Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta 2017.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET

TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

STANDAR PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

2017

Lusia Eka Kurnianingtyas Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh positif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016; (2) ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016; (3) ada pengaruh positif frekuensi guru mengakses internet guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud no 22 tahun 2016

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah guru PNS SMK Negeri se-Kota Yogyakarta dengan jumlah 876 guru. Sampel sebanyak 206 guru diambil dengan teknik proportional random sampling. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dianalisis dengan teknik Chi – Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif pengalaman mengajar terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta (x2 hitung sebesar 12.039 (df) = 4 dan Asymp. Sig sebesar 0,017) (2) ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta diketahui (x2 hitung sebesar 13,762 (df) = 4 dan Asymp. Sig sebesar 0,008) (3) tidak ada pengaruh frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta (x2 hitung sebesar 1.591 (df) = 2 dan Asymp. Sig sebesar 0,451).


(2)

ABSTRACT

THE IMPACTS OF TEACHING EXPERIENCE OF TEACHERS, AVAILIBILITY OF LEARNING RESOURCES AND FREQUENCY

OF INTERNET ACCESSMENT TOWARDS THE ABILITY IN IMPLEMENTING THE DEGREE OF EDUCATION MINISTER

NUMBER 22, 2016 ABOUT STANDARD PROCCESSES OF TEACHERS IN STATE VACATIONAL SCHOOLS IN

YOGYAKARTA CITY 2017

Lusia Eka Kurnianingtyas Sanata Dharma University

2017

This study aims to find out whether: (1) there is a positive impact on teaching experience towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses; (2) there is a positive impact on the availibility of learning resource towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses; (3) there is a positive impact on frequencies of internet accessment towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses.

This research is an ex-post facto research, it was conducted for January to March 2017. The populations were 876 civil servant teachers in State Vacational High School in Yogyakarta. The samples were 206 teachers, taken by proportional random sampling technique. Data were collected by using questionnaires and analyzed by Chi - Square.

The results show that: (1) there is a positive impact on teaching experience towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count amounted 12.039 (df) = 4 with Asymp. Sig by 0,017); (2) there is a positive impact on availibility of learning resource towards teachers ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count amounted 13.762 (df) = 4 with Asymp. Sig 0,008); (3) there is no impact on frequencies of accessing internet towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count amounted to 1.591 (df) = 2 with Asymp. Sig 0,451).


(3)

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU,

KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI

MENGAKSES INTERNET TERHADAP KEMAMPUAN

MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD

NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR

PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI

SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Lusia Eka Kurnianingtyas NIM: 131334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN

PERMENDIKBUD

NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR

PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI

SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Lusia Eka Kurnianingtyas NIM: 131334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(5)

MENGA

K

SE

S

INT

E

RNET TERHADAP KEMAMPUAN

MEN

G

IM

P

LEl\r

l

ENTASIKAN PERMENDIKBUD NOM

OR

22

T

i

..

H

U

N 2016 TENTANG STANDAR P

ROS

E

S PA

D

A

GU

R

U DI SMK NEGERI

SE

-

K

OTA YOGYAKARTA

TAHUN2017


(6)

SKRlPSI

PENG

AR

U

H PEN

GALAMAN l\tlENGAJAR GUR

K

ETERS

E

D

lAAN

SUMBER BELAJAR, DAN F

'

REKUENSI

MENG

AK

SE

S

I

N

T

ER

NET

T

ERHAD

A

P KEl\t!

A

l\1PlJA

N

'

J.\,lE

N

G

IM

PLEM

ENTA

SIKAN PERl'\1END

IKB

UD NO

M

OR

22

T

A

H

UN

2

0

1

6 TENTANG

STANDAR

P

R

OS

E

S PA

DA

GURU DI SMK NEGERI

SE

-

K

OT

A Y

OGYAKARTA

Ketua Sekretaris Anggota

Anggota Dr. Sebastian us Widanarto .P.,S. Pel., M. Si. Anggota Drs. BambangPumomo, S. E., M. Si.


(7)

v

PERSEMBAHAN

Perjuangan dan semangat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan melibatkan orang-orang yang terkasih.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua Orang Tuaku

Ibu dan Pakpohku di Surga Keluarga, Sahabat, Teman


(8)

vi

MOTTO

Tuhan tak’kan terlambat! Juga tak akan lebih cepat

Semuanya …

Dia jadikan indah tepat pada waktuNya

(Sabar Menanti Waktu Tuhan)


(9)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana selayaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juni 2017 Penulis


(10)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Lusia Eka Kurnianingtyas

Nomor Mahasiswa : 131334027

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Santa Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET

TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memplubikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Juni 2017 Yang menyatakan


(11)

ix

ABSTRAK

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET

TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

STANDAR PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

2017

Lusia Eka Kurnianingtyas Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruhpositif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016; (2) ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016; (3) ada pengaruhpositiffrekuensi guru mengakses internet guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud no 22 tahun 2016

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah guru PNS SMK Negeri se-Kota Yogyakarta dengan jumlah 876 guru. Sampel sebanyak 206 guru diambil dengan teknik proportional random sampling. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dianalisis dengan teknik Chi–Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif pengalaman mengajar terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta (x2hitung sebesar 12.039 (df) = 4 dan Asymp. Sig sebesar 0,017) (2) ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta diketahui (x2 hitung sebesar 13,762 (df) = 4 dan Asymp. Sig sebesar 0,008) (3) tidak ada pengaruh frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta (x2hitung sebesar 1.591 (df) = 2 dan Asymp. Sig sebesar 0,451).


(12)

x

ABSTRACT

THE IMPACTS OF TEACHING EXPERIENCE OF TEACHERS, AVAILIBILITY OF LEARNING RESOURCES AND FREQUENCY

OF INTERNET ACCESSMENT TOWARDS THE ABILITY IN IMPLEMENTING THE DEGREE OF EDUCATION MINISTER

NUMBER 22, 2016 ABOUT STANDARD PROCCESSES OF TEACHERS IN STATE VOCATIONAL SCHOOL IN

YOGYAKARTA 2017

Lusia Eka Kurnianingtyas Sanata Dharma University

2017

This study aims to find out whether: (1) there is a positive impact on teaching experience towards teachers’ ability in implementingThe Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses; (2) there is a positive impact on the availibility of learning resource towardsteachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses; (3) there is a positive impact on frequencies of internet accessment towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses.

This research is an ex-post facto research, it was conducted for January to March 2017. The populations were 876 civil servant teachers in State Vocational High School in Yogyakarta. The samples were 206 teachers, taken by proportional random sampling technique. Data were collected by using questionnaires and analyzed by Chi - Square.

The results show that: (1) there is a positive impact on teaching experience towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count amounted 12.039 (df) = 4 with Asymp. Sig by 0,017); (2) there is a positive impact on availibility of learning resource towards teachers ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count amounted 13.762 (df) = 4 with Asymp. Sig 0,008); (3) there is no impact on frequencies of accessing internet towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count amounted to 1.591 (df) = 2 with Asymp. Sig 0,451).


