Keteladanan Deskripsi Hasil Penelitian

63 melakukan study dokumentasi berupa gambar kegiatan siswa, RPP, dan Profil SD Unggulan Aisyiyah Bantul untuk mengetahui penanaman nilai karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul.

2. Deskripsi Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penanaman karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Penanaman karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul dilihat dari keteladanan, pembelajaran, serta pemberdayaan dan pembudayaan sekolah.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Adapun deskripsi hasil penelitian ini adalah penanaman karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul yang di jabarkan melalui keteladanan, pembelajaran, serta pemberdayaan dan pembudayaan sekolah.

1. Keteladanan

Dalam menanamkan nilai karakter semangat kebangsaan, keteladanan dari guru dan karyawan sangat berpengaruh untuk internalisasi nilai semangat kebangsaan dalam diri siswa. Dalam penelitian ini indikator aspek keteledanan yang dideskripsikan yaitu: a. Turut serta dalam upacara bendera. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah didapat data bahwa untuk upacara, semua guru dan karyawan diwajibkan untuk ikut serta mengenakan atribut pakaian lengkap. Karena dalam upacara bendera itu 64 sebagai pelatihan kedisiplinan dan ketertiban siswa. kepala sekolah juga menghimbau kepada guru dan karyawan untuk tenang ketika upacara karena ingin menanamkan bahwa upacara ini kegiatan khidmad untuk menghargai para pahlawan dan loyalitas terhadap negara. Dari hasil observasi juga di ketahui bahwa tidak ada guru yang terlambat dalam mengikuti upacara bendera. Semua guru mengenakan atribut pakaian lengkap. Guru memberi contoh siswa dengan bersikap tenang saat upacara berlangsung. Setiap barisan kelas didampingi oleh seorang guru kelas. Guru kelas menjaga kondisi siswa agar tetap tenang dalam mengikuti upacara. Guru pendamping segera menegur siswa yang berisik untuk tenang dalam mengikuti upacara bendera. Peneliti melakukan studi dokumentasi berupa gambar saat siswa dan guru melakukan upacara bendera hari Senin. Dari studi dokumentasi tersebut, guru terlihat berpakaian lengkap dan tertib saat mengikuti upacara bendera hari Senin. Dari ulasan data diatas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah, guru, dan karyawan memberikan teladan kepada siswa dalam upacara bendera hari Senin. Keteladan yang di berikan kepala sekolah, guru, dan karyawan berupa ketertiban, kedisiplinan, dan khidmad dalam mengikuti upacara bendera kepada siswa. 65 b. Menggunakan bahasa Indonesia dalam berbicara dengan teman dari suku lain. Hasil wawancara dengan salah satu guru Fn didapat data bahwa dengan siswa yang berasal dari daerah lain, guru menggunakan bahasa Indonesia yang diselingi dengan bahasa daerah misal dalam motivasi pagi, guru menggunakan bahasa krama, juga mengiringinya dengan bahasa Indonesia agar anak tersebut paham. Guru yang lain juga menyampaikan hal yang senada jawaban guru lain terlampir. Hasil wawancara dengan siswa yang berasal dari daerah lain menunjukkan data yang mendukung. Sebagai contoh siswa Fr mengatakan bahwa ia memahami kalimat yang disampaikan oleh gurunya karena guru tetap memakai bahasa Indonesia. Dari hasil observasi juga menjukkan bahwa guru dan siswa tetap menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomuniakasi dengan siswa yang berasal dari lain suku. Salah satu contohnya ketika Fr menunjukkan kotak makanan kepada Yd bahwa makanannya telah habis, Yd menggunakan bahasa Indonesia. Ketika jam istirahat pertama, Dw mengajak dan mengingatkan siswa untuk berwudhu sholat dhuha. Terdapat dokumentasi berupa gambar saat guru berbicara dengan siswa yang berasal dari suku lain. Dokumentasi ini menguatkan bukti bahwa guru menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan siswa yang berasal dari suku lain. 66 Dari ulasan data tersebut dapat diketahui bahwa guru memberikan teladan kepada siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan siswa yang berasal dari daerah lain. Guru menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi agar siswa memahami apa yang disampaikan guru. c. Menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran di dalam kelas. Data dari hasil wawancara menyebutkan bahwa semua guru menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran data hasil wawancara terlampir, dan sesekali diselingi dengan bahasa daerah untuk memberi penekanan makna dan agar siswa lebih mudah dalam memahami kata. Kelas VB pada hari Kamis, Jumat menggunakan bahasa Inggris dan pada hari Sabtu menggunakan bahasa Jawa. Hasil pengamatan selama observasi menunjukkan bahwa semua guru menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas. Beberapa guru sesekali menggunakan bahasa daerah Jawa untuk memberikan pemahaman siswa saat pelajaran berlangsung. Terdapat dokumentasi berupa gambar saat guru mengajar dengan bahasa Indonesia. Dokumentasi ini menguatkan deskripsi bahwa guru menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran. Dari