Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI,

PENGALAMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN

FREKUENSI MENGAKSES INTERNET GURU TERHADAP

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN

PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA GURU-GURU

PNS DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Yovita Kasih Purnamawati NIM: 131334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGARUH KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI,

PENGALAMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN

FREKUENSI MENGAKSES INTERNET GURU TERHADAP

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN

PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA GURU-GURU

PNS DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Yovita Kasih Purnamawati NIM: 131334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Orangtua saya

Kakak dan adik saya Kakung dan Nini saya Dosen Pembimbing saya

Bapak Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Teman spesial saya

Sahabat-sahabat payungan skripsi saya, Meoong Nyekripsi Teman-teman satu angkatan PAK 2013.


(6)

v MOTTO

Give thanks to the Lord, for He is good

(Psalm 136:1)

Bertanggungjawablah dengan apa yang menjadi pilihanmu

I can do all things through Christ which strengtheneth me

(Philippians 4:13)

Therefore I tell you, whatever you ask for in prayer, believe

that you have received it, and it will be yours

(Mark 11:24)

If you have a dream, then you shouldn’t give up no

matter

what. You can’t be successful if you don’t fail

(Jackson-GOT7)


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana selayaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Juli 2017 Penulis


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yovita Kasih Purnamawati

Nomor Mahasiswa : 131334053

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Santa Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi, Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan, dan Frekuensi Mengakses Internet Guru Terhadap Kemampuan Guru Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Pada Guru-Guru PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta Tahun 2017”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memplubikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 25 Juli 2017 Yang menyatakan


(9)

viii ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI,

PENGALAMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET GURU TERHADAP KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA GURU-GURU PNS DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

Yovita Kasih Purnamawati Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1) kemampuan teknologi informasi guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, 2) pengalaman pendidikan dan latihan guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, dan 3) frekuensi mengakses internet seorang guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.

Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto/non-experimental. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah guru-guru PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta yang berjumlah 876 guru, dengan teknik propotional sampling diambil sampel 206 guru. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) terdapat pengaruh positif dan signifikan kemampuan teknologi informasi terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan (Nilai Asymp. Sig 0,000 < α 0,05), 2) tidak terdapat pengaruh positif pengalaman pendidikan dan pelatihan terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan (Nilai Asymp. Sig 0,263 > α 0,05), dan 3) tidak terdapat pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan (Nilai Asymp. Sig 0,285 > α 0,05).


(10)

ix

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE ABILITY OF INFORMATION TECHNOLOGY, EDUCATION AND TRAINING EXPERIENCE, AND FREQUENCY OF ACCESSING INTERNET OF TEACHERS TOWARDS THE TEACHER’S ABILITY IN IMPLEMENTING THE DECREE OF EDUCATION MINISTER

NUMBER 23, 2016 ABOUT EDUCATIONAL ASSESSMENT STANDARDS ON CIVIL SERVANT TEACHERS AT STATE VOCATIONAL HIGH

SCHOOLS IN YOGYAKARTA, 2017

Yovita Kasih Purnamawati Sanata Dharma University

2017

The research aims to find out whether: 1) teachers ability information technology affects the teacher’s ability to implement the assessment standards based on The Decree of Education Minister Number 23, 2016, 2) the education and training experience affects the teacher’s ability to implement assessment standards based on The Decree of Education Minister Number 23, 2016, and 3) the frequency of accessing internet affects the teacher’s ability to implement assessment standards based on The Decree of Education Minister Number 23, 2016.

This research is an ex-post facto or non-experimental research. It was conducted from January to March 2017. The population of this research were 876 civil servant teachers in State Vocational High Schools in Yogyakarta. The samples were 206 teachers taken by propotional sampling. Data were collected by using questionnaires and analyzed by chi-square.

The results show that: 1) there is a significant and positive influence on the ability of information technology towards the teacher’s ability to implement The Decree of Education Minister Number 23, 2016 about Educational Assesment Standards (value of Asymp. Sig. 0,000 < α 0,05), 2) there is not a positive influence on education and training experience towards the teacher’s ability to implement The Decree of Education Minister Number 23, 2016 about Educational Assesment Standards (value of Asymp. Sig. 0,263 > α 0,05), and 3) there is not a positive influence on frequency of accesing internet towards the teacher’s ability to implement The Decree of Education Minister Number 23, 2016 about Educational Assesment Standards (value of Asymp. Sig. 0,285 > α 0,05).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas rahmat dan karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi, Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan, dan Frekuensi Mengakses Internet Guru Terhadap Kemampuan Guru Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada Guru-Guru PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta Tahun 2017” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;


(12)

xi

4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini;

5. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan dalam proses perkuliahan;

6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku Staf Sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar dan administrasi selama ini; 7. Ibu Dra. Darwestri selaku Kepala SMK Negeri 1 Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 1 Yogyakarta;

8. Bapak Drs. Sentot Hargiardi, M.M. selaku Kepala SMK Negeri 2 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Yogyakarta;

9. Bapak Drs. B. Sabri selaku Kepala SMK Negeri 3 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Yogyakarta;

10. Bapak Setyo Budi Sungkowo, S.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 4 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 4 Yogyakarta;


(13)

xii

11. Ibu Wiwik Indriyani, S.Pd., M.Si. selaku Kepala SMK Negeri 5 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 5 Yogyakarta;

12. Bapak Drs. Rustamaji, M.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 6 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 6 Yogyakarta;

13. Ibu Dra. Titik Komah Nurastuti selaku Kepala SMK Negeri 7 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 7 Yogyakarta.

14. Orang tua penulis, Fransiskus Xaverius Siyamto dan Marciana Tri Susilowati yang telah membimbing, membantu, mendukung, mendoakan dan memotivasi penulis selama ini;

15. Kakak dan adik penulis, Maria Luluh Astiputri dan Fransiskus Possenti Sandico Saputro yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis;

16. Kakung dan Nini penulis, Emannuel Rudjita dan Martina Radjinem yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis;

17. Alm. Mbah Kakung dan Ninek penulis, Paulus Somoredjo dan Aloysia Sijam, yang selama hidupnya telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis;

18. Pakdhe penulis, Rm. Atas Simon Wahyudi, Pr. yang telah membantu, memberi dukungan doa, dan memotivasi penulis selama ini;