(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan ini mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua ProgramStudi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Drs. FX. Muhadi, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penyelesaian skripsi ini;

4. Untuk semua dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, terimakasih untuk ilmu dan pengetahuan serta bantuan yang telah penulis dapatkan;


(14)

xii

5. Staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang dengan sabar membantu saya dalam urusan administrasi kemahasiswaan;

6. Untuk kedua orangtuaku Bapak Sumardi dan Mama Maria Cici yang selalu memberikan doa, kasih sayang, nasihat, semangat dan dukungan secara moral maupun materiil dalam menyelesaikan studi ini;

7. Untuk Ibuku Theresia Dwi Ananingsih dan Pakpoh Stefanus Suradi yang sudah beristirahat kekal di surga atas doanya walaupun masih belum sempat melihatku menyelesaikan studi ini;

8. Kedua Adikku Robertus Krisna Adi P. dan Rosa Widyaningtyas semoga kalian bisa segera membanggakan bapak, ibu dan seluruh keluarga besar; 9. Keluarga besar Suradi, Bupoh, Bude Sri, Mbak Santi, Mas Arky, Mas Arry,

Jen dan keluarga besar Marto Suwarno, Pakde dan Bude Jono, Om Sarno, Mbak Tya dan seluruh keluarga yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kasih sayang kalian yang membuatku tetap bertahan dalam perkara hidup ini;

10. Lampung Squad, Nurma, Putri, Robby, Lihul, April, Aynun, Bagus, Imam, Ijul dan yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih karena kalian sudah menemani dari masa berlebihanku hingga masa depanku kelak; 11. Sapi Family, Melati, Fanny, Linda, Wahyu dan Leo yang telah membuat

warna dalam dunia perkuliahankku, masa perubahan dan masa depanku kelak serta kos gang mawar cihuy, Shinta, Mbak Lilis, Fanny, Oca dan Melati terima kasih atas pahit dan manisnya menjadi anak kos serta keluarga


(15)

xiii

Mami Rita dan Ijul yang senantiasa memberi masukan dan arahan dalam kehidupan;

12. Thai Vocational School dan Meong Skripsi atas semangat dan kebersamaan dalam penyusunan skripsi supaya bisa lulus bersama-sama dan menjadi sukses;

13. Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2013 atas kebersamaan yang sudah kita lewati bersama;

14. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini.

Yogyakarta, 15 Juni 2017


(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1


(17)

xiv

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka... 10

1. Kurikulum ... 10

2. Pengalaman Mengajar ... 26

3. Ketersediaan Sumber Belajar ... 30

4. Frekuensi Mengakses Internet... 33

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan... 37

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Rumusan Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 45


(18)

xv

F. Teknik Pengumpulan Data... 50

G. Uji Instrumen Penelitian ... 53

H. Teknik Analisis Data... 59

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 66

B. Analisis Data ... 76

C. Pembahasan... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 100

B. Keterbatasan Penelitian ... 101

C. Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN... 107

Lampiran 1 Kuesioner... 108

Lampiran 2 Data Induk ... 120

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas... 150

Lampiran 4 Deskripsi Data Responden ... 157


(19)

xvi

Lampiran 6 Analisis Chi-Square... 166 Lampiran 7 Surat-surat... 180


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tempat Penelitian SMK Negeri di Kota Yogyakarta ... 44 Tabel 3.2. Data Populasi Guru SMK dan SMA Negeri Kota Yogyakarta ... 45 Tabel 3.3. Perhitungan Sampel Guru PNS SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta .... 48 Tabel 3.4. Skor Pernyataan ... 50 Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner... 51 Tabel 3.6. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel

Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses (Pertama)... 54 Tabel 3.7. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel

Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses (Kedua) ... 55 Tabel 3.8. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel

Ketersediaan Sumber Belajar ... 56 Tabel 3.9. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 57 Tabel 3.10. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Implementasi


(21)

xviii

Tabel 3.11. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Ketersediaan Sumber

Belajar ... 58

Tabel 3.12. Kriteria Rasio C/Cmax ... 64

Tabel 4.1 Data Responden Penelitian ... 65

Tabel 4.2. Data Responden Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel 4.3. Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 66

Tabel 4.4. Data Responden Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67

Tabel 4.5. Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Diklat ... 68

Tabel 4.6. Data Responden Guru Berdasarkan Pangkat Golongan ... 68

Tabel 4.7. Deskripsi Variabel Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses ... 70

Tabel 4.8. Nilai-nilai Statistik Variabel Implementasi Permendikbud Nomor 22 tentang Standar Proses ... 71

Tabel 4.9. Deskripsi Variabel Ketersediaan Sumber Belajar Menurut Guru ... 73

Tabel 4.10. Nilai-nilai Statistik Variabel Ketersediaan Sumber Belajar... 73

Tabel 4.11. Deskripsi Variabel Frekuensi Mengakses Internet ... 74


(22)

xix

Tabel 4.13. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se-Kota

Yogyakarta ... 77 Tabel 4.14. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap

Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ... 78 Tabel 4.15. Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Pengalaman Mengajar

terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se- Kota Yogyakarta ... 79 Tabel 4.16. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Ketersediaan

Sumber Belajar terhadap Implementasi Permendikbud

Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ... 81 Tabel 4.17. Hasil Analisis Chi-Square Ketersediaan Sumber Belajar terhadap

Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ... 82


(23)

xx

Tabel 4.18. Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Ketersediaan Sumber Belajar terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ... 83 Tabel 4.19. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Frekuensi

Mengakses Internet terhadap Implementasi Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri

se-Kota Yogyakarta... 86 Tabel 4.20. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet

terhadap Implementasi PERMENDIKBUD No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ... 87


(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Kualitas SDM bergantung pada kualitas pendidikan dan peran pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh sebab itu, komponen dari sistem pendidikan nasional harus senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global.

Definisi pendidikan itu sendiri menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia akan berjalan dengan sistematis, menggunakan perangkat atau yang biasa disebut kurikulum, sedangkan pengertian kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu


(25)

periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Hal ini berarti kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.

Di Indonesia, kurikulum mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini dilakukan guna memperbaharui pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Salah satu perubahan kurikulum yang terjadi yaitu kurikulum 2013 ke kurikulum 2013 edisi revisi. Kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui ketiga konsep di atas, keseimbangan antara hard skill dan soft skill diharapkan dapat terwujud dengan baik.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran (5M). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan scientific/ilmiah dalam proses pembelajaran diupayakan melahirkan sistem evaluasi yang autentik.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Indonesia saat ini kembali melakukan perbaikan kurikulum yaitu dari kurikulum 2013 lama ke kurikulum 2013 edisi revisi. Revisi kurikulum 2013 telah dilakukan sejak bulan Januari


(26)

2015 hingga akhir bulan Oktober 2015. Revisi kurikulum 2013 dilakukan berdasarkan berbagai masukan dari publik para ahli dan para pegiat serta pemerhati pendidikan.

Perubahan-perubahan yang terjadi dari kurikulum 2013 yang lama ke kurikulum 2013 edisi revisi yaitu penilaian sikap Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran hanya agama dan PPKn namun Kompetensi Inti tetap dicantumkan dalam penulisan RPP. Jika ada 2 nilai praktek dalam 1 Kompetensi Dasar, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Penghitungan nilai keterampilan 1 Kompetensi Dasar dijumlah (dari nilai praktek, produk, dan portofolio) kemudian diambil nilai rata-rata untuk pengetahuan, bobot penilaian harian serta penilaian akhir semester itu sama.

