Studi Etnografi Suku Bangsa Ambon

Studi Etnografi dan Bahasa Lokal 139 wadah. Kalau mas kawin tetap belum dibayar sampai anak lahir, maka anak itu diadopsi oleh kerabat pihak ibu, cara ini disebut teiya- mekyo, upacaranya disebut wendedka Zulyani Hidayah, 1999 3 Agama dan sistem religi, Pada saat ini pada umumnya orang Bgu menganut agama Kristen. Jejak-jejak religi tradisional orang Bgu dapat ditemukan pada kepercayaan mereka. Orang Bgu percaya kepada suatu jiwa kedua yang mereka sebut tnikenya, tetapi keterangan- keterangan informan tentang hal itu terlampau kacau sehingga sukar untuk mendapat gambaran yang tegas mengenai konsep itu. Hanya pada istilah kenya yang berarti anak, dapat disimpulkan bahwa orang Bgu membayangkan jiwa ini sebagai anak kecil dalam tubuh. Mereka juga percaya terhadap roh orang meninggal, roh baik dan jahat yang ada di alam sekitar tempat tinggal manusia yang disebut dengan sepro, selain itu ada juga roh-roh jahat seperti buaya jadian, jin buaya, jin ular naga, hantu kaya segitemtua yang mendapat kedudukan khusus dalam dunia hanti-hanti orang Bgu Koentjaraningrat, 1999. Koentjaraningrat 1999 mengelompokkan suku bangsa Bgu kepada tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana, dengan keladi dan ubi jalar sebagai tanaman pokoknya dalam kombinasi dengan berburu dan meramu; penanaman padi tak dibiasakan; sistem dasar kemasyarakatnnya berupa desa terpencil tanpa differensiasi dan stratifikasi yang berarti, gelombang pengaruh kebudayaan menanam padi, kebudayaan perunggu, kebudayaan Hindu dan agama Islam tidak dialami; isolasi dibuka oleh Zending dan Missionaris.