(14)

xiii

19. Keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan doa dan memotivasi penulis selama ini;

20. Teman spesial penulis, Jacobus Adhyaksa yang telah membantu, mendukung, memotivasi penulis selama masa perkuliahan;

21. Sahabat-sahabat payungan skripsi penulis, Meoong Nyekripsi (Miltari, Melati, Lusi, Dorus, Wiwit, Maesti, Nyoti, Stephani, Johan Della, Kristin, Fanny, Herlin) yang telah memberikan dukungan, saran dan kritik, dan motivasi selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini;

22. Sahabat-sahabat penulis, Koplak’s, Holahop, Harta Karun, Bacem, Bunda dkk, Lucuks, Bahagia, Pak Gito’s Crew, Cah Dolan, Thai’s Vocational School, Kardusers, Sodarah, Grup’e Cah Atooss, Genk Ijo, Sapi Family, dan Perhimpunan Tanpa Nama yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan;

23. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan 2013 yang telah menjadi teman seperjuangan dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan;

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ini berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan wawasan bagi pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, Juni 2017 Penulis


(15)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 9


(16)

xv BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka ... 13

1. Kurikulum ... 13

2. Implementasi Kurikulum 2013 ... 28

3. Kemampuan Teknologi Informasi ... 32

4. Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan ... 35

5. Frekuensi Mengakses Internet... 39

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Berpikir ... 43

D. Rumusan Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 51

D. Populasi dan Sampel ... 52

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 58

G. Teknik Analisis Data ... 59

H. Teknik Deskripsi Data... 65

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 74


(17)

xvi

2. Deskripsi Variabel ... 77

B. Analisis Data ... 83

1. Pengujian Hipotesis ... 83

2. Pembahasan ... 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 104

B. Keterbatasan Penelitian ... 105

C. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan

Menengah ... 27

Tabel 3.1 Tempat Penelitian SMK Negeri di Kota Yogyakarta ... 51

Tabel 3.2 Data Sampel Guru SMK Negeri dan SMA Negeri Yogyakarta ... 52

Tabel 3.3 Sebaran Sampel Guru PNS SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 55

Tabel 3.4 Kriteria Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan ... 57

Tabel 3.5 Skor Pernyataan Sikap ... 58

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner ... 59

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian Guru Variabel Standar Penilaian (Pertama) ... 61

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian Guru Variabel Standar Penilaian (Kedua) ... 62

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian Guru Variabel Kemampuan Teknologi Informasi ... 63

Tabel 3.10 Kriteria Koefiensi Reliabilitas ... 64

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner Variabel Standar Penilaian .... 64

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner Variabel Standar Penilaian .... 65

Tabel 3.13 Kriteria Penentuan Derajat Asosiasi ... 71

Tabel 4.1 Data Responden Penelitian ... 73

Tabel 4.2 Data Responden Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74

Tabel 4.3 Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 75


(19)

xviii

Tabel 4.5 Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Pendidikan dan

Pelatihan ... 76

Tabel 4.6 Data Responden Guru Berdasarkan Pangkat Golongan Guru ... 77

Tabel 4.7 Deskripsi Implementasi Proses Penilaian Menurut Guru ... 78

Tabel 4.8 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Standar Penilaian ... 79

Tabel 4.9 Deskripsi Kemampuan Menurut Guru ... 80

Tabel 4.10 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Kemampuan Teknologi Informasi ... 81

Tabel 4.11 Data Responden Guru Berdasarkan Frekuensi Mengakses Internet ... 82

Tabel 4.12 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Frekuensi Mengakses Internet ... 83

Tabel 4.13 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 84

Tabel 4.14 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 86

Tabel 4.15 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 86

Tabel 4.16 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 89


(20)

xix

Tabel 4.17 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 90 Tabel 4.18 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Frekuensi

Mengakses Internet Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 91 Tabel 4.19 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet

Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 93


(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 112

Lampiran 2 Surat Penelitian Selesai ... 126

Lampiran 3 Kuesioner dan Lembar Jawaban ... 134

Lampiran 4 Tabulasi Data Responden Guru SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta... 141

Lampiran 5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 194

Lampiran 6 Deskripsi Butir Kuesioner ... 201

Lampiran 7 Deskripsi Data ... 210

Lampiran 8 Analisis Chi-Square ... 216


(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Kualitas SDM bergantung pada kualitas pendidikan dan peran pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh sebab itu, komponen dari sistem pendidikan nasional harus senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum. Definisi pendidikan (Rulam Ahmadi, 2014:38) menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia akan berjalan dengan sistematis, menggunakan perangkat atau yang biasa disebut kurikulum. Sedangkan pengertian kurikulum menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan peraturan


(23)

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hal ini berarti kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.

Berbicara tentang kurikulum di Indonesia saat ini, dikatakan bahwa di Inonesia selalu terjadi perbaikan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satu perubahan kurikulum yang terjadi yaitu perubahan KTSP ke Kurikulum 2013. Perubahan ini merupakan salah satu upaya memperbaharui setelah dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Kurikulum 2013 (Sunarti 2014:1-2) memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui konsep itu, keseimbangan antara hard skill dan soft skill dimulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian dapat diwujudkan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar, dan mengomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Melalui pendekatan ilmiah, diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang jauh lebih baik sehingga peserta didik akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif.


(24)

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Indonesia saat ini kembali melakukan perbaikan kurikulum yaitu dari Kurikulum 2013 lama ke Kurikulum 2013 Edisi Revisi. Kurikulum 2013 Edisi Revisi tersebut sebenarnya telah dilakukan sejak bulan Januari 2015 hingga akhir bulan Oktober 2015, perevisian Kurikulum 2013 dilakukan berdasarkan berbagai masukan dari publik para ahli dan para pegiat serta pemerhati pendidikan. Perubahan-perubahan yang terjadi dari Kurikulum 2013 yang lama ke Kurikulum 2013 Edisi Revisi yaitu penilaian sikap Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 sudah ditiadakan disetiap mata pelajaran. Penilaian Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 hanya ada pada mata pelajaran Agama dan PPKn namun Kompetensi Inti tetap dicantumkan dalam penulisan RPP. Jika ada 2 nilai praktek dalam 1 Kompetensi Dasar, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Untuk penghitungan nilai keterampilan dalam 1 Kompetensi Dasar ditotal (praktek, produk, dan portofolio) dan diambil nilai rata-rata untuk pengetahuan, bobot penilaian harian dan penilaian akhir semester itu sama. Pendekatan scientific approach 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar, dan mengomunikasikan) bukanlah satu-satunya metode saat mengajar dan apabila digunakan maka susunannya tidak harus berurutan. Silabus Kurikulum 2013 Edisi Revisi lebih ramping hanya 3 kolom yaitu Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Perubahan terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi penilaian akhir semester untuk semester 1 dan penilaian akhir tahun untuk semester 2.