Pendekatan scientific approach 5M bukanlah satu-satunya metode saat mengajar. Apabila pendekatan scientific approach digunakan maka susunannya tidak harus berurutan. Pendekatan 5M diimplementasikan melalui silabus. Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom yaitu Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang diatur dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajara (RPP). Dalam RPP Kurikulum 2013 edisi revisi tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran. Penjelasan tentang kurikulum 2013 edisi revisi tercantum dalam Permendikbud yang terdiri dari Permendikbud Nomor 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 21 tentang Standar Isi Pendidikan


(27)

Dasar dan menengah, Permendikbud 22 tentang Standar Proses, Permendikbud Nomor 23 tentang Standar Penilaian, Permendikbud Nomor 24 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pelajaran.

Guru memiliki peranan besar di dalam proses pembelajaran pada setiap pergantian kurikulum. Perubahan kurikulum yang selalu terjadi mengakibatkan guru mengalami kendala dalam penerapan kurikulum disetiap proses pembelajaran. Perubahan kurikulum disebabkan karena seringnya pergantian menteri yang membawa peraturan-peraturan baru sehingga membuat konsentrasi guru tidak fokus dalam memahami kurikulum yang sebelumnya. Kesulitan yang dialami guru-guru diduga karena kurang siapnya guru terhadap kurikulum yang sering berubah-ubah sehingga membuat guru kurang mampu dalam mengimplementasikan Permendikbud yang baru.

Fakor-faktor yang mempengaruhi kesiapan guru sendiri adalah kemauan serta kemampuan dalam menerapkan kurikulum yang baru tersebut. Faktor kemauan yang dimiliki guru untuk bisa menerapkan kurikulum yang baru dan sering berubah-ubah seperti tingkat pendidikan, Pengalaman Pendidikan dan Latihan (Diklat) yang diikuti, jenjang pangkat golongan yang dimiliki oleh masing-masing guru yang sudah PNS serta keinginan guru dalam memperoleh informasi yang pada zaman ini banyak diperoleh melalui internet. Selain itu faktor kemampuan yang dimiliki oleh guru yakni pengalaman mengajar yang sudah guru-guru jalani serta kemampuan guru sendiri dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk mendapat informasi melalui internet.


(28)

Dari pihak sekolah juga dapat memicu timbulnya faktor guru dalam menerapkan kurikulum yang baru tersebut dengan memberikan beban tugas di dalam kegiatan sekolah kepada guru seperti menjadi wakil kepala sekolah, wali kelas serta kesibukan lain yang menyebabkan guru kurang mampu mengoptimalkan waktu dalam upaya meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2106 tentang Standar Proses. Selain itu ketersediaan sumber-sumber seperti kelengkapan bahan dan alat yang membantu proses pembelajaran sehingga dapat membantu guru memperoleh informasi dan menyampaikan ajaran atau materi pelajaran kepada peserta didik.

Berdasarkan pernyataan di atas, hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengkaji dan meneliti mengenai beberapa faktor seperti pengalaman mengajar, ketersediaan sumber belajar serta frekuensi mengakses internet yang mana guru dapat menambah informasi yang didapat dengan mengakses sumber-sumber informasi yang mampu membantu guru dalam kemampuan mengimplementasikan proses pembelajaran. Ketiga faktor di atas merupakan hal yang dibutuhkan dalam penerapan proses pembelajara. Dimana proses pembelajaran merupakan elemen penting dalam mengimplementasikan suatu kurikulum serta merupakan upaya untuk menempuh keberhasilan dalam belajar. Oleh sebab itu, peneliti mengangkat tema: “Kemampuan

Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Guru SMK Negeri se-Kota Yogyakarta”.


(29)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang diduga mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud diantaranya: Perubahan Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2013 edisi revisi perlu disosialisasikan. Kurangnya sosialisasi kurikulum mengakibatkan guru kurang mampu dalam mengimplementasikan Permendikbud yang baru. Selain itu, guru kurang memiliki keterampilan, pengetahuan, serta kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang di emban dan dilaksanakan. Faktor lain yang diduga menyebabkan guru kurang mampu dalam mengimplementasikan Permendikbud yang baru di antaranya: (1) perbedaan pengalaman mengajar, (2) tingkat pendidikan guru, (3) pangkat dan golongan yang dimiliki oleh guru, (4) lamanya pendidikan dan latihan (diklat) yang guru ikuti, (5) kesibukan yang diemban oleh guru di dalam kegiatan sekolah, (6) ketersediaan sumber belajar di sekolah (7) kemampuan guru dalam bidang teknologi informasi serta (8) seringnya guru mengakses internet untuk memperoleh informasi. Hal tersebut diduga menyebabkan guru kurang mampu dalam meningkatkan kemampuan untuk mengimplementasikan Permendikbud yang baru.

C. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini berdasarkan waktu, biaya, dan tempat peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut :


(30)

Kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi ditinjau dari pengalaman mengajar, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet. Responden penelitian terbatas pada guru-guru PNS SMK Negeri di Kota Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah 1. Masalah Umum

Apakah latar belakang guru mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016?

2. Masalah Khusus

a. Apakah pengalaman mengajar guru terdapat pengaruh positif terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016?

b. Apakah ketersediaan sumber belajar terdapat pengaruh positif terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 ?

c. Apakah frekuensi guru mengakses internet terdapat pengaruh positif terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016?


(31)

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah:

Latar belakang guru mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah:

a. Pengalaman mengajar guru mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.

b. Ketersediaan sumber belajar mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.

c. Frekuensi guru mengakses internet mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan beberapa faktor yang dapat menambah kemampuan guru dalam mengimplementasikan


(32)

Permendikbud yang senantiasa dinamis atau berubah secara terus menerus mengikuti perubahan-perubahan menteri.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam membantu meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud yang secara terus menerus berubah. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah dalam memfasilitasi penyedia sumber-sumber belajar yang menunjang kemampuan guru, serta menyediakan sarana-sarana berbasis internet yang memudahkan guru memperoleh informasi dalam upaya peningkatan kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan

4. Bagi Instansi Pemerintah (DIKPORA Kota Yogyakarta)

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas guru dalam upaya memudahkan guru dalam kemampuan mengimplementasikan Permendikbud yang dapat sewaktu-waktu berubah karena pergantian menteri.


(33)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum berasal dari bahasa Latin curir yaitu pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Secara etimologis adalah tempat berlari. Kurikulum merupakan sesuatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis awal sampai akhir. Dalam dunia pendidikan pengertian kurikulum adalah sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan (Imas Kurniasih, 2014: 3).

Menurut Madjid (2014), kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan yang ditetapkannya (Madjid, 2014: 1).

Beberapa ahli yang memperkuat pandangan tentang kurikulum di antaranya:


(34)

1. Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching and Learning

menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut, “The Curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning whether in the classroom, on the playground, or out of school.”Jadi segala usaha

sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstrakurikuler (Hendyat dan Wasty, 1986: 13).

