42 Pemberian reinforcement negatif mengajarkan siswa agar mau
menunjukkan usaha belajar yang baik. reinforcement negatif juga menjadi kontrol agar mereka tidak melakukan perbuatan yang menyimpang. Senada
dengan pendapat tersebut, Sardiman 2011: 94 menyatakan bahwa reinforcement negatif akan menjadi alat motivasi jika diberikan secara tepat
dan bijak sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian reinforcement negatif.
F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Sekolah dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Perkembangan
intelektual siswa sekolah dasar masuk pada tahapan operasional konkret. Menurut Jean Piaget Dwi Siswoyo, 2011: 111 perkembangan intelektual
pada tahap operasional konkrit 7 – 11 tahun yaitu
Peserta didik mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami
cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda
dan peristiwa-peristiwa konkret.
Perkembangan intelektual pada tahap ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih
terikat objek yang bersifat konkret. Siswa Kelas V SD termasuk pada masa kelas tinggi sekolah dasar. Rita Ekka Izzaty, dkk 2008: 116-117
menjelaskan beberapa ciri khas anak masa kelas tinggi Sekolah Dasar, yaitu: 1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan sehari-hari.
2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis. 3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
43 5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama,
mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Senada dengan pendapat Rita Ekka Izzaty, dkk, Noehi Nasution 1992:
44 juga mengungkapkan beberapa sifat khas anak-anak pada masa kelas- kelas tinggi sekolah dasar yaitu sebagai berikut:
1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan
pekerjaan-pekerjaan yang praktis. 2. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor
ditafsirkan sebagai mulai menonjolkan faktor-faktor. 4. Sampai kira-kira umur 11 anak membutuhkan guru atau orang-orang
dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira umur 11 pada umumnya anak
menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri.
5. Pada masa ini anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya
anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar kelas V termasuk pada tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak mampu mengembangkan
pemikiran logis namun masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya adalah anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-
objek konkret. Anak pada usia ini juga sudah mampu untuk berpikir sistematis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
44
G. Penelitian yang Relevan