(25)

Dan sudah tidak ada lagi UTS, namun langsung penilaian akhir semester. Dalam RPP Kurikulum 2013 Edisi Revisi tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran dengan rubik penilaian. Skala penilaian Kurikulum 2013 Edisi Revisi menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan dalam bentuk predikat dan deskripsi. Remedial diberikan untuk yang kurang namun sebelumnya peserta didik diberikan pembelajaran ulang. Nilai remidi adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil pembelajaran.

Segala perubahan peraturan pendidikan di Indonesia merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Perubahan kurikulum yang terbaru ini justru memicu keluhan-keluhan. Guru-guru merasa susah menyesuaikan dengan perubahan kurikulum yang baru dan akan bertahan dengan kebiasaan lama. Pergantian kurikulum yang terlalu sering juga menjadi masalah guru yang harus memenuhi tugas administrasi. Di antaranya, membuat program tahunan, program semester, silabus, rencana pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Di sela-sela mengajar, guru akan direpotkan segudang tugas administrasi tersebut. Jika administrasinya kocar-kacir, guru akan kesulitan naik pangkat. Sebab administrasi mengajar merupakan syarat wajib penilaian kenaikan pangkat. Kesulitan yang jelas adalah guru menjadi tidak fokus dalam menerapkan perubahan kurikulum. Guru-guru juga kurang memahami tentang kurikulum yang baru. Pendidikan dan Pelatihan Guru


(26)

tentang Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang terlalu mepet waktu masuk tahun ajaran baru membuat guru kurang persiapan, sehingga ketika guru menerapkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi ini tidak maksimal. Selain itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknologi informasi harus semakin berkembang sesuai dengan perkembangan IPTEK pula. Hal ini dikarenakan dengan adanya teknologi informasi guru semakin mudah untuk mengakses materi yang akan diberikan kepada peserta didik dan mengolah nilai peserta didik, misalnya dengan mengadakan UHBK (Ulangan Harian Berbasis Komputer) dimana guru akan memberikan soal kepada peserta didik melalui sebuah website dan nilai yang diperoleh oleh peserta didik dalam dilihat langsung oleh peserta didik, selain itu juga pemanfaat dan penggunaan ICT (Information and Communication Technologies) pada saat guru melaksanakan pembelajaran. Pada jaman yang modern ini pula guru sudah bisa menggunakan internet yang dapat digunakan untuk menunjang dalam penerapan Kurikulum 2013 Edisi Revisi, namun sayangnya masih sedikit contoh/informasi yang diberikan melalui internet mengenai Kurikulum 2013 Edisi Revisi.

Atas dasar kenyataan tersebut, hal inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti, sehingga penulis mengangkat judul: “Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi, Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan, dan Frekuensi Mengakses Internet Guru Terhadap Kemampuan Guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar


(27)

Penilaian Pendidikan pada Guru-Guru PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta Tahun 2017”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang di kemukakan di atas, penulis mengidentifikasi permasalahan yang dimunculkan dari judul yang penulis pilih dalam kaitannya dengan kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada SMK Negeri se-Kota Yogyakarta, diantaranya sebagai berikut:

1. Perubahan Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2013 Edisi Revisi, 2. Kurangnya kesiapan guru terhadap perubahan kurikulum,

3. Kurangnya keterampilan, pengetahuan, serta kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang diemban dan dilaksanakan,

4. Kekurangan dan kelemahan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013,

5. Kurangnya kemampuan menerjemahkan kurikulum ke dalam operasi pembelajaran,

6. Kurangnya pengalaman mengajar guru, tingkat pendidikan dan pangkat golongan guru yang masih rendah,

7. Kurangnya pengalaman pendidikan dan pelatihan guru yang berpengaruh pada kemampuan mengimplementasikan Kurikulum 2013 Edisi Revisi,


(28)

8. Kurangnya sumber belajar, penguasaan teknologi informasi dan frekuensi mengakses internet guru untuk menunjang kemampuan mengimplementasikan Kurikulum 2013 Edisi Revisi, dan

9. Kesibukan guru yang terlalu banyak sehingga mengganggu proses penilaian peserta didik oleh guru di sekolah.

C. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini dan minimumnya biaya penelitian, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

Kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi ditinjau dari Kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru, pengalaman pendidikan dan pelatihan/diklat guru, dan frekuensi mengakses internet seorang guru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan batasan masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:


(29)

Masalah Umum

Apakah latar belakang guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi?

Masalah Khusus

1.1 Apakah kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi?

1.2 Apakah pengalaman pendidikan dan latihan/diklat guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi?

1.3 Apakah frekuensi mengakses internet guru mempengaruhi mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi?


(30)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka diuraikan tujuan penelitian sebagai berikut:

Tujuan Umum

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah:

Latar belakang guru mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah:

1.1 Kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.

1.2 Pengalaman Pendidikan dan Latihan/diklat guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.

1.3 Frekuensi mengakses internet seorang guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.


(31)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dengan tujuan penelitian diatas maka dapat diuraikan manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan/pertimbangan dalam akademik tentang pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai:

1) Informasi tentang kemampuan guru mengimplementasikan standar penilaian pendidikan berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi dilapangan, supaya dapat menjadi bahan kajian lebih serius tentang kurikulum yang baru ini,

2) Pertimbangan dalam memperbaiki kurikulum di Indonesia, dan 3) Alat untuk memonitori seberapa siap sekolah-sekolah di Kota

Yogyakarta dalam menerapkan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi.


(32)

4) Bahan pertimbangan tentang pengadaan alat komunikasi, media pembelajaran online, dan jejaring sosial pada tingkat pusat yang dapat menunjang dalam penerapan Permendibud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi,

5) Bahan acuan dalam pemberian pendidikan dan pelatihan kepada guru yang sesuai agar dapat direalisasikan oleh guru dalam menerapkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi. b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai:

1) Bahan acuan sekolah untuk melihat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan berdasarkan kurikulum yang diterapkan di sekolah tersebut,

2) Bahan acuan guru dalam memahami perubahan Permendikbud dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi, dan

3) Pertimbangan untuk pengadaan alat/media komunikasi dan jejaring sosial yang diperlukan sekolah/guru/peserta didik yang dapat menunjang implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi.


(33)

3. Bagi perguruan tinggi

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan akademik mahasiswa/pembaca untuk menambah wawasan tentang pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi.