2. Menurut Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High School Curriculum memandang kurikulum sebagai, “all of the activities that are provided for students by the school.” Sepertihalnya dengan definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan–kegiatan lain, di dalam dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah (Nasution, 2006: 5).

3. Menurut B. Othanel Smith W. O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai“a sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group (Nasution, 2006: 5).

Berdasarkan dari pendapat-pendapat di atas senada dengan pengertian kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan


(35)

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (Imas Kurniasih, 2014: 3).

Kurikulum secara garis besar mempunyai tiga konsep (Sukmadinata, 2013: 27), yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai substansi adalah kurikulum dipandang sebagai rencana pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi tentang rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi yang telah disepakati dan disetujui bersama oleh para penyusun kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat.

Kurikulum sebagai sistem adalah sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi bagaimana cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan dinamis. Kurikulum sebagai suatu bidang studi berfungsi sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum.


(36)

Secara umum, kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian di atas kurikulum disimpulkan sebagai sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh kepada anak untuk mencapai tujuan persekolahannya.

b. Fungsi Kurikulum

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan tentang definisi kurikulum yang telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat empat fungsi kurikulum (Reksoatmodjo, 2010: 4), yaitu:

1) Kurikulum sebagai rencana. Kegiatan sebagai rencana kegiatan belajar mengajar dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai (Taba, 1962:11).

2) Kurikulum sebagai pengaturan. Pengaturan dalam kurikulum dapat diartikan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran pada arah horizontal (ruang lingkup dan integrasi) dan vertikal (urutan dan kontinuitas).

3) Kurikulum sebagai cara. Pengorganisasian kurikulum mengisyaratkan penggunaan metode pembelajaran yang efektif berdasarkan konteks pembelajaran. Pemilihan metode mengajar erat hubungannya dengan sifat materi pelajaran atau pratikum dan tingkat penguasaan yang ingin dicapai.


(37)

4) Kurikulum sebagai pedoman. Sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran harus, kurikulum memiliki kejelasan tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan kurikulum.

c. Pengembangan Kurikulum

Ada dua prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum (Sukmadinata, 2013: 150) yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum adalah: (1) prinsip relevansi, (2) prinsip fleksibilitas, (3) prinsip kontinuitas, (4) prinsip praktis, dan (5) prinsip efektivitas. Sedangkan prinsip khusus adalah: (1) prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, (2) prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, (3) prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, (4) prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran, serta (5) prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

d. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Kurikulum yang diterapkan di Indonesia sudah mengalami beberapa pergantian atau pengembangan. Perubahan kurikulum dikelompokan berdasarkan tiga kelompok kurikulum (Imas Kurniasih, 2014: 10) yaitu rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum berorientasi kompetensi.


(38)

Dari rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, di antaranya adalah:

a) Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pembelajaran 1947)

Rencana pembelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Kurikulum ini memiliki tujuan yang tidak hanya menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Dalam kurikulum 1947 terdapat dua hal pokok yaitu: (1) Daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya, (2) Garis–garis besar pengajaran. Rencana pembelajaran 1947 baru dilaksanakan oleh sekolah-sekolah pada tahun 1950.

b) Kurikulum 1952 (Rencana Pembelajaran Terurai)

Pada tahun ini Menteri P dan K, yang dijabat oleh Mr. Soewandi, melakukan usaha untuk mengubah sistem pendidikan dan pengajaran. Kemudian, Menteri P dan K membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran dalam rangka mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Hasil kerja panitia tersebut adalah terkait kurikulum rencana pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus mempertahankan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud 1979:108): (1) Pendidikan pikiran harus dikurangi, (2) Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian, (3) Pendidikan


(39)

watak, (4) Pendidikan jasmani, dan (5) Kewarganegaraan dan masyarakat

Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 dikeluarkan, lahirlah beberapa hal penting: (1) Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak memiliki dasar–dasar pengetahuan, kecakupan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin serta mengembangkan bakat dan kesukaannya.

(2) Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat.

(3) Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajar agar dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup kemasyarakatan.

c) Rencana Pembelajaran 1964

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum yang menitikberatkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karya dan moral. Rencana pendidikan tersebut dikenal dengan istilah Pancawardhana, karena terdiri dari lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan dan jasmaniah. Pada saat itu


(40)

pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak.

d) Kurikulum 1968

Pada kurikulum ini lebih menitikberatkan pada peningkatan mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina atau mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964. Pembaharuan pada kurikulum 1968 mencakup pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakupan khusus. Dilihat dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: (1) Kelompok pembinaan pancasila, (2) Pengetahuan dasar, dan (3) Kecakapan khusus (dengan total jumlah pelajaranya sembilan).

e) Kurikulum Berorentasi Pancapaian Tujuan (1975-1994)

Dari rentang waktu 1975-1994 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, di antaranya adalah:


(41)

(1) Kurikulum 1975

Pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan intruksional umum, tujuan intruksional khusus dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui kurikulum tersebut.

Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan lulusannya: (a) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai negara yang baik, (b) Sehat jasmani, dan rohani, (c) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar, yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, (d) Bekerja di masyarakat, (e) Mengembangkan didri sesuai asas lingkungan hidup.

(2) Kurikulum 1984

Pada dasarnya materi pada kurikulum 1984 ini tidak banyak berbeda dengan materi kurikulum 1975, yang berbeda adalah organisasi pelaksanaannya saja, sehingga dengan demikian kurikulum 1984 dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan buku-buku yang telah ada sebelumnya. Semua pendekatan dalam proses


(42)

pembelajaran pada kurikulum sekolah dasar 1984 diarahkan guna membentuk keterampilan murid.

Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah adanya cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sistem spiral. Di sini siswa akan lebih dilibatkan dalam pengembangan proses belajar mengajar. Meski sistem instruksional masih tetap dipertahankan namun siswa diberi kebebasan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ada pula sistem spiral yang setiap jenjang pendidikan mata pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi. Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka materi yang diberikan akan semakin dalam dan detail.

(3) Kurikulum 1994

Dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum 1984 disempurnakan kembali lewat kurikulum 1994. Pelaksanaan kurikulum 1994 dimulai pada tahun 1994/1995 dan diterapkan pada kelas 1 dan 4 SD, kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA . Dengan demikian, di dalam jangka waktu 10 tahun seluruh Kurikulum 1994 telah dilaksanakan.


(43)

f) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Kurikulum 1994 digantikan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), seiring pergantian kekuasaan. Kurukulum ini mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidkan di sekolah memmilki kompetensi yang diinginkan karena konsentrasi kompetensi adalah pada perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencakup beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk membantu siswa mengusai kompetensi-kompetensi agar tujuan pembelajaran tercapai.

g) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) ini disusun untuk menjalankan amanah yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich 2009:1). Guru memiliki otoritas dalam mengembangakan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing-masing.


(44)

h) Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara seimbang.

Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan Kurikulum 2013:

(1) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar yang menyangkut metodolgi pembelajaran yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi baru mencapai rata-rata 46,66.

(2) Kompetensi akademik dimana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa. (3) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak

bertindak asosial kepada siswa dan sederajat lainnya. (4) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru

sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa. i) Kurikulum 2013 Edisi Revisi

Menurut Anbarini (2016), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan perbaikan terhadap Kurikulum 2013. Setiap perbaikan dan pengembangan yang dilakukan pemerintah terhadap kurikulum dari waktu ke waktu bertujuan untuk menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.


