Pedoman Menggunakan Reinforcement Negatif

25 menghindari keadaan yang tidak menyenangkan tersebut, ia akan berusaha mengerjakan tugas dengan baik dan mengumpulkan tepat waktu. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa penguatan negatif akan dihilangkan atau dihindari oleh peserta didik. Mereka akan berusaha membebaskan diri dari situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Selain penguatan verbal, penguatan lain yang dapat digunakan sebagai reinforcement negatif adalah penguatan non verbal. Moh. Uzer Usman 2013: 81 mengemukakan bentuk-bentuk penguatan non verbal yang dapat digunakan sebagai reinforcement negatif dalam pembelajaran antara lain gelengan kepala, kerut kening, wajah mendung, atau sorot mata yang tajam.

4. Pedoman Menggunakan Reinforcement Negatif

Penerapan reinforcement negatif sebisa mungkin sesuai dengan kesalahan yang dilakukan siswa. Penguatan negatif yang berlebihan dapat berakibat buruk bagi kondisi kejiwaan peserta didik. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, guru harus berpedoman pada penggunanan penguatan. Menurut Barnawi dan Mohammad Arifin 2012: 212 –213 prinsip-prinsip yang harus diperhatikan guru ketika memberikan penguatan negatif adalah sebagai berikut. a. Antusiasme Antusiasme merupakan stimulus untuk meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik. Penguatan yang antusias akan menimbulkan 26 kesan sungguh-sungguh di hadapan peserta didik. Misalnya, guru memberikan penguatan negatif dengan suara yang lantang dan tatapan mata yang tajam kepada siswa. b. Pemberian penguatan harus dilakukan dengan segera Penguatan negatif diberikan sesegera mungkin setelah respon peserta didik yang diharapkan muncul. Jika ditunda, penguatan yang dilakukan tidak dapat berjalan dengan efektif. c. Kebermaknaan Inti dari kebermaknaan adalah peserta didik tahu bahwa dirinya memang layak mendapat penguatan karena tingkah laku menyimpangnya sehingga penguatan tersebut dapat bermakna baginya. Jangan sampai guru memberikan penguatan yang berlebihan dan tidak relevan dengan konteksnya. Misalnya, siswa memberikan jawaban yang salah, guru mengatakan “Jawabanmu bagus sekali”, maka pernyataan guru tersebut dianggap sebagai penghinaan. Jika keadaannya seperti itu, pernyataan guru yang tepat adalah “Kali ini jawabanmu belum tepat, saya percaya dengan belajar yang lebih rajin kamu akan dapat menjawab dengan benar”. d. Menghindari penggunaan respon yang negatif Walaupun teguran dan hukuman yang berupa respon negatif masih bisa digunakan, namun respon negatif yang bernada hinaan, sindiran, dan ejekan harus dihindari karena dapat mematahkan semangat peserta didik. Apabila peserta didik memberikan jawaban yang 27 salah, guru tidak boleh langsung menyalahkannya., misalnya dengan mengatakan, “Jawaban kamu salah” Namun, sebaiknya guru memberikan pertanyaan tuntutan prompting question, atau menggunakan sistem pindah gilir ke peserta didik lain dengan mengatakan “Barangkali ada yang dapat membantu?”. Dengan cara ini, anak tidak merasa tersinggung. Pedoman dalam memberikan penguatan negatif kepada peserta didik merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penggunaan reinforcement negatif, pengaruh negatif yang tidak diinginkan dapat dihindari. Yang terpenting dalam pelaksanaan reinforcement negatif adalah jangan sampai menyinggung dan menimbulkan perasaan balas dendam dalam diri siswa. Penguatan negatif yang diberikan juga sebisa mungkin bersifat mendidik, bukan memukul, menganiaya, atau mencederai kondisi kejiwaaannya. Penguatan negatif harus dilakukan dengan hati-hati agar hubungan antara guru dengan siswa tetap terjalin dengan baik. Peserta didik harus diberikan pengertian mengapa mereka mendapatkan reinforcement negatif. Dengan pendekatan yang tepat, penguatan negatif dapat memberikan dorongan kepada peserta didik. Mereka akan termotivasi untuk belajar, mengikuti pembelajaran dengan baik, dan menjauhi perilaku buruk agar terhindar dari reinforcement negatif. 28

C. Indikator Pemberian Reward dan Reinforcement Negatif

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25