(34)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Pengertiaan kurikulun (Kurniasih, 2014:3) secara etimologis adalah tempat berlari dengan kata yang berasal dari bahasa Latin curir yaitu pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Kurikulum merupakan sesuatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis awal atau start sampai dengan finish. Dalam dunia pendidikan pengertian kurikulum adalah sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.

Dictionary of Education menyatakan bahwa curriculum is a general loverall plan of the content or specific studies of that the schollshoul ofter the student by way qualifying him for graduation or certification or for entrance intoa professional or a vocational field.

Menurut Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High School Curriculum (1965) memandang kurikulum sebagai, “all of the activities that are provided for students by the school.” Kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan

– kegiatan lain, di dalam dan diluar kelas, yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.


(35)

Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup tentang rencana pembelajaran, akan tetapi juga mencakup tentang segala sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik di dalam ataupun di luar kelas. Maka kurikulum bisa diartikan juga sebagai entitas pendidikan yang mengatur tentang kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

Kurikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah (Sukmadinata, 2013:27), yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai substansi adalah kurikulum dipandang sebagai rencana pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum sebagai sistem adalah sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi bagaimana cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan dinamis. Kurikulum sebagai suatu bidang studi berfungsi


(36)

sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum.

Secara umum kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh kepada peserta didik untuk mencapai tujuan persekolahannya.

b. Fungsi Kurikulum

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan tentang definisi kurikulum yang telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan definisi tersebut terdapat empat fungsi kurikulum (Reksoatmodjo, 2010:4-5), yaitu:

1) Kurikulum sebagai rencana. Kegiatan sebagai rencana kegiatan belajar mengajar dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai (Taba, 1962:11).

2) Kurikulum sebagai pengaturan. Pengaaturan dalam kurikulum dapat diartikan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran pada arah horizontal (ruang lingkup dan integrasi) dan vertikal (urutan dan kontinuitas).

3) Kurikulum sebagai cara. Pengorganisasian kurikulum mengisyaratkan penggunaan metode pembelajaran yang efektif berdasarkan konteks pembelajaran. Pemilihan metode mengajar


(37)

erat hubungannya dengan sifat materi pelajaran atau pratikum dan tingkat penguasaan yang ingin dicapai.

4) Kurikulum sebagai pedoman. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran harus memiliki kejelasan tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan kurikulum.

c. Perkembangan Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan sudah mengalami beberapa pergantian yang dikelompokan berdasarkan tiga kelompok kurikulum, yaitu rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum berorientasi kompetensi. Adapun perkembangan kurikulum yang telah terjadi di Indonesia (Kurniasih, 2014:10-22) adalah sebagai berikut: 1) Kurikulum Rencana Pembelajaran (1947-1968)

Dari rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, diantaranya adalah:

a) Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pembelajaran 1947)

Rencana pembelajaran 1947 sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dan kurikulum ini tujuannya tidak menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, karena hal itulah yang mendesak pada saat itu. Dalam kurikulum ini terdapat dua hal pokok yaitu: (1) daftar


(38)

mata pelajaran dan jam pelajarannya, dan (2) garis – garis besar pengajaran

Rencana pembelajaran 1947 baru dilaksanakan oleh sekolah- sekolah pada tahun 1950.

b) Kurikulum 1952 (Rencana Pembelajaran Terurai)

Pada tahun ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dijabat oleh Mr. Soewandi melakukan usaha untuk mengubah sistem pendidkan dan pengajaran. Kemudian dibentuklah Panitia Penyelidik Pengajaran dalam merangka mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Hasil dari panitia tersebut adalah menyangkut kurikulum rencana pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus mempertahankan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud,1979: 108): (1) pendidikan pikiran harus dikurangi, (2) isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian, (3) pendidikan watak, (4) pendidikan jasmani, dan (5) kewarganegaraan dan masyarakat. Maka setelah undang–undang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 dikeluarkan, maka lahirlah beberapa hal penting:

(1) Kurikulum pendidikan rendah ditunjukkan untuk menyiapkan anak memiliki dasar–dasar pengetahuan, kecakupan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin serta mengembangkan bakat dan kesukaanya.


(39)

(2) Kurikulum pendidikan menengah ditunjukkan untuk menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat masing- masing dan kebutuhan masyarakat.

(3) Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajaran agar dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup kemasyarakatan.

c) Rencana Pembelajaran 1964

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum yang menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karya dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana, karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak.

d) Kurikulum 1968

Pada kurikulum ini lebih menitik beratkan pada mempertinggi mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina atau mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.


(40)

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur pendidikan dan Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakupan khusus. Dilihat dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: (1) kelompok pembinaan pancasila, (2) pengetahuan dasar, (3) kecakapan khusus (dengan total jumlah pelajaranya sembilan).

2) Kurikulum Berorentasi Pancapaian Tujuan (1975-1994)

Dari rentang waktu 1975-1994 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, diantaranya adalah:

a) Kurikulum 1975

Pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan pendidikan. Dari tujuan pendidikan tersebut dijabarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan intruksional umum, tujuan intruksional khusus dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui kurikulum tersebut.


(41)

Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan lulusannya: (a) memiliki sifat-sifat dasar sebagai negara yang baik, (b) sehat jasmani dan rohani, (c) memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, (d) bekerja di masyarakat, dan (e) mengembangkan diri sesuai asas lingkungan hidup.

b) Kurikulum 1984

Pada dasarnya materi pada kurikulum 1984 ini tidak banyak berbeda dengan materi Kurikulum 1975, yang berbeda adalah organisasi pelaksanaanya saja, sehingga dengan demikian Kurikulum 1984 dapat dilaksanakn dengan memanfaatkan bahan-bahan dan buku-buku yang telah ada sebelumnya. Kemudian semua pendekatan dalam proses pembelajaran pada Kurikulum Sekolah Dasar 1984 diarahkan guna membentuk keterampilan murid untuk memproses.

Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah adanya Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan sistem spiral. Disini peserta didik akan lebih dilibatkan dalam pengembangan proses belajar mengajar. Meski sistem instruksional masih tetap dipertahankan namun peserta didik diberi kebebasan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ada pula sistem spiral yang setiap jenjang pendidikan mata pelajaran akan berbeda dari segi


(42)

kedalaman materi. Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka materi yang diberikan akan semakin dalam dan detail.

c) Kurikulum 1994

Lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional maka dirasa perlu menyusun suatu kurikulum baru sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1984. Kurikulum ini dilaksanakan dan diberlakukan mulai tahun 1994/1995 dan secara bertahap. Dimulai pada tahun 1994/1995 Kurikulum 1994 untuk kelas 1 dan 4 SD, kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA . Dengan demikian di dalam jangka waktu seluruh Kurikulum 1994 itu telah dilaksanakan.

3) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Kurikulum 1994 digantikan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), seiring pergantian kekuasaan. Kurukulum ini mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidkan di sekolah memmilki kompetensi yang diinginkan karena konsentrasi kompetensi adalah pada perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencakup beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Dan kegitan pembelajaran pun diarahkan untuk


(43)

membantu siswa mengusai kompetensi-kompetensi agar tujuan pembelajaran tercapai.

4) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) ini disusun untuk menjalankan amanah yang tercamtum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich 2009:1). Guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik peserta didik dan lingkungan di sekolah masing-masing.

5) Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara seimbang.

Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan Kurikulum 2013:

a) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar yang menyangkut metodologi pembelajaran yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi baru mencapai rata-rata 46,66. b) Kompetensi akademik dimana guru harus menguasai metode


(44)

c) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertinadak asosial kepada peserta didik dan sederajat lainnya. d) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai

seorang yang akan digugu dan ditiru peserta didik. 6) Kurikulum 2013 Edisi Revisi

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan resmi meluncurkan revisi Kurikulum 2013 di Depok pada tanggal 20 Februari 2016. Mulai Juli 2016, Kurikulum 2013 Edisi Revisi akan diberlakukan secara nasional. Perubahan Kurikulum 2013 pada tahun 2016 memiliki pokok bagian penting yang harus guru cermati. Berbagai perubahan kompetensi pada Kurikulum 2013 antara lain:

a) Nama Kurikulum menjadi Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang berlaku secara Nasional.

b) Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran, hanya mata pelajaran agama dan PPKn namun KI tetap dicantumkan dalam penulisan RPP.

c) Jika ada dua nilai praktik dalam 1 KD, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Perhitungan nilai keterampilan dalam 1 KD ditotal (praktik, produk, dan portofolio) dan diambil nilai rata-rata. Perhitungan nilai pengetahuan bobot penilaian harian dan penilaian akhir semester sama.


(45)

d) Pendekatan saintifik 5M bukanlah satu-satunya metode saat mengajar dan apabila digunakan susunannya tidak harus berurutan.

e) Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom, yaitu KD, meteri pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.

f) Perubahan terminology ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi penilaian akhir semester untuk semester 1 sedangkan penilaian akhir tahun untuk semester 2 dan sudah tidak ada lagi UTS langsung ke penilaian akhir semester.

g) Dalam RPP tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut rubrik penilaiannya (jika ada).

h) Skala penilaian menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan dalam bentuk predikat dan deskripsi.

i) Remedial diberikan untuk nilai siswa dibawah KKM namun sebelumnya peserta didik diberikan pembelajaran ulang. Nilai remedial inilah yang dicantumkan dalam hasil.

d. Perbaikan dalam Kurikulum 2013

Dari perkembangan kurikulum yang telah dilakukan dari masa ke masa, terdapat empat poin perbaikan dalam dokumen kurikulum (Jendela Pendidikan dan Kebudayaan, 2016: 6):


(46)

1) Kompleksitas pembelajaran dan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial,

2) Ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku,

3) Penerapan proses berpikir 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan) sebagai metode pembelajaran yang bersifat prosedural dan mekanistik, dan

4) Pembatasan kemampuan siswa melalui pemenggalan taksonomi proses berpikir antar jenjang.

Dari permasalahan tersebut maka maka dilakukan perbaikan dan pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu:

1) Penataan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada semua mata pelajaran, dilakukan sebagai pembelajaran tidak langsung dan tidak dinilai secara langsung oleh guru mata pelajaran,

2) Koherensi KI-KD penyelerasan dokumen dengan adanya penjelasan mengenai karakteristik mata pelajaran yang berisi tentang ruang lingkup materi, tata urutan penyajian pembelajaran, dan pentahapan per jenjang,

3) Pemberian ruang kreatif kepada guru dalam mengimplementasikan kurikulum tidak hanya menggunakan metode pembelajaran 5M yang dianggap sebagai satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran di semua mata pelajaran, dan


(47)

4) Penataan kompetensi yang tidak dibatasi oleh pemenggalan taksonomi proses berpikir dan pada perbaikan Kurikulum 2013 menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi yang ingin dibangun sejak dini pada siswa jenjang pendidikan dasar.

e. Struktur Kurikulum SMK/MAK

Kurikulum 2013 dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan SMK/MAK pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat peserta didik saat memeasuki pendidikan menengah. Untuk mewadahi konsep kesamaan muatan antara SMA/MA dan SMK/MAK, maka dikembangkan stuktur kurikulum pendidikan menengah, terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib mencakup sembilan mata pelajaran dengan beban belajar 24 jamper minggu. Isi kurikulum (KI dan KD) dan mata pelajaran pilihan akademik untuk SMA/MA serta pilihan akademik dan vokasional untuk SMK/MAK. Mata pelajaran pilihan ini memberi corak kepada fungsi satuan pendidikan dan didalamnya terdapat pilihan sesuai minat peserta didik. Beban belajar di SMA/MA untuk tahunX, XI, dan XII masing-masing 42, 44, dan 44 jam pelajaran per minggu satu jam belajar adalah 45 menit. Sedangkan beban belajar untuk SMK/MAK adalah 48 jam pelajaran per minggu. Oleh karena itu, struktur umum SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA, yakni ada tiga kelompok mata pelajaran: Kelompok A (Mapel Wajib A), B (Mapel


(48)

Wajib B), dan Kelompok C (Peminatan). Adapun contoh struktur umum program keahlian SMK/MAK (Panduan Penilaian Pada SMK, 2015: 6) terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Struktur Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan Menengah

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER MINGGU X XI XII Kelompok A (Wajib)

1. Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matematika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. BahasaInggris 2 2 2

Kelompok B (Wajib)

7. Seni Budaya 2 2 2

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga,

dan Kesehatan 3 3 3

9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan

B per minggu 24 24 24

Kelompok C (Peminatan)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik

(SMA/MA) 18 20 20

Mata Pelajaran Peminatan Akademik

dan Vokasi (SMK/MAK) 24 24 24

Jumlah Jam Pelajaran Yang Harus

Ditempuh Perminggu (SMA/MA) 42 44 44

Jumlah Jam Pelajaran Yang Harus


(49)

2. Implementasi Kurikulum 2013 a. Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan

dampak atau akibat terhadap

sesuatu.(http://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-teori.html).