(45)

Beberapa perbaikan yang dilakukan oleh Kemmendikbud di antaranya:

(1) Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada Semua Pelajaran.

Sebelum adanya perbaikan kurikulum, guru setiap mata pelajaran diberi beban formal untuk melakukan pembelajaran dan penilaian terhadap kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn, pembelajaran sikap spiritual dan sosial dilaksanakan melalui pembelajaran langsung dan tidak langsung. Selain kedua guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn, pembelajaran sikap spiritual dan sosial dilaksanakan melalui pembelajaran tidak langsung.

(2) Koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen.

Perbaikan dilakukan dengan memperbaiki dokumen Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), silabus, serta buku teks pelajaran. Perbaikan tersebut berdasarkan masukan-masukan yang diberikan masyarakat, seperti guru, pegiat pendidikan, praktisi, pemerhati pendidikan, serta masyarakat umum.


(46)

(3) Pemberian Ruang Kreatif Kepada Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum.

Pemberian ruang kreatif itu membuat guru memiliki otonomi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong pembelajaran yang aktif. Perbaikan itu juga menekankan bahwa pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran. Guru memiliki keleluasaan dalam mengembangkan pengalaman belajarnya bagi peserta didik. (4) Penataan Kompetensi yang Tidak Dibatasi oleh

Pemenggalan Taksonomi Proses Berpikir.

Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 yang telah direvisi tidak dibatasi oleh tingkatan taksonomi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah supaya terlihat bahwa dalam jenjang pendidikan tersebut siswa mampu membangun kemampuan berpikir tinggi (High Orded Thinking Skill) dengan berbagai kategori pengetahuan. e. Implementasi Kurikulum 2013

1) Pengertian Implementasi

Menurut Arifin (2015), Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.


(47)

Pengertian implementasi juga dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu:

a) Menurut Cleaves (oleh Wahab 2008;187), secara tegas menyebutkan bahwa implementasi itu mencakup proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik.

b) Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2008: 65) Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Secara umum, implementasi adalah suatu yang dijalankan berdasarkan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2) Implementasi Standar Proses Pembelajaran

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengatur tentang Standar Proses pada Kurikulum 2013 edisi revisi. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, selanjutnya disebut Standar Proses Pembelajaran, merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.

Peraturan ini menjelaskan bahwa proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,


(48)

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas dan laboratorium, penilaian proses dan hasil pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Sebelum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ini diberlakukan, standar proses pendidikan di Indonesia menganut sistematika yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.


(49)

Seiring dengan diberlakukannya Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses antara lain: (1) Pengalaman Mengajar Guru, (2) Ketersediaan Sumber Belajar Guru, dan (3) Frekuensi Mengakses Internet.

2. Pengalaman Mengajar Guru

Pengalaman adalah sesuatu yang sudah dialami dalam kurun waktu yang lama. Menurut Achmad Sugandi (Achmad Sugandi, 2004: 7), mengajar adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi siswa belajar sedemikian rupa sehingga siswa belajar itu memperoleh kemudahan. Ketika guru memasuki dunia kerja ia pasti akan dihadapkan pada berbagai keadaan, baik yang mendukung ataupun yang dihadapi oleh guru tersebut. Tentunya akan mendorong guru untuk mencari jalan keluar penyelesaiannya. Beberapa definisi mengajar (Nasution,1982: 8) :

a. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak

Pada definisi a, tujuan mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh anak. Anak dianggap pasif. Pengajaran bersifat teacher-centered, dan gurulah yang memegang peranan utama. Sering ilmu pengetahuan kebanyakan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari.


(50)

Definisi b hampir bersamaan dengan a. Dalam hal ini,anak-anak diharapkan mampu mengenal kebudayaan dari berbagai dunia dengan baik. Tetapi ada pula yang mengharapkan agar anak-anak tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi agar mereka juga turut membantu memperkaya kebudayaan itu dengan menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa berubah itu.

c. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar

Pada definisi c, mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yakni mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Yang belajar adalah anak itu sendiri berkat kegiatannya sendiri. Guru membimbing anak dalam belajar dengan memanfaatkan lingkungan (termasuk dirinya), buku-buku, alat-alat peraga, lingkungan, sumber lain dan sebagainya. Berdasarkan definisi ini, pelajaran lebih bersifat pupil-centered, dan guru berperan sebagai“manager of learning”.

Kalau kita menerima definisi c, maka kita peroleh beberapa kesimpulan: 1) Mengajar berarti membimbing aktivitas anak. Tugas guru adalah

mengatur lingkungan serta membimbing aktivitas anak. Dalam mengajar, guru senantiasa harus bertanya kepada dirinya, aktivitas apakah yang dapat diberikan kepada anak, dan apakah yang dapat dikerjakan oleh anak. Oleh sebab itu, hendaknya aktivitas anak tidak


(51)

hanya dari mendengarkan guru saja, tetapi juga berasal aktivitas lain yang mampu menambah keefektifan pembelajaran di kelas.

2) Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman adalah interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi itulah anak itu belajar. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh anak, anak-anak memperoleh pengertian-pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan dan lain-lain. Lingkungan itu jauh lebih luas dari pada hanya buku dan kata-kata guru saja. Seluruh lingkungan, alam sekitar, manusia, jabatan-jabatan, gedung-gedung, lembaga-lembaga, binatang-binatang, tanaman-tanaman, perusahaan dan sebagainya, merupakan sumber pengalaman bagi anak-anak. Pelajaran hendaknya dihubungkan dengan kehidupan anak dalam lingkungannya.

3) Mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Apa yang diajarkan hendaknya jangan semata-mata ditujukan kepada ujian tetapi juga digunakan untuk menambah pengetahuan. Anak-anak belajar agar bakatnya berkembang. Pelajaran sekolah hendaknya dapat berguna bagi siswa dalam: (1) mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya, (2) mendidik anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk lingkungan sosialnya, dan (3) belajar berpikir, merasa dan berbuat sesuai dengan norma-norma lingkungannya.

Menurut Suyatno (Suyatno, 2008: 111) pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik tertentu sesuai


(52)

dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok manyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat tugas keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang. Lebih lanjut Suyatno (Suyatno, 2008: 11), masa kerja atau pengalaman mengajar dihitung sejak yang bersangkutan bekerja sebagai guru baik sebagai PNS maupun non PNS. Baik guru PNS maupun non PNS perlu ada bukti fisik yang menyatakan bahwa yang bersangkutan mengajar pada sekolah tersebut. Menurut Widoyoko (dalam Muhammad Rakib dkk 2016) pengalaman mengajar pada hakikatnya merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami selama proses mengajar. Hal-hal yang dikuasai meliputi pengetahuan, keterampilan maupun nilai-nilai yang menyatu pada aspek pengajaran.

Di dalam menekuni bidangnya, semakin lama guru dalam masa kerjanya maka guru semakin memiliki banyak pengalaman serta wawasan. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh guru dalam mengajar, guru memiliki banyak wawasan dapat digunakan guru untuk menyiapkan pelaksanaan pembelajaran seperti yang diatur dalam setiap Permendikbud tentang proses pembelajaran.

