Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
102
Investigasi Budaya:
“Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan dan orientasi kecakapan pada diri kalian”
dengan proses penyebaran inovasi. Proses adopsi berada pada tingkatan individual sementara proses penyebaran berada pada tingkatan sistem
sosial.
Waktu yang dibutuhkan juga berbeda karena tingkat kebutuhan dan pendidikan serta ekonomi setiap orang tidaklah sama. Y yang baru
dibarikan informasi mengenai ide baru tentang teknologi oleh X mungkin akan langsung tertarik dan kemudian menggunakannya namun lain
halnya dengan Z yang sama sekali tidak membutuhkan teknologi tersebut. Dia akan berpikir berulang kali sebelum memutuskan untuk mengadopsi
teknologi tersebut. Waktu disini yang dimaksud adalah kecepatan sebuah proses menyebar dalam masyarakat dan diadopsi dalam tingkatan
individual.
Perhatikan gambar di samping 1.
Mall adalah inovasi dari pasar tradisional. Jelaskan elemen-elemen
inovasnya
2. Apakah mall dapat menjadi pengubah
peradaban manusia? Jelaskan Coba kunjungilah mall yang ada di dekat
tempat tinggal kalian dan amatilah fenomena apa saja yang terdapat di sana.
C. Norma, Budaya dan Tradisi dalam Pengadopsian Inovasi
1. Norma Budaya Inovasi
Nilai-nilai budaya dalam suatu masyarakat turut ambil bagian dalam menentukan proses adopsi inovasi berlangsung. Ada dua macam tipe
norma dalam sistem sosial suatu masyarakat yakni tipe tradisional dan tipe modern. Kedua tipe ini bisa berbeda kecepatan adopsinya tetapi bisa
juga sama. Norma, budaya dan tradisi masyarakat setempat juga mempengaruhi bagaimana keinovatifan seseorang, maksudnya
bagaimana seorang individu itu bereaksi terhadap sebuah inovasi.
Sumber: www.phototempo.com
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pengaruh Iptek Terhadap Masyarakat dan Dinamika Budaya
103
Norma didefinisikan sebagai pola-pola aturan yang ada dalam sistem sosial suatu masyarakat dan dijadikan acuan dalam berperilaku. Pada
umumnya norma, budaya dan tradisi bisa menjadi penghalang bagi adanya perubahan masyarakat dalam hal teknologi. Di India banyak
didapati kekurangan gizi pada masyarakatnya namun banyak sapi-sapi berkeliaran di sudut desa. Mengapa mereka tidak memakan sapi-sapi
tersebut sebagai sumber protein tambahan supaya tidak kekurangan gizi? Jawabannya adalah karena dalam tradisi dan budaya India, sapi adalah
binatang dewa yang dilarang keras untuk dimakan. Di Indonesia hal ini didapati di daerah Bali dimana sapi dilarang untuk dimakan karena
berkaitan dengan kepercayaan penduduk setempat. Kalau sudah begitu teknologi penggemukan sapi tidak akan berguna dalam meningkatkan
taraf kehidupan masyarakatnya karena sapi tidak dimakan.
Misalnya, adalah penggunaan mesin panen pada lahan pertanian
menjelang panen tiba. Petani di negara maju banyak yang melakukan hal ini
dengan tujuan supaya mengefek- tivitaskan waktu kerja dan tenaga yang
dikeluarkan namun teknologi ini meskipun baik tetap tidak bisa
diterapkan di Indonesia. Lahan pertanian di Indonesia relatif sempit
sehingga alat yang digunakan untuk memanen adalah sabit. Dengan sabit
maka para petani-petani gurem kecil yang tidak memiliki sawah dan hanya
menjadi petani penggarap saja bisa ikut ambil bagian dalam proses pemanenan.
Mereka mendapat upah. Namun ketika petani pemilik sawah menggunakan alat pemanen dari mesin maka
hubungan dengan petani kecil terputus. Dalam kehidupan bermasyarakat hal ini adalah sebuah bentuk ketidak sopanan karena memutuskan interaksi
antarsesama. Petani berlahan akan ditinggalkan oleh petani gurem.