Pengertian implementasi juga dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu:

1) Pendapat Cleaves (Wahab 2008;187), yang secara tegas menyebutkan bahwa implementasi itu mencakup “Proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumya.

2) Menurut Mazmanian dan Sebastiar (Wahab, 2008:68) implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.


(50)

3) Menurut Van Meter dan Van Horn (Wahab, 2008:65), implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

4) Menurut Friedrich (Wahab 2008:3), kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Secara umum implementasi adalah suatu yang dijalankan berdasarkan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

b. Implementasi Standar Penilaian Pendidikan

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 mengatur tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Kurikulum 2013 Edisi Revisi. Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah


(51)

proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Kriteria ketuntasan minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Lingkup penilaian terdiri dari penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek sikap,pengetahuan, dan keterampilan.

Tujuan penilaiaan yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan


(52)

untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian Kompetensi Lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidikdan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, penilaian hasil belajar oleh pendidikan dalam proses pengumpulan informasi/ catatan tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Sedangkan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/ data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah/ Madrasah.


(53)

Peraturan Menteri ini bertujuan mengatur penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah dalam pelaksanaan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Peraturan Menteri ini diberlakukan untuk menggatikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Selain itu Peraturan Menteri ini juga mendampingi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 antara lain : (1) Kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru, (2) Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan guru, dan (3) Frekuensi Mengakses Internet seorang guru.

3. Kemampuan Teknologi Informasi (TI)

Kemampuan adalah kesanggupan/kecakapan seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan.

Pengertian teknologi informasi (Kadir, 2003: 2) menurut: a) Haag dan Keen (1996) pengertian teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu seseorang untuk bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi, b) Martin


(54)

(1999) pengertian teknologi informasi merupakan teknologi yang tidak hanya pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang akan digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan mencakup teknologi komunikasi untuk mengirim informasi, dan 3) Williams dan Sawyer (2003) pengertian teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.

Teknologi informasi (Rusman, 2015: 84) diartikan sebagai teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi meliputi sistem-sistem komunikasi komunikasi seperti komputer (PC dan komputer genggam), televisi, video disk, dan video tape cassette.

Secara umum kemampuan teknologi informasi adalah kesanggupan/kecakapan seseorang dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi, seperti komputer dan segala perangkat yang terdapat didalamnya.

Teknologi informasi (Kadir, 2003: 24) juga dapat melahirkan fitur-fitur baru dalam dunia pendidikan. Sistem pengajaran berbasis multimedia (teknologi yang melibatkan teks, gambar, suara, dan video) yang dapat menyajikan materi pelajaran lebih menarik dan tidak monoton sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan melihat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.


(55)

Teknologi internetpun ikut berperan dalam menciptakan e-learning yang memudahkan peserta didik dalam pendidikan jarak jauh, pengiriman tugas, diskusi, dan penilaian tugas peserta didik.

Dengan guru menguasai teknologi informasi maka guru dapat mempermudah untuk melakukan pengajaran dan penilaian terhadap peserta didik. Selain itu guru juga mampu untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 Edisi Revisi dengan baik dan tepat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan seseorang dalam mengakses teknologi informasi dapat mempengaruhi pemahaman guru dalam memperoleh informasi dari teknologi yang semakin berkembang di zaman yang semakin modern ini. Semakin tinggi tingkat kemampuan teknologi informasi guru, maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman guru tentang standar penilaian. Dengan demikian dapat dilihat semakin tinggi tingkat kemampuan guru dalam memahami teknologi informasi, maka semakin tinggi kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Sebaliknya semakin rendah tingkat kemampuan guru dalam mamahami teknologi informasi, semakin rendah kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.


(56)

4. Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Pengalaman adalah apa yang sudah dialami dalam kurun waktu yang lama. Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian disebut pengetahuan. Dalam dunia kerja istilah pengalaman juga digunakan untuk merujuk pada pengetahuan dan ketrampilan tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan dengannya selama periode tertentu.

Menurut Prof. Dr. M.J. Langeveld pendidikan ditafsirkan sebagai bimbingan kepada anak untuk mencapai kedewasaan, yang kelaknya anak itu mampu berdiri sendiri dan mnegejar cita-cita. Pendidikan senantiasa merupakan proses refleksi dari situasi obyektif serta sarat sejarah yang konkrit pada waktu itu. Dalam GBHN dikatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, pendidikan dan pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan dan pelatihan (Basri, 2015: 34-36) saat ini merupakan suatu keharusan dilakukan oleh suatu organisasi dan tidak dapat


(57)

diabaikan karena hal ini dapat dipandang sebagai penanaman modal (investasi).

Pendidikan dan pelatihan yang terencana secara teratur menurut Tjiptoherijanto (1989), dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja yang sekaligus mengarah pada peningkatan produktivitas kerja. Dalam istilah lain dapat dikatakan bahwa tingkat penghasilan seseorang meningkat dengan bertambahnya tingkatan pendidikan dan pelatihan.

Oleh karena itu, sangat masuk akal apabila pendidikan dan pelatihan harus diperhatikan secara serius dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

a. Diklat sebagai Penyempurnaan

Keluaran pendidikan normal pada umumnya masih dalam keadaan siap latih. Terlebih lagi karena pendidikan di Indonesia masih bersifat massal karena mengutamakan pemerataan. Mereka belum siap dan mampu untuk memegang jabatan tertentu. Oleh karena itu, sumber daya manusia ini masih harus disempurnakan dalam satu diklat terprogram.

b. Diklat sebagai Pelayanan Kemajuan IPTEK

Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dihindari lagi sehingga apa yang dipelajar di bangku sekolah tahun ini mungkin telah berubah dan diperbaiki.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Chandler (Nurtain, 1983:85): “...Tiap tahun ilmuwan menemukan


(58)

fakta-fakta baru dan menyusun kembali yang lama sehingga mengubah bahan-bahan pelajaran di semua bidang. Karena pesatnya perkembangan IPTEK itu, karyawan suatu organisasi perlu

ditingkatkan kemampuanya untuk melayani kemampuan IPTEK.”

c. Diklat sebagai Wahana Promosi

Organisasi selalu ditingkatkan mutu pelayanannya pada setiap tingkatan jabatan yang ada dalam organisasi itu. Semakin tinggi jabatan, semakin dibutuhkan orang berkualitas. Peningkatan kualitas karyawan pada umumnya diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang direncanakan secara sistematis.