Dengan wawasan dan pengalaman yang dimiliki, guru akan membantu dirinya sendiri untuk lebih memahami implementasi Permendikbud yang baru karena kurikulum yang saat ini sering berganti. Guru yang berpengalaman lebih siap untuk menyiapkan administrasi guru


(53)

yang di dalamnya mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, pengalaman mengajar guru dapat mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud, semakin lama pengalaman mengajar semakin tinggi kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Sebaliknya, semakin sedikit pengalaman mengajar semakin rendah kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.

3. Ketersediaan Sumber Belajar

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat 1 menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan (Musfah, 2011: 101). Hal tersebut merupakan penunjang kegiatan belajar mengajar. Tanpa sarana dan prasarana, proses pembelajaran di dalam kelas tidak akan berjalan dengan lancar.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan sumber belajar bagi komunitas, sekolah, khususnya guru dan murid. Menurut Mulyasa sumber belajar atau sumber pelajaran dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang


(54)

dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan. Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat membantu pengembangan kompetensi dan profesionalisme guru, karena guru bisa belajar pada waktu senggangnya di tempat yang sangat dekat dengan atau di lingkungan tempat ia bekerja (Musfah, 2011: 101).

AECT (Sitepu, 2014: 19) mendefinisikan sumber belajar adalah segala sesuatu yang digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi untuk mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar menurut AECT dibedakan menjadi 6 (enam) jenis yaitu; pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar (Warsita, 2008: 209).

a. Pesan (message) adalah informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data. Contoh; isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan formal, dan non formal maupun dalam pendidikan informal.

b. Orang adalah orang-orang yang bertindak sebagai penyimpan dan atau penyalur pesan. Contoh; guru, dosen, guru pembimbing, guru Pembina, tutor, siswa, pemain, pembicara, instruktur dan panatar.

c. Bahan adalah Barang-barang (lazim disebut media atau perangkat lunak/software) yang biasanya berisi pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan. Kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian. Contoh; buku, modul, majalah, bahan


(55)

pengajaran terprogram transparansi, film, video tapel, pita audio (kaset audio), filmstrip, microfiche, dan sebagainya.

d. Alat adalah barang-barang (lazim disebut perangkat keras/hardware) digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat dalam bahan.Contoh; proyektor slide, proyektor filmstrip, proyektor overhead (OHP), monitor televisi, monitor computer, kaset rekorder, pesawat radio, dan lain-lain.

e. Sumber belajar selanjutnya adalah teknik. Dalam hal ini teknik diartikan sebagai prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan, alat, tata tempat dan orang untuk menyampaikan pesan. Contoh; Simulasi, diskusi, ceramah, pemecahan masalah, tanya jawab dan sebagainya.

f. latar merupakan lingkungan dimana pesan diterima oleh siswa. Contoh; Lingkungan fisik: gedung sekolah, perpustakaan, pusat sarana belajar, studio, museum, taman, peninggalan sejarah; lingkungan non fisik: penerangan, sirkulasi udara.

Sumber belajar yang tersedia membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dalam proses pembelajaran dan membantu guru menambah informasi yang akurat dan. Selain itu, sumber belajar juga dapat membantu guru untuk mencapai kompetensi lulusan. Guru yang dilengkapi dengan sumber belajar yang memadai akan sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran maupun menggali informasi. Sumber belajar mampu digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.


(56)

Berdasarkan uraian diatas, sumber belajar yang semakin baik dapat mempengaruhi guru dalam profesionalitas yang dapat membantu dalam kemampuan mengimplementasikan Permendikbud. Semakin tinggi tingkat ketersediaan sumber belajar semakin tinggi kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Sebaliknya semakin rendah tingkat ketersediaan sumber belajar, semakin rendah kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.

4. Frekuensi Mengakses Internet

Frekuensi (KBBI, 1990) diartikan sebagai kekerapan. Selain itu frekuensi juga berarti jumlah munculnya suatu kata atau bahasa dalam suatu teks. Masih banyak arti frekuensi yang diungkapkan oleh KBBI, namun secara umumnya frekuensi dipahami sebagai kekerapan munculnya suatu hal dalam batasan tertentu. Kata akses memiliki dua arti (Belani, 2011): 1) Pencapaian berkas pada disket untuk penulisan untuk atau pembacaan

data.

2) Jalan masuk terusan

Mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas. Informasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar dan berita tentang sesuatu. Akses adalah kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu atau hak untuk memperoleh sesuatu kekuasaan (Ribot dan Peluso: 2003) Kata akses merupakan kosakata dalam Bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa


(57)

Inggris yaitu access yang berarti jalan masuk. Akses menurut KBBI berarti jalan atau izin masuk dari suatu tempat/wilayah baik yang dapat dilihat dengan mata ataupun tidak dimana kita dapat berhubungan dengan sumber daya yang ada di wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki.

Internet berasal dari kata interconection networking yang mempunyai arti hubungan komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan lainnya. Adanya internet mempermudah dalam mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Adapun manfaat yang didapat dari internet (Hernandono, 1998: 188) sebagai berikut:

1) Mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi, seperti informasi kesehatan, rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani dan social. 2) Mendapatkan informasi untuk kehidupan professional/pekerjaan,

seperti sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi bisnis, dan berbagai forum komunikasi.

3) Sebagai sarana untuk kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu, batas negara, ras, kelas ekonomi, ideologi, atau faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran pikiran.

4) Sebagai sarana bisnis, termasuk iklan dan publikasi secara online, bisnis baru (koneksi ke internet dan web page), alternative cetak jarak


(58)

jauh, jenis layanan baru untuk pelanggan, jasa surat elektronik dan bulletin board.

5) Sebagai media komunikasi, termasuk untuk mengikuti perkembangan teknologi, menjembatani lembaga pemerintah, universitas, sekolah, laboratorium dan penelitian.

6) Sebagai penunjang pendidikan jarak jauh. 7) Sebagai sarana hiburan dan hobi.

8) Dapat menekan baiya administrasi pengiriman pesan, fax, gambar dan biaya cetak (keuntungan tidak langsung)

9) Dapat memperluas wawasan masyarakat. 10) Globalisasi informasi

11) Sumber data tersedia

12) Merupakan sarana diskusi global bagi para professional, peneliti, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Mengakses informasi melalui internet berarti jalan atau cara untuk mencapai suatu berita atau informasi melalui suatu sistem jaringan komputer (internet). Jadi, frekuensi mengakses internet yaitu seringnya guru dalam mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet.

Keberadaan internet dan segala fasilitas yang ada dapat memberikan pengetahuan baru ataupun menelusuri berbagai peraturan baru mengenai perubahan-perubahan kurikulum. Di era digitalini, banyak informasi bisa kita dapatkan dari jaringan internet karena banyak sekali informasi saat ini


(59)

dipublikasikan melalui jaringan intenet. Semakin sering kita mengakses internet maka semakin banyak informasi yang bisa kita dapatkan.

