Tinjauan Dari Prinsip-Prinsip Mewirausahakan

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi 201 awalnya menyatakan keberatan, tetapi lama kelamaan pada akhirnya mereka juga menyetujui permintaan dana pembangunan, meskipun setelah usai rapat para orang tua yang tidak mampu itu pusing memikirkan biaya sekolah dan kecewa dalam hati.

c. Biaya Iuran Sekolah

Sudah wajar apabila siswa baru juga dikenakan iuran sekolah. Untuk SMA di kabupaten Karanganyar yang digunakan adalah prinsip sama rata. Setiap peserta didik dikenakan biaya iuran sekolah yang sama jumlahnya tanpa memperhatikan kemampuan ekonomi orang tuanya. Cara menentukan besarnya biaya iuran sekolah juga sangat demokratis. Biasa berdasarkan rapat orang tua siswa yang dipimpin oleh pengurus komite sekolah dengan dihadiri pejabat SMA. Biasanya lagi, para orang tua yang keberatan dengan biaya pada akhirnya harus menerima keputusan rapat. Terjadi Diktator mayoritas.

d. Biaya Ekstrakurikuler

Dengan alasan muatan lokal, sekolah mengadakan pendidikan ekstrakurikuler, seperti pendidikan komputer, musik dan keterapilan lainnya. Tentu saja biayanya dibebankan kepada peserta didik. Biasanya berkisar antara Rp. 5.000 s.d Rp.15.000 perbulannya. Cara penetuan pilihan jenis pendidikan muatan lokal yang diberikan uga sangat demokratis demikian juga dalam penentuan biayanya. Tetapi anehnya, para peserta didik mengikutinya dengan setengah hati, sehingga pendidikan muatan lokal ini juga tidak efektif.

e. Tinjauan Dari Prinsip-Prinsip Mewirausahakan

Birokrasi Ditinjau dari birokrasinya, keputusan untuk mewajibkan anak membeli bahan seragam sekolah sangat demokratis, karena keputusan itu diambil dengan persetujuan Komite Sekolah dan Rapat Orang Tua Siswa. Lalu apa yang salah? Yang salah adalah birokrasi pengadaan bahan seragam sekolah menengah atas, setidaknya tidak menerapkan prinsip: Di unduh dari : Bukupaket.com Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa 202 1 Pemerintahan milik masyarakat; memberi wewenang ketimbang melayani. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 29-35 sekolah semestinya lebih berperan sebagai katalisator dan fasilitator. Semestinya sekolah cukup menguraikan berbagai kebutuhan peserta didik, setelah itu sekolah harus lebih memberikan wewenang kepada para orang tua dan peserta didik dalam memenuhi kebutuhannya menurut kemampuannya. Bukan seperti sekarang, sekolah mendikte peserta didik dan orang tuanya dan kurang merespon apa kata orang tua peserta didik. 2 Pemerintahan yang kompetitif, menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 94 keuntungan paling nyata dari persaingan adalah efesiensi yang lebih besar. Pengadaan bahan seragam sekolah diadakan secara monopoli, harga ditentukan sekolah dan toko bahan seragam yang ditunjuk sekolah. Begitu juga halnya dalam pemberian jenis pelanan lainnya seperti; study wisata dan kegiatan ekstrakurikuler. Akibatnya tidak ada persaingan dan efesiensi tidak dapat diwujudkan. 3 Pemerintahan yang digerakkan oleh misi; mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 133, organisasi yang digerakkan oleh misi lebih efesien, efektif dan inovatif ketimbang organisasi yang digerakkan oleh peraturan. Sekolah sebaiknya hanya menyampaikan apa misi sekolah, sedang tentang bagimana cara mewujudkan misi sekolah, diserahkan kepada masing- asing peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menurut kekuatannya sendiri. Hal ini belum berlangsung di Sekolah Menengah Atas sampai saat ini pada berbagai jenis pelayanan. 4 Pemerintahan berorientasi pelanggan, memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 210, sistem yang berorientasi pelanggan memberi kesempatan kepada Di unduh dari : Bukupaket.com Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi 203 orang untuk memilih diantara berbagai macam pelayanan. Pada sekolah menengah atas, para pejabat sekolah mengabaikan hal ini, tidak ada alternatif bagi kebijakan yang diambil. Harus beli seragam sekolah yang sejenis dan sama bagi setiap peserta didik. Harus mengadakan study wisata ke kota tertentu. Harus mengikuti jenis kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Tidak ada alternatif. Sekolah lebih mengutamakan kepentingannya dari pada suara pelanggan yaitu peserta didik dan orang tuanya. 5 Pemerintahan antisipatif, mencegah daripada mengobati. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 253, pencegahan lebih memecahkan masalah ketimbang memberikan jasa. Para pejabat pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Atas, tidak pernah mengadakan analisis mengapa biaya pendidikan sangat mahal. Mungkin perlu diadakan langkah-langkah pencegahan, seperti, pemberian jasa pengadaan bahan seragam, pelaksanaan pembangunan fisik sekolah dan study wisata sudah saatnya dihentikan. Tetapi apa mungkin hal ini terwujud, karena akan hilang keuntungan ekonomi birokrat pendidikan yang selama ini diperoleh. 6 Pemerintahan berorientasi pasar; mendongkrak perubahan melalui pasar. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 323, pemerintahan berorientasi pasar dapat berjalan apabila ada penawaran, permintaan, aksebilitas, informasi, peraturan dan penjagaan. Prinsip ini tidak berjalan dengan baik di SMA karena hampir dalam semua pemberian pelayanan, tidak ada penawaran yang memadai, yang ada penawaran monopoli, permintaan tidak didasarkan atas kemampuan peserta didik tetapi berdasarkan penyamarataan, tidak ada aksebilitas dimana peserta didik tidak mudah dalam mengakses penjual secara langsung, peserta didik juga tidak memiliki informasi yang cukup mengenai pelayanan jasa yang Di unduh dari : Bukupaket.com Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa 204 diperolehnya. Peraturan memang sudah ada, tetapi kurang dalam penjagaan agar peraturan itu berjalan sesuai dengan tujuannya.

4. Andil Birokrasi Pendidikan Pada Biaya Pendidikan SMA