d. Diklat sebagai Pemenuh Aspirasi Masyarakat

Mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat sangat mendesak dikarenakan masyarakat dalam era informasi dan komunikasi bersedia membayar mahal asal urusan mereka dapat diselesaikan dengan cepat. Ramainya toko-toko swalayan, semakin tinggi minat masyarakat untuk membuka rekeningnya melalu ATM merupakan contoh bahwa setiap orang ingin mendapat pelayanan yang cepat dan unggul ini hanya mungkin dilayani oleh karyawa yang mampu dan terampil melalui pendidikan dan pelatihan.

e. Diklat sebagai Pemasuk Ide Inovatif

Mustahil pembaharuan dilaksanakan dalam kegiatan rutin. Hal ini karena kegiatan rutin menimbulkan kejenuhan yang menghalangi kemajuan lembaga atau organisasi. Oleh kakrena itu, diperlukan


(59)

penyegaran berupa ide inovatif yang sering diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.

f. Diklat sebagai Pengembang Keterampilan

Tugas-tugas dalam lembaga atau organisasi sering memerlukan keterampilan khusus. Oleh karena itu, karyawan yang akan menangani tugas itu harus mendapatkan pendidikan dan latihan khusus. Tanpa pembinaan dan pengembangan keterampilan ini, produktifitas karyawan akan menurun.

g. Diklat sebagai Perantara Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan dan pelatihan diperlukan tidak hanya untuk siswa belajar d sekolah dan perguruan tinggi, tetapi semua orang memerlukan diklat untuk kepentingan diri sendiri ataupun untuk kelompok masyarakat. Menurut Mukhtar Bukhari (1914), idealnya setiap manusia harus selalu berusahan agar masa depan lebih baik daripada hari ini. Setiap manusia idealnya selalu berikrar bahwa dalam setiap melakukan pekerjaan masing-masing, semakin lama akan semakin mahir dan profesional.

h. Diklat sebagai Pembentukan Etos Kerja Bermutu

Kecenderungan dan semangat kerja karyawan melakukan tugas tidak timbul dengan sendirinya, tetapi perlu dipupuk dan disempurnakan melalui berbagai kegiatan penyegaran secara matang. Dalam penyelenggaraan dan pelathan yang dikoordinasi dengan baik, etos kerja karyawan dapat meningkat.


(60)

Secara umum pendidikan dan pelatihan adalah suatu pengarahan tentang proses belajar mengajar guru untuk menunjang kemampuannya dalam proses pembelajaran di sekolah. Sehingga guru tersebut mempunyai keunggulan kompetitif dalam dunia pendidikan.

Dengan pengalaman pendidikan dan pelatihan guru yang maksimum dapat mempermudah untuk melakukan pengajaran dan penilaian terhadap peserta didik. Selain itu guru juga mampu untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 Edisi Revisi dengan baik dan tepat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengalaman pendidikan dan pelatihan guru, maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman guru tentang standar penilaian. Dengan demikian dapat dilihat semakin tinggi tingkat pengalaman pendidikan dan pelatihan guru, maka semakin tinggi kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Sebaliknya semakin rendah tingkat pengalaman pendidikan dan palatihan guru, maka semakin rendah kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.

5. Frekuensi Mengakses Internet

Frekuensi menurut KBBI diartikan sebagai kekerapan. Selain itu frekuensi juga berarti jumlah munculnya suatu kata atau bahasa dalam suatu teks. Masih banyak arti frekuensi yang diungkapkan oleh KBBI,


(61)

namun secara umumnya frekuensi dipahami sebagai kekerapan munculnya suatu hal dalam batasan tertentu.

Mengakses berasal dari kata akses, yang diberi imbuhan me- . dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akses memiliki dua arti : a) akses berarti pencapaian berkas pada disket untuk penulisan untuk atau pembacaan data, dan b) akses berarti jalan masuk terusan

Jadi mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas. Informasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar dan berita tentang sesuatu. Akses adalah kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu atau hak untuk memperoleh sesuatu kekuasaan (Ribot dan Peluso, 2003) Kata akses merupakan kosakata dalam Bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa Inggris yaitu access yang berarti jalan masuk. Akses berarti jalan atau izin masuk dari suatu tempat/wilayah baik yang dapat dilihat dengan mata ataupun tidak dimana kita dapat berhubungan dengan sumber daya yang ada di wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki.

Internet berasal dari kata interconection networking yang mempunyai arti hubungan computer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan lainnya.


(62)

Jadi, mengakses informasi melalui internet berarti jalan atau cara untuk mencapai suatu berita atau informasi melalui suatu sistem jaringan komputer (internet).

Jadi, frekuensi mengakses internet seorang guru yaitu seringnya guru dalam mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet.

Dengan frekuensi mengakses internet guru yang semakin sering dapat mempermudah untuk melakukan pengajaran dan penilaian terhadap peserta didik. Selain itu guru juga mampu untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 Edisi Revisi dengan baik dan tepat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin sering tingkat frekuensi mengakses internet guru, maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman guru tentang standar penilaian. Dengan demikian dapat dilihat semakin sering tingkat frekuensi mengakses internet guru, maka semakin tinggi kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Sebaliknya semakin tidak sering tingkat frekuensi mengakses internet guru, maka semakin rendah kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.


(63)

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah:

1. Evaluasi Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Dan Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013, Alfonsia Prayudewi Surya Wulan, dkk (2015)

Penelitian bersama ini dilakukan oleh Alfonsia Prayudewi Surya Wulan, dkk (2015). Penelitian ini membahas tentang Evaluasi Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Dan Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa menurut persepsi peserta didik dan guru, penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan sangat baik pada SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman.

2. Pengembangan DSS Untuk Menentukan Metode Pelatihan E-Learning Berbasis Moodle Bagi Guru SMK, Muslikhin dan Eko Marpanaji (2013) Penelitian bersama ini dilakukan oleh Muslikhin dan Eko Marpanaji (2013). Penelitian ini menguji tentang Pengembangan DSS Untuk Menentukan Metode Pelatihan E-Learning Berbasis Moodle Bagi Guru SMK.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil pengembangan DSS (Decision Support System) bagi instruktur dalam memutuskan metode untuk pelatihan e-learning mampu memberi alternatif keputusan secara


(64)

cepat melalui empat pertimbangan dalam menentukan metode untuk pelatihan e-learning berbasis Moodle. Instruktur dapat memilih salah satu dari empat pertimbangan yaitu: berdasarkan peserta, berdasarkan tujuan, berdasarkan untung rugi, dan berdasarkan level dalam presentase.