Begitu juga halnya dengan guru. Guru bisa memperoleh lebih banyak informasi dengan mengakses jaringan internet terhadap hal-hal baru yang sekarang banyak dipublikasikan di dalamnya. Selain itu terdapat juga penjelasan-penjelasan mengenai ulasan peraturan yang baru yang bisa kita dapatkan karena banyak guru-guru lain yang bertukar pikiran terhadap perubahan kurikulum dan peraturan menteri terbaru yang dipublikasikan melalui internet. Sehingga guru dapat mempelajari peraturan baru tersebut dengan mudah dengan mengakses informasi-informasi dari jaringan di internet.

Berdasarkan uraian diatas, frekuensi mengakses internet bermanfaat bagi guru dalam memperoleh informasi tentang perubahan kurikulum dan cara mengimplementasikan Permendikbud tersebut. Semakin sering guru mengakses internet, maka semakin banyak informasi yang diperoleh sehingga semakin tinggi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Semakin jarang guru dalam mengakses internet, maka semakin sedikit informasi yang diperoleh sehingga semakin rendah kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.


(60)

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rakib dkk (2016). Penelitian ini bertujuan menelaah kausalitas antar variabel untuk menjelaskan suatu fenomena tertentu dan membuktikan hubungan atau pengaruh antar variabel. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan regresi linier. Hasil analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa pengalaman mengajar guru termasuk dalam kategori baik dilihat dari masa kerja guru, keterampilan mengajar dan penguasaan terhadap pekerjaan. Namun demikian, hipotesis yang menyatakan ada pengaruh secara signifikan pengalaman mengajar terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu yang memiliki latar belakang pendidikkan dalam bidang pendidikan ekonomi di Kabupaten Toraja Utara diterima. Hal ini didukung dari hasil analisis Regresi yang menunjuk nilai thitung untuk variable pengalaman mengajar sebesar 7,254 dengan nilai p (Sig.) sebesar 0,000. Karena nilai p yang diperoleh < 0,05 maka H0ditolak. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yama (2015). Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket atau kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial dengan


(61)

menggunakan regresi linier. Namun demikian, hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh terhadap Pelatihan Guru, Kompetensi Guru dan Pemanfaatan Sarana Prasarana terhadap Kesiapan Guru Prodi Bisnis Manajemen dalam Implementasi Kurikulum 2013 SMK N 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2014/2015 diterima.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Arief Sadjiarto (2015). Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis Chocran Q-Test. Namun demikian, hipotesis yang menyatakan adanya pemanfaatan internet bagi guru Akuntansi SMK-BM di Salatiga sebagai sumber belajar diterima. Hal ini didukung dari hasil analisis nilai Qhitungadalah 11.582 berada pada signifikansi > 0.05.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan teoritik dan kajian penelitian di atas dapat dijelaskan mengenai objek permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.

1. Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.

Pengalaman adalah sesuatu yang sudah dialami dalam kurun waktu yang lama. Mengajar adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi siswa belajar sedemikian rupa sehingga siswa belajar itu memperoleh kemudahan. Guru yang memiliki pengalaman mengajar yang lama banyak


(62)

memiliki wawasan sehingga guru dapat dengan mudah mengimplementasikan peraturan menteri yang baru. Pengalaman mengajar guru juga mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Semakin lama guru memiliki pengalaman mengajar akan semakin mampu dalam mengimplementasikan peraturan menteri yang baru karena memiliki wawasan yang lebih banyak tentang perencanaan pembelajaran yang membuat guru semakin mudah untuk menimplementasikan. Sedangkan guru yang memiliki pengalaman yang lebih sedikit kurang mampu untuk mengimplementasikan peraturan menteri yang baru mengenai proses pembelajaran karena wawasan yang dimiliki belum cukup banyak seperti guru yang memiliki pengalaman yang lebih lama. Dengan demikian, ada dugaan bahwa semakin lama pengalaman mengajar guru maka semakin tinggi kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Sebaliknya semakin sedikit pengalaman mengajar guru maka semakin rendah kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.

2. Pengaruh Ketersediaan Sumber Belajar terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.

AECT mendefinisikan sumber belajar adalah segala sesuatu yang digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi untuk mempermudah siswa dalam mencapai tujuan


(63)

belajarnya. Ketersediaan sumber belajar yang baik di sekolah dapat membantu peserta didik terlebih lagi guru dalam proses pembelajaran. Sumber belajar yang digunakan guru dapat menyampaikan informasi kepada peserta didik dengan sangat baik. Di samping itu, guru juga dapat memperoleh informasi yang lebih akurat. Guru yang dilengkapi dengan sumber belajar yang memadai akan sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran maupun menggali informasi. Sumber belajar mampu digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik sumber belajar yang tersedia maka semakin baik pula guru dalam mendapatkan informasi dan memberikannya kepada. Sebaliknya semakin rendah sumber belajar tersedia maka guru semakin sulit mendapatkan informasi dan memberikannya kepada peserta didik. Dengan demikian, ada dugaan bahwa semakin tinggi tingkat ketersediaan sumber belajar semakin tinggi kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Sebaliknya semakin rendah tingkat ketersediaan sumber belajar, semakin rendah kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.

3. Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.

Mengakses informasi melalui internet berarti jalan atau cara untuk mencapai suatu berita atau informasi melalui suatu sistem jaringan


(64)

komputer (internet). Frekuensi mengakses internet yang dimaksud di sini adalah seringnya guru dalam mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet. Banyak sekali informasi yang kita dapatkan melalui jaringan internet. Kemudahan dalam memperoleh informasi bermanfaat bagi guru untuk membuka berbagai situs yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Semakin sering guru mengakses internet semakin banyak pula informasi yang bisa didapatkan oleh guru karena banyaknya informasi yang dipublikasikan melalui internet. Guru yang kurang memahami mengenai peraturan yang baru tersebut bisa mendapatkan penjelasan dari netizan yang membuat ulasan-ulasan atau penjelasan mengenai peraturan yang baru yang bisa didapatkan dengan mengakses informasi dari internet. Semakin guru tidak sering mengakses informasi dari internet maka guru akan semakin tertinggal dan kurang mendapatkan informasi. Dengan demikian, ada dugaan bahwa semakin sering guru mengakses internet, maka semakin banyak informasi yang diperoleh sehingga semakin tinggi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Semakin jarang guru dalam mengakses internet, maka semakin sedikit informasi yang diperoleh sehingga semakin rendah kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.


(65)

D. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat dirumuskan Hipotesis sebagai berikut:

1. 0 = Tidak ada pengaruhpositifpengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

1 = Ada pengaruh positif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

2. 0 = Tidak ada pengaruhpositfketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

1= Ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

3. 0= Tidak ada pengaruhpositiffrekuensi guru mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud No 22 Tahun 2016

1 = Ada pengaruhpositiffrekuensi guru mengakses internet guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud No 22 Tahun 2016


(66)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Ex-post facto atau penelitian non-eksperimental. Menurut Kerlinger (dalam Emzir, 2009: 119), Penelitian Ex-post facto merupakan penyelidikan empiris yang sistematis di mana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang adanya hubungan di antara variabel bebas dan variabel terikat, tanpa intervensi langsung.

