, dan bermartabat. Beriman mengandung makna manusia mengakui adanya eksistensi Tuhan dan mengikuti ajaran dan menjauhi larangan-Nya. Kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa tercermin dari keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, budi pekerti luhur, altruis (semangat membantu orang lain secara cuma-cuma), motivasi tinggi, opyimis, dan kepribadian unggul. Kecerdasan emosional dan spiritual tercermin dari sensitivitas dan apresiasi akan kehalusan dan keindahan seni budaya; beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang membina dan memupuk hubungan timbal-balk, demokratis, empatik, simpatik, menjunjung tinggi HAM, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinekaan, berwawasan kebangsaan, serta kesadaran akan hak dan kewajiban. Kecerdasan intelektualtercermin dari kompetensi dan kemandiriandalam bidang IPTEK, serta insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif. Cerdas secara kinestetik berkaitan dengan sosok pribadi sebagai insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan cekatan serta insan adiraga.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan guru dapat mempengaruhi kemampuan guru untuk mengimplementasi Permendikbud nomor 23 tentang Standar Penilaian dalam Kurikulum 2013 edisi revisi. Semakin tinggi tingkat pendidikan guru, semakin tinggi kemampuan untuk mengimplementasikan Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan guru semakin rendah kemampuan guru untuk


(71)

mengimplementasikan Permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

5. Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah a. Ruang Lingkup

Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis mata pelajaran saja, sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat pendidiknya. Disamping itu, guru sebagai bagian dari manajemen sekolah, akan terlibat langsung dalam kegiatan manajerial tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara lain penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat lainnya, pelaksanaan pembelajaran termasuk tes/ulangan, Ujian Nasional (UN), ujian sekolah, dan kegiatan lain. Tugas tiap guru dalam


(72)

siklus tahunan tersebut secara spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah tempat guru bekerja.

b. Jam Kerja

Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja yang setara dengan beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@ 60 menit) per minggu. Dalam melaksanakan tugas, guru mengacu pada jadwal tahunan atau kalender akademik dan jadwal pelajaran. Kegiatan tatap muka dalam satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu per semester.

Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran yang disusun secara mingguan. Khusus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada kalanya jadwal pelajaran tidak disusun secara mingguan, tapi mengunakan sistim blok atau perpaduan antara sistim mingguan dan blok. Pada kondisi ini, maka jadwal pelajaran disusun berbasis semester, tahunan, atau bahkan per tiga tahunan. Diluar kegiatan tatap muka, guru akan terlibat dalam aktifitas persiapan tahunan/semester, ujian sekolah maupun Ujian Nasional (UN), dan kegiatan lain akhir tahun/semester. c. Uraian Tugas Guru

1) Merencanakan Pembelajaran

Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah. Kegiatan penyusunan RPP ini diperkirakan berlangsung


(1)

241


(2)

242


(3)

243


(4)

244


(5)

245


(6)

246


Dokumen yang terkait

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 Persepsi Guru Terhadap Penilaian Autentik Yang Telah Disempurnakan Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Di Sd Muhammadiyah Program Khusus Kottabar

0 5 12

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 Persepsi Guru Terhadap Penilaian Autentik Yang Telah Disempurnakan Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Di Sd Muhammadiyah Program Khusus Kottabar

0 2 15

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta 2017.

0 2 215

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, kesibukan guru di luar kegiatan sekolah, dan status sekolah tempat guru mengajar terhadap minat melakukan penulisan karya ilmiah.

0 1 177

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, frekuensi mengakses internet, dan pangkat golongan guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar P

0 0 234

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada

0 3 213

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent

0 0 277

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, kesibukan guru di luar kegiatan sekolah, dan status sekolah tempat guru mengajar terhadap minat melakukan penulisan karya ilmiah

1 6 175

Pengaruh kesibukan guru di sekolah, frekuensi mengakses internet, pangkat golongan terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

0 0 218

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016

0 0 246