3. Evaluasi Dampak Diklat Implementasi Kurikulum 2013 bagi Guru Instruktur Mapel Prakarya SMP, Winarto (2014)

Penelitian individu ini dilakukan oleh Winarto (2014). Penelitian ini membahas tentang Evaluasi Dampak Diklat Implementasi Kurikulum 2013 bagi Guru Instruktur Mapel Prakarya SMP.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa: 1) guru instruktur sebagai peserta diklat, memiliki persepsi bahwa program diklat memiliki kualitas yang cukup baik sebagai acuan pelaksanaan diklat, 2) diklat berdampak pada peningkatan penguasaan materi implementasi Kurikulum 2013, dan 3) diklat berdampak pada peningkatan aplikasi strateg pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


(65)

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, maka standar penilaian ini digunakan sebagai pedoman dan acuan guru dalam memberikan penilaian kepada peserta didik. Dilihat pula dari segi kemampuan teknologi informasi (TI) guru, pengalaman pendidikan dan


(66)

pelatihan guru, dan frekuensi mengakses internet seorang guru. Bagaimana guru tersebut dapat mempersiapkan dokumen – dokumen penilaian peserta didik.

1. Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru Terhadap Kemampuan Guru Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi

Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi adalah kemampuan teknologi informasi. Kemampuan teknologi informasi itu sendiri adalah kesanggupan/kecakapan seseorang dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi, seperti komputer dan segala perangkat yang terdapat didalamnya. Hal ini diharapkan bahwa dengan guru menguasai teknologi informasi maka guru dapat mempermudah untuk melakukan pengajaran dan penilaian terhadap peserta didik. Selain itu guru juga mampu untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 Edisi Revisi dengan baik dan tepat. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan seseorang dalam mengakses teknologi informasi dapat mempengaruhi pemahaman guru dalam memperoleh informasi dari teknologi yang semakin berkembang di zaman yang semakin modern ini. Semakin tinggi tingkat kemampuan teknologi informasi guru, maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman guru tentang standar penilaian.


(1)

BAB VI

MEKANISME PENILAIAN Pasal 9

(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik:

a. perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan

pada saat penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;

b. penilaian aspek sikap dilakukan melalui

observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas;

c. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes

tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai;

d. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik,

produk, proyek, portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;

e. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan

pendidikan harus mengikuti pembelajaran remedi; dan

f. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan

keterampilan peserta didik disampaikan dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh

pendidik diatur dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian.

Pasal 10

(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan:

a. penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik

melalui rapat dewan pendidik;

b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada

semua mata pelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

c. penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan


(2)

dan akhir tahun ditetapkan dalam rapat dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan dan hasil penilaian oleh Pendidik; dan

e. kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan melalui rapat dewan pendidik.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh

satuan pendidikan diatur dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian.

Pasal 11

Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pemerintah:

a. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam

bentuk Ujian Nasional (UN) dan/atau bentuk lain dalam rangka pengendalian mutu pendidikan;

b. penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan instansi terkait untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan.

c. hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk

sertifikat hasil UN;

d. hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk

dijadikan masukan dalam perbaikan proses pembelajaran;

e. hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan sebagai dasar untuk: pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan;

f. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat

dilakukan dalam bentuk survei dan/atau sensus; dan

g. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur


(3)

BAB VI

PROSEDUR PENILAIAN Pasal 12

(1) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:

a. mengamatiperilaku peserta didik selama

pembelajaran;

b. mencatatperilaku peserta didik dengan

menggunakan lembar observasi/pengamatan;

c. menindaklanjuti hasil pengamatan; dan

d. mendeskripsikan perilaku peserta didik.

(2) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:

a. menyusun perencanaan penilaian;

b. mengembangkan instrumen penilaian;

c. melaksanakan penilaian;

d. memanfaatkan hasil penilaian; dan

e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka

dengan skala 0-100 dan deskripsi.

(3) Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:

a. menyusun perencanaan penilaian;

b. mengembangkan instrumen penilaian;

c. melaksanakan penilaian;

d. memanfaatkan hasil penilaian; dan

e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka

dengan skala 0-100 dan deskripsi.

Pasal 13

(1) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh

pendidik dilakukan dengan urutan:

a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada

RPP yang telah disusun;

b. menyusun kisi-kisi penilaian;

c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman

penilaian;

d. melakukan analisis kualitas instrumen;

e. melakukan penilaian;


(4)

hasil penilaian;

g. melaporkan hasil penilaian; dan

h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.

(2) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

dilakukan dengan mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:

a. menetapkan KKM;

b. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;

c. menyusun instrumen penilaian dan pedoman

penskorannya;

d. melakukan analisis kualitas instrumen;

e. melakukan penilaian;

f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan

hasil penilaian;

g. melaporkan hasil penilaian; dan

h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.

(3) Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan

dengan urutan:

a. menyusun kisi-kisi penilaian;

b. menyusun instrumen penilaian dan pedoman

penskorannya;

c. melakukan analisis kualitas instrumen;

d. melakukan penilaian;

e. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan

hasil penilaian;

f. melaporkan hasil penilaian; dan

g. memanfaatkan laporan hasil penilaian.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang prosedur Penilaian oleh

Pendidik sebagai mana dimaksud pada ayat (1) serta Penilaian oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian.


(5)

BAB VII

INSTRUMEN PENILAIAN

Pasal 14

(1) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam

bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat

perkembangan peserta didik.

(2) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan

pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.

(3) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah

dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


(6)

Pasal 16

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni 2016

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 17 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 897

Salinan sesuai dengan aslinya, plh. Kepala Biro Hukum dan

Organisasi Kepala Biro Kepegawaian, TTD.

Dyah Ismayanti


Dokumen yang terkait

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 Persepsi Guru Terhadap Penilaian Autentik Yang Telah Disempurnakan Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Di Sd Muhammadiyah Program Khusus Kottabar

0 5 12

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 Persepsi Guru Terhadap Penilaian Autentik Yang Telah Disempurnakan Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Di Sd Muhammadiyah Program Khusus Kottabar

0 2 15

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta 2017.

0 2 215

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, frekuensi mengakses internet, dan pangkat golongan guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar P

0 0 234

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada

0 3 213

Pengaruh pengalaman mengajar, tingkat pendidikan guru, dan kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah terhadap kemampuan implementasi PerMendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada

0 4 268

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman diklat, dan frekuensi Mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

1 1 238

Pengaruh kesibukan guru di sekolah, frekuensi mengakses internet, pangkat golongan terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

0 0 218

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016

0 0 246

TAP.COM - PENGARUH UPAH, KEMAMPUAN DAN PENGAN KERJA TERHADAP ... 213 438 1 PB

1 1 9