b. Studi Etnografi Suku Bangsa Ambon

Suku bangsa Ambon mendiami pulau Ambon, Hitu dan Saparua, Propinsi Maluku. Pulau Ambon merupakan salah satu pulau dari kepulauan Maluku. Suatu pulau yang terletak antara pulau Irian di sebelah timur, pulau Sulawesi di sebelah barat, lautan Teduh di sebelah utara dan lautan Indonesia di sebelah selatan. Penduduknya ada yang tinggal di pantai dan daerah pegunungan. Penduduk pantai merupakan campuran dari penduduk asli dengan orang-orang pendatang berasal dari berbagai pulau, seperti orang Bugis, Makasar, orang Buton dan dahulu banyak orang Jawa yang bertempat tinggal di Maluku. Penduduk di daerah pegunungan merupakan penduduk asli yang diperkirakan berasal dari Pulau Seram. 1 Bahasa, wilayahnya yang terdiri dari banyak pulau menyebabkan beragamnya bahasa di Maluku. Pada umumnya bahasa-bahasa di kepulauan Maluku dimasukkan dalam rumpun bahasa Austronesia, Di unduh dari : Bukupaket.com Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa 140 kecuali bahasa Ternate dan Tidore. Menurut Zulyani Hidayah 1999, bahasa Ambon sendiri merupakan perkembangan dari bahasa Melayu. Ada juga yang menyebut bahasa Ambon sebagai bahasa Melayu Ambon atau Nusalaut. Bahasa Ambon dibagi kedalam dialek-dialek; Nusalaut, Saparua, Haruku, Hila, asilulu, Hatu, Wakasihu, dan lain- lain. Sekarang bahasa Ambon menjadi bahasa pengantar bagi masyarakat yang berbeda-beda suku bangsa di daerah propinsi Maluku, khususnya Kabupaten Maluku Tengah. 2 Sistem mata pencaharian, mata pencaharian orang Ambon pada umumnya adalah pertanian di ladang. Orang membuka sebidang tanah diladang dengan menebang pohon-pohon dan dengan membakar batang-batang dan dahan-dahan yang telah kering. Ladang-ladang yang dibuka dengan cara demikian hanya diolah sedikit dengan tongkat, kemudian ditanami tanpa irigasi dengan kacang-kacangan dan ubi-ubian. Sagu adalah makanan pokok orang Ambon, kini mereka juga sudah terbiasa dengan beras dan nasi, meskipun belum seluruhnya. Pohon sagu tidak perlu ditanam dan dipelihara karena pohon itutumbuh di pulau-pulau Maluku dengan tak terbilang banyaknya dalam rawa-rawa. Pohon sagu berumur 6 sampai 15 tahun dinilai cukup masak untuk menghasilkan tepung sagu. Ditebang kemudian batangnya dibelah dan terasnya yang terdiri dari serat-serat berisi tepung dipukul-pukul sehingga lepas. Serat-serta dicuci dengan air dan diperas-peras di atas saringan kain, sehingga tepungnya dapat ditadah. Kemudian tepung itu dicetak menjadi blok- blok empat persegi dengan daun sagu dan dinamakan tuman. Cara orang Ambon makan sagu dengan membakar tuman atau dengan memasaknya menjadi bubur kental pepeda Koentjaraningrat, 1999. Pluralitas masyarakat Indonesia menimbulkan persoalan berupa sebagaimana masyarakat untuk integrasi pada tingkat nasional yaitu secara horisontal atau vertikal. Perbedaan suku bangsa, agama, daerah dan pelapisan sosial saling silang-menyilang satu sama lain menghasilkan suatu keanggotaan golongan yang bersifat silang- menyilang pula. Cross-cutting affilations yang demikian telah menyebabkan konflik-konflik antara glongan di Indonesia menjadi tajam. Konflik suku bangsa, misalnya akan segera teredusir oleh bertemunya loyalitas agama, daerah, dan pelapisan sosial dari para Wahana Antropologi Di unduh dari : Bukupaket.com Studi Etnografi dan Bahasa Lokal 141 anggota suku bangsa yang terlibat di dalam pertentangan tersebut dan sebaliknya. Oleh karena itu akibat hal di atas maka masyarakat akan mengalami cross-cutting loyalitias itulah maka sampai pada suatu tingkatan tertentu masyarakat Indonesia juga berintegrasi di atas tumbuhnya perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, daerah dari pelapisan sosial yang bersifat menyilang. 3 Sistem kekerabatan , orang Ambon menghitung hubungan kekerabatan melalui garis keturunan bapak patrilineal, dan pola menetap setelah kawin adalah di lingkungan pihak bapak patrilokal. Kesatuan kekerabatan yang paling penting adalah maturamah keluarga batih yaitu sebuah kesatuan keluarga yang terdiri satu keluarga inti senior dan keluarga-keluarga inti yunior dari garis keturunan laki-laki. Pada tingkat yang lebih luas lagi mereka mengenal bentuk kesatuan kekerabatan yang lebih luas terbatas yang disebut istilah soa yang sering diganti pemakaiannya dengan istilah fam family, dari bahasa Belanda Zulyani Hidayah, 1999. 4 Sistem kemasyarakatan , organisasi pemukiman orang Ambon adalah desa yang mereka sebut dengan negeri yang dikepalai oleh seorang kepala desa kepala negeri yang diberi gelar bapa raja. Dahulu, cara bapa raja memperoleh jabatannya adalah melalui keturunan warisan, sekarang sudah melalui pemilihan. Bapa Raja dibantu beberapa perangkat negeri desa dalam menjalankan pemerintahan, mereka sebut dengan badan saniri negeri saniri desa terdiri dari : a Tuan tanah; ahli adat mengenai hukum adat tanah dan soal-soal warisan tanah. b Kapitan; seorang pejabat adat yang dulu merupakan panglima perang c Kewang; polisi kehutanan d Marinyo; penyiar berita di desa 5 Agama dan sistem religi, pada umumnya orang Ambon sudah menganut agama Kristen dan Islam. Orang Ambon memiliki religi tradisional yang sampai saat ini masih dapat kita temukan jejaknya pada kehidupan keseharian. Mereka percaya terhadap roh-roh yang harus dihormati dan diberi makan minum dan tempat tinggal agar supaya tidak menjadi gangguan bagi manusia. Sesuai dengan religi tradisional, orang Ambon mengenal beberapa jenis upacara, yaitu : a Untuk masuk baileu, terlebih dahulu orang harus melakukan upacara untuk meminta izin kepada roh-roh yang ada di baileu. Upacara minta Di unduh dari : Bukupaket.com Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa 142 izin dipimpin oleh tuan negeri mauweng yaitu perantara antara manusia dengan roh-roh nenek moyang. Orang harus mengenakan pakaian adat berwarna hitam untuk masuk baileu dengan mengenakan sapu tangan merah yang dikalungkan pada bahu. Dalam baileu terdapat pamili yaitu batu yang dianggap keramat berkekuatan gaib. b Upacara curi negeri yang mungkin dapat disamakan dengan upacara bersih desa di Jawa. Upacara ini mengharuskan semua penduduk desa membersihkan segala sesuatu dengan baik. Mereka wajib membersihkan baileu, rumah-rumah dan pekarangan. Pengabaian terhadap keharusan ini dipercayai akan mendatangkan sanksi religi yaitu orang yang bersangkutan sakit, kemudian mati, atau seluruh desa bisa terjangkit penyakit, atau kegagalan panen. Tujuan upacara ini adalah untuk kebersihan dan keselamatan penduduk serta menghidupkan rasa hubungan dengan nenek moyang yang membangun baileu, sumber-sumber air dan tempat-tempat suci lainnya. Koentjaraningrat 1999 mengelompokkan suku bangsa Ambon pada tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman pokok. Sistem dasar kemasyarakatannya berupa komuniti petani dengan differensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang dan yang merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab di dalam masyarakat kota; masyarakat 1. Menurut kalian kenapa masyarakat Ambon sangat rawan dengan konflik? 2. Menurut kalian apa faktor penyebab dari kerusuhan tersebut? Jelaskan 3. Bagaimana sistem religi yang terbangun agar konflik tidak terjadi lagi? Gunakan analisa etnografi Coba kalian praktekkan dalam kehidupan sehari-hari cara hidup rukun dan damai untuk menghindari konflik sehingga suasana aman dan tentram dapat tercipta di lingkungan tempat tinggal kalian. Sumber. www.liputan6sctv.com Investigasi Budaya: “Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan dan orientasi kecakapan pada diri kalian” Di unduh dari : Bukupaket.com Studi Etnografi dan Bahasa Lokal 143 kota yang menjadi arah orientasinya itu, mewujudkan suatu peradaban kepegawaian yang oleh sistem pemerintahan kolonial beserta zending dan missie, atau oleh pemerintah Republik Indonesia yang merdeka, gelombang pengaruh kebudayaan Hindu dan agama Islam tidak dialami.

c. Studi Etnografi Minangkabau