17 gemilang”, “Senang sekali”, “Kamu pintar kali ini”, “Wah, ini yang
paling bagus”. b. Tulisan atau simbol seperti tulisan Baik, Rapi, Bagus, Ya,
Hebat, 100, simbol simbol senyum, gambar tempel, stiker, abjad: A, B, C, dst., +, bintang.
c. Hadiah istimewa seperti memimpin kelompok, memilih kegiatan, pertama dalam barisan, membantu guru, menghias ruang, membantu
siswa lain, olahraga, memberi warna, melukis, menggambar, dan lain sebagainya.
d. Ganjaran bendawi seperti buku warna, jepit kertas, pensil, rautan pensil, jepit rambut, permen, pita rambut, dan lain sebagainya.
e. Kartu atau sertifikat seperti sertifikat juara minggu ini, medali, label, kartu laporan, sertifikat tanda jasa, dan lain sebagainya.
Dengan banyaknya bentuk-bentuk reward, tidak ada alasan bagi
guru untuk meniadakan reward dalam pembelajaran. Walaupun bisa dikatakan sederhana, namun dapat memberikan efek yang positif
terhadap motivasi belajar peserta didik. Pemberian penghargaan harus bervariasi agar siswa lebih antusias dan tidak jenuh ketika mengikuti
pembelajaran.
4. Pedoman Menggunakan Reward
Reward memiliki bentuk-bentuk yang beranekaragam, namun jika diperhatikan penerapan reward dalam pembelajaran tidak sesederhana
bentuknya. Kapan waktunya, kepada siapa, dan bagaimana bentuknya adalah hal yang tidak mudah untuk menjawabnya. Reward tidak harus
diberikan kepada peserta didik yang terpandai di kelasnya, tetapi juga diberikan kepada siswa yang kurang pandai jika ia telah menunjukkan
prestasi belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan jika perlu pemberian hadiah juga diberikan kepada semua anak didik dalam satu
18 kelas, bila suatu ketika mereka telah menunjukkan hasil belajar yang
lebih baik dari sebelumnya. Untuk menentukan reward apakah yang baik diberikan kepada
peserta didik merupakan suatu hal yang tidak mudah. Karena bila salah, maka reward tidak akan berperan dengan baik. Oleh karena itu, pedoman
dalam menggunakan reward sangat perlu untuk dipelajari sehingga dalam prakteknya mampu memberikan efek yang positif, baik untuk
proses pembelajaran maupun bagi peserta didik. Syaiful Bahri Djamarah 2005: 195 mengemukakan pedoman dalam
memberikan reward atau ganjaran. Pedoman yang harus dipahami dalam menggunakan reward adalah sebagai berikut.
a. Untuk memberikan ganjaran yang pedagogis perlu sekali guru mengenal betul-betul anak didiknya dan tahu bagaimana menghargai
mereka dengan tepat. b. Jangan sampai menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi peserta
didik yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi ia tidak mendapat reward.
c. Memberi ganjaran hendaklah hemat, jika terlalu sering akan menghilangkan arti ganjaran sebagai alat pendidikan.
d. Reward lebih baik diberikan setelah anak didik menunjukkan prestasi kerjanya. Jika diberitahukan terlebih dahulu akan berpotensi
untuk memancing mereka mengerjakan tugasnya terburu-buru.
19 e. Jangan sampai reward yang diberikan kepada peserta didik
diterimanya sebaga i “upah” dari hasil jerih payahnya dalam
mengerjakan tugas. Reward dalam kegiatan belajar mengajar harus diberikan dengan
tepat guna. Artinya jangan sampai sifat dari reward berubah menjadi upah. Jika hal ini terjadi, maka anak didik akan selalu tergantung pada
upah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Boleh jadi, peserta didik hanya mau melakukan perintah guru bila pekerjaan yang harus dilakukan
oleh mereka mendapatkan upah dari guru. Hal ini jangan sampai terjadi, karena esensi dari pemberian reward adalah untuk memancing
kegairahan atau motivasi belajar peserta didik.
B. Reinforcement Negatif