ulasan data di atas, dapat disimpulkan bahwa guru selalu mengunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran. Guru sesekali 67 menyisipkan bahasa daerah untuk memahamkan siswa dalam pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu wajib nasional lainnya. Keteladanan guru dalam menyanyikan lagu Indonesia Raya wajib nasional sangat terlihat saat peneliti melakukan observasi baik ketika upacara bendera maupun ketika pembelajaran di dalam kelas. Sebelum kegiatan pagi, sekolah memutarkan lagu-lagu wajib nasional dan lagu daerah. Saat upacara bendera, terlihat semua guru menyanyikan lagu wajib nasional yaitu Dari Sabang Sampai Merauke. Seorang guru yang mendampingi barisan siswa laki-laki juga membenarkan siswa yang asal-asalan dalam menyanyikan lagu nasional tersebut. Keteladanan dalam bernyanyi lagu Indonesia Raya juga terlihat saat peneliti melakukan observasi di kelas 5A. Setelah selesai membaca hadist-hadist pagi hari, guru mengajak siswa untuk berdiri semua dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Daerah asal Maluku. Siswa-siswa menyanyikan lagu tersebut dengan tertib. Selain itu, setiap pagi sebelum siswa-siswi masuk kelas untuk doa pagi, pihak sekolah memutarkan lagu-lagu nasional dann lagu daerah. Selain menyanyikan lagu nasional secara langsung, dari hasil wawancara dengan guru Yd menyatakan siswa tidak hanya sebatas bisa bernyanyi tetapi juga memahami makna syair lagu tersebut. Menyanyikan lagu tanpa dimaknakan, tanpa di ceritakan kepada anak, 68 anak hanya akan hafal lagu itu tapa paham makna di dalam lagu tersebut. Di situlah tugas guru untuk menjelaskan lagu ini disusun begini, ada penculikan, ada perjuangannya, agar mereka mengerti bahwa lagu itu tidak main-main, kemudian makna syair dalam lagu ini seperti ini, itu lebih di sukai dari pada sekadar hitungan tempo dan sebagainya. Terdapat pula dokumentasi gambar saat siswa menyanyikan lagu nasional. Gambar berupa kegiatan kelas VA saat menyanyikan lagu wajib nasional setalah membaca hadist pagi dan ketika siswa menyanyikan lagu wajiib nasional dalam pelaksanaan upacara bendera hari Senin. Data-data ini menunjukkan adanya teladan dan pemahaman dari guru, kepala sekolah, dan karyawan dalam menyanyikan lagu-lagu wajib nasional dan lagu Indonesia Raya. Pemahaman di lakukan agar siswa tidak hanya sekedar hafal syair lagu, tetapi juga agar siswa memahami makna syair lagu tersebut. e. Mengagumi banyaknya keragaman bahasa di Indonesia. Hasil wawancara dengan guru mengenai keteladanan guru agar siswa megagumi bahasa Indonesia yaitu guru menggunakan bahasa yang baik dan benar, melalui materi pelajaran, dan selalu mengingatkan akan kebesaran bangsa Indonesia. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa Dv dan didapat data bahwa siswa hanya 69 sebatas tahu beberapa bahasa daerah dan belum sampai pada taham mengagumi keragaman bahasa Indonesia. Guru dalam memberikan teladan kepada siswa agar siswa mengagumi keragaman bahasa Indonesia terlihat saat peneliti melakukan observasi. Keteladanan berupa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pembelajaran dan kegiatan di liar kelas. Selain itu tidak ada data dokumentasi yang mendukung deskripsi penanaman indikator nilai mengagumi banyaknya keragaman bahasa di Indonesia. Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru memberikan teladan kepada siswa untuk mengagumi keragaman bahasa di Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baikdan benar. Namun, dari keteladanan tersebut, kurang cukup untuk menanamkan nilai kepada siswa agar mengagumi keragaman bahasa yang ada di Indonesia sehinga siswa hanya sebatas tahu dan tidak mengagumi. f. Menyukai berbagai upacara adat di nusantara. Untuk mendapatkan data mengenai teladan guru dalam menanamkan nilai mengagumi berbagai upacara adat di nusantara, peneliti melakukan wawancara kepada guru dan siswa. Hasil wawancara dengan guru menyebutkan bahwa guru menanamkan nilai agar menyukai berbagai upacara adat di nusantara dengan mengenalkan budaya tersebut kepada siswa terlebih dahulu melalui mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler serta memberi pemahaman mengenai 70 kebesaran bangsa Indonesia. Sedangkan dari hasil wawancara dengan siswa Dv menyebutkan bahwa siswa tidak tau upacara adat di Indonesia. Dv hanya tau upacara adat di Yogyakarta. Selama observasi, peneliti tidak menemukan nilai mengagumi berbagai upacara adat di nusantara. Peneliti juga tidak menemukan adanya dokumentasi yang mendukung kekaguman siswa akan upacara adar di nusantara. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa guru kurang memberi teladan dan pengetahuan siswa dalam menanamkan kekaguman terhadap berbagai upacara adat di nusantara. Hal ini di tunjukkan dengan hasil wawancara kepada siswa. g. Membaca buku-buku mengenai suku bangsa dan etnis yang berjuang bersama dalam mempertahankan kemerdekaan. Dari observasi terhadap siswa di perpustakaan, peneliti menemukan 7 orang siswa yang berkumpul membaca buku-buku cerita pahlawan. Selain