Norma dalam masyarakat tidak hanya mempengaruhi pengadopsian atau penolakan sebuah inovasi tetapi juga mengenai bagaimana sebuah
ide baru dapat masuk terintegrasi ke dalam kehidupan yang sudah ada tanpa mengubahnya. Konsekuensi dari sebuah ide baru yang diadopsi
paling tidak ditentukan oleh kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Sumber: SoloPos, 25 April 2006
Gambar 4.8 Inovasi mesin panen
mungkin tidak berlaku di Indonesia karena tidak sesuai dengan norma dan tradisi
masyarakat setempat yang mengutamakan guyub dan kebersamaan
Di unduh dari : Bukupaket.com
Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
104
Norma Tradisional dan Modern
Penting untuk membedakan dua tipe norma ini meskipun dalam proses pengadopsian dan penyebaran inovasi ada sebuah tipe ideal
masyarakat. Idealnya sebuah masyarakat dimana teknologi atau inovasi diperkenalkan akan menyambutnya dengan baik,
memikirkannya dalam waktu yang relatif singkat dan kemudian memutuskan untuk mengadopsinya. Akan tetapi ini adalah hal yang
jarang terjadi kecuali inovasi yang disebarkan memang dibutuhkan oleh masyarakat setempat dan cocok dengan norma, adat serta tradisi
setempat.
Kedua tipe masyarakat ini mengingatkan kita akan dua buah pembagian tipe masyarakat yang dibuat oleh F. Toennies yakni
masyarakat dengan pola Gemeinschaft dan Gesellschaft. Kedua bentuk masyarakat ini apabila diperkecil pemahamannya menjadi
masyarakat pedesaan dan perkotaan meskipun dalam kenyataannya tidak demikian. Diduga kedua bentuk tipe masyarakat ini berbeda
dalam banyak hal karena perbedaan tempat tinggal maupun tingkat pendidikannya.
Sumber: www.wilkimedia.org
Banyak sebutan untuk masyarakat dengan sistem modern ini, seperti misalnya mereka dianggap lebih terbuka, lebih inovatif, lebih progresif,
lebih mau membangun atau lebih ekonomis. Dalam banyak hal, individu yang hidup dalam sistem sosial dengan norma atau nilai yan mengacu
pada modernitas akan memandang inovasi lebih baik dan senang untuk mengadopsi ide-ide baru dalam kurun waktu yang lebih cepat
dibandingkan dengan individu anggota sistem sosial yang tradisional. Apabila masyarakat modern membuka diri terhadap perubahan maka
masyarakat tradisional malah sebaliknya, cenderung menutup diri dan bertahan terhadap perubahan.
Sistem sosial tradisional memiliki karakteristik nilai di bawah ini, yakni: a.
Teknologi yang kurang kompleks. b.
Tingkat pendidikan dan melek huruf yang relatif lebih rendah. Komunikasi yang digunakan lebih sering dengan percakapan diban-
dingkan melalui media.
Wahana Antropologi
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pengaruh Iptek Terhadap Masyarakat dan Dinamika Budaya
105
c. Sedikitnya komunikasi dengan dunia luar.
d. Kurangnya rasionalitas ekonomis.
e. Kurangnya kemampuan untuk bersikap tegas.
Sebagai perbandingannya individu yang tergabung dalam sistem sosial masyarakat modern memiliki ciri sebagai berikut:
a. Teknologi yang lebih berkembang dan pembagian kerja yang sudah
kompleks. b.
Memiliki penghargaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan.
c. Merencanakan sesuatu dengan hati-hati dan keputusan diambil secara
rasional dan ekonomis. d.
Kemampuan untuk bersikap tegas. Sebagai kesimpulan, sistem sosial dengan tipe modern lebih
berkembang teknologinya, lebih kosmopolit, lebih berpendidikan, rasional dan tegas. Kecepatan adopsi inovasi dipengaruhi oleh berbagai ciri yang
dilekatkan pada dua tipe masyarakat tersebut.
2. Beberapa Hal Penting dalam Keputusan Inovasi