Penelitian ini termasuk Ex-post facto karena akan mengungkap tentang kemampuan guru berdasarkan pengalaman mengajar, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet dalam mengimplementasikan standar proses dan standar penilaian menurut kurikulum 2013 yang sudah terjadi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 7 SMK Negeri yang ada di Kota Yogyakarta. Data SMK Negeri yang terdaftar di Dikpora Kota Yogyakarta tersaji pada Tabel 3.1 berikut ini:


(67)

Tabel 3.1

Tempat Penelitian SMK Negeri di Kota Yogyakarta

No Nama Sekolah Status Kecamatan

1. SMK N 01 Negeri Gedongtengen

2. SMK N 02 Negeri Jetis

3. SMK N 03 Negeri Jetis

4. SMK N 04 Negeri Umbulharjo

5. SMK N 05 Negeri Umbulharjo

6. SMK N 06 Negeri Umbulharjo

7. SMK N 07 Negeri Jetis

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Maret Tahun 2017. Sedangkan waktu pengumpulan datanya dilakukan pada Bulan Maret Tahun 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah guru dengan status PNS di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditetapkan sebagai sampel.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.


(68)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang menjadi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80). Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang lebih besar, yang populasinya mencakup guru-guru SMA Negeri dan SMK Negeri di Kota Yogyakarta yang jumlahnya 1.479 orang. Berikut Tabel 3.2 yang memuat data populasi guru di DIY.

Tabel 3.2

Data Populasi Guru SMK Negeri dan SMA Negeri Yogyakarta

No Sekolah Populasi

A. Jumlah Guru di SMK Negeri Yogyakarta

1. SMK N 1 Yogyakarta 68 guru

2. SMK N 2 Yogyakarta 183 guru

3. SMK N 3 Yogyakarta 172 guru

4. SMK N 4 Yogyakarta 140 guru

5. SMK N 5 Yogyakarta 107 guru

6. SMK N 6 Yogyakarta 113 guru

7. SMK N 7 Yogyakarta 93 guru

Jumlah 876 guru B. Jumlah Guru di SMA Negeri Yogyakarta

1. SMA N 1 Yogyakarta 57 guru

2. SMA N 2 Yogyakarta 65 guru

3. SMA N 3 Yogyakarta 66 guru

4. SMA N 4 Yogyakarta 51 guru

5. SMA N 5 Yogyakarta 57 guru

6. SMA N 6 Yogyakarta 52 guru

7. SMA N 7 Yogyakarta 51 guru

8. SMA N 8 Yogyakarta 50 guru

9. SMA N 9 Yogyakarta 42 guru

10. SMA N 10 Yogyakarta 51 guru

11. SMA N 11 Yogyakarta 61 guru

Jumlah 603 guru Total 1.479 guru


(69)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian ini ukuran sampel penelitian ditetapkan berdasarkan rumus Slovin (Noor, 2011: 158) sebagai berikut:

= 1 + ( )

Keterangan:

= jumlah/elemen sampel =Jumlah/elemen populasi

= Error level (tingkat kesalahan) 5% Perhitungan Sampel Guru:

= 1+ ( ( ) ( . ))

= 1 + 1479 (0.05)(1479) = 1 + (1479) (0.0025)(1479) = 4.69751479

= 314.8483236

Rumus di atas dengan margin error 5% diperoleh ukuran sampel sebesar 314.8483236. Dengan mempertimbangkan adanya kuesioner yang gugur maka ukuran sampel ditambah 10% maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:


(70)

Sampel = 315 + (10% x 315) Sampel = 346.5

Sampel = 347 (dibulatkan ke atas)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling dan sebaran populasi dan sampel pada SMK Negeri dan SMA Negeri se-kota Yogyakarta masing-masing mendapatkan jumlah sampel dengan perhitungan berikut:

a. Sampel SMK Negeri, Yogyakarta n

=

. 347 = 205,5254

b. Sampel SMA Negeri, Yogyakarta n

=

. 347 = 141,4746

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang lebih besar yang populasinya mencakup guru-guru PNS SMA dan SMK Negeri di kota Yogyakarta, penelitian ini difokuskan pada guru-guru di SMK Negeri di Kota Yogyakarta. Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah sampel guru PNS pada SMK Negeri se-kota Yogyakarta adalah 205,5254 atau 206 guru.

Selanjutnya peneliti menentukan jumlah responden dari setiap sekolah, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) menentukan persentase jumlah guru dari sekolah. Persentase yang dimaksud adalah 206/876 x 100% = 23,51598%, (b) menentukan jumlah sampel untuk masing-masing sekolah yang dijadikan sampel dengan cara mengalikan


(71)

23,51598% dengan jumlah guru masing-masing sekolah. Berikut Tabel 3.3 menunjukkan sebaran sampel responden dari setiap guru PNS dari 7 SMK Negeri Yogyakarta.

Tabel 3.3

Sebaran Sampel Guru PNS SMK Negeri Se-KotaYogyakarta

No Nama

Sekolah

Populasi Jumlah

Guru

Sampel Guru

Persentase

1. SMK N 01 68 16 23,51%

2. SMK N 02 183 43 23,51%

3. SMK N 03 172 40 23,51%

4. SMK N 04 140 33 23,51%

5. SMK N 05 107 25 23,51%

6. SMK N 06 113 27 23,51%

7. SMK N 07 93 22 23,51%

Total 876 206 23,51%

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 38). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Variabel Bebas

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus atau prediktor. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel independen (Sugiyono, 2012: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : (1)


(72)

pengalaman mengajar, (2) ketersediaan sumber belajar dan (3) frekuensi mengakses internet.

b. Variabel Terikat

Variabel ini sering disebut variable dependen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 39). Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.

2. Pengukuran Variabel Penelitian

Pengukuran variabel bebas dalam penelitian ini ditentukan sebagai berikut: (1) pengalaman mengajar diukur berdasarkan lamanya mengajar yaitu yang memiliki pengalaman mengajar 1 tahun diberi skor 1, yang memiliki pengalaman mengajar 2 tahun diberi skor 2 dan seterusnya. (2) Ketersediaan sumber belajar diukur dengan menggunakan pengukuran skala sikap dari Likert. (3) Frekuensi mengakses internet diukur berdasarkan rata-rata mengakses internet dalam satuan waktu jam per minggu, yaitu yang mengakses internet rata-rata 5 jam per minggu diberi skor 5, yang mengakses internet rata-rata 7 jam per minggu diberi skor 7 dan seterusnya. Variabel terikat diukur dengan menggunakan skala sikap dari Likert.

Variabel penelitian yang diukur dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi 4 opsi jawaban untuk setiap pernyataan, yaitu


(1)

187 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

188 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

189 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

190 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

191 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

192 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, frekuensi mengakses internet, dan pangkat golongan guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar P

0 0 234

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada

0 3 213

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

0 0 3

Lampiran Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

0 1 15

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent

0 0 277

Pengaruh pengalaman mengajar, tingkat pendidikan guru, dan kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah terhadap kemampuan implementasi PerMendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada

0 4 268

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman diklat, dan frekuensi Mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

1 1 238

Pengaruh kesibukan guru di sekolah, frekuensi mengakses internet, pangkat golongan terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

0 0 218

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016

0 0 246

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MATEMATIKA SMK NEGERI SE-KOTA PALOPO BERDASARKAN PENGALAMAN MENGAJAR

0 2 12