8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Menurut Murtidjo 2002, dalam penelitian yang berjudul “Budidaya Ikan Bandeng di tambak” mengemukakan bahwa faktor-faktor pendukung usaha tambak
bandeng bisa berkembang dengan baik di Wilayah Sidoarjo, ditinjau dari faktor teknis, lingkungannya cocok digunakan untuk usaha tambak dari pada digunakan
untuk lahan pertanian. Teknik budidaya ikan bandeng relatif lebih mudah dibanding dengan
budidaya udang windu, biaya produksi lebih rendah dibanding dengan budidaya udang windu, dan tahan terhadap serangan penyakit. Potensi pasar cukup besar,
harga bandeng terjangkau untuk semua lapisan masyarakat sehingga banyak konsumen.
Menurut Misdi 2002, dalam penelitiannya yang berjudul “Pola Pengusahaan tambak di Kabupaten Sampang, mengemukakan bahwa faktor biaya produksi
perikanan akan mempengaruhi keputusan usaha perikanan. Sedangkan untuk meningkatkan pendapatan para petani tambak harus menerapkan pola usaha
diversifikasi pengelolaan tambak. Menurut BBAP Jepara 1982, dalam penelitiannya yang berjudul “Budidaya
Ikan Bandeng di Tambak” mengatakan bahwa untuk meningkatkan produksi tambak disarankan melakukan kegiatan : persiapan tambak dimulai dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9 pengeringan total, perbaikan pematang dan keduk teplok, pemberantasan
hamapenyakit, pemupukan, pengairan dan perawatan. Faktor-faktor yang menentukan besarnya produksi pada tingkat petani adalah
: faktor dalam tambak internal seperti : bibit, pupuk, obat-obatan, pakan dan tenaga kerja. Faktor lingkungan luar tambak eksternal seperti : sumber air, cuaca,
limbah industri Nessa, 1984. Menurut Frotir 1999, usaha meningkatkan produksi tambak, meningkatkan
pendapatan petani tambak, perlu adanya perbaikan pola budidaya. Pemerintah telah menggariskan kebijaksanaan tentang program Intensifikasi Tambak INTAM
bandeng dengan teknologi budidaya yang dikenal dengan Sapta Usaha Pertambakan yang terdiri dari :
a. Perbaikan konstruksi tambak. b. Pengelolaan suplai air yang baik.
c. Persiapan dasar tambak. d. Pemberian makanan dan kualitas benur yang baik.
Hasil penelitian Lembaga Penelitian ITS dan BAPPEKAB 2001, mengemukakan bahwa pelaksanaan pemasaran bandeng di Wilayah Sidoarjo relatif
pendek. Bandeng sebagian besar 84 dibawa oleh petambak ketempat pelelangan ikan TPI yang letaknya dekat dengan tambak.
Menurut Rachmatun Suyanto, dan A. Mujiman 2002, mengatakan bahwa,
kriteria sistem budidaya semi intensif antara lain : bentuk petakan tambak teratur,
luas 1 – 3 hektar per petak, mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran, mengandalkan pakan alami dan pakan buatan pelet. Untuk penumbuhan dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10 pengembangan pakan alami dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk
urea , TSP, dan pupuk kandang. Dilakukan pemeberantasan hama, pengaturan pasok air dan monitoring kualitas air. Penebaran benih nener, dilakukan setelah
persiapan tambak selesai dengan kepadatan paling sedikit 10.000 ekorhektar. Panen dilakukan setelah ukuran bandeng 4 – 5 ekorkg, dengan harga jual yang
berbeda sesuai dengan besar kecilnya bandeng, saat ini harga bandeng Rp.8.000 sd Rp. 12.000 kg, 4 – 6 ekor.
Menurut Setyo Wibowo 1983, mengatakan bahwa pemberian pakan yang merata ikanudang akan memperoleh makanan yang merata dan akan
mempengaruhi pertumbuhan yang merata, serta cepat besar.
2.2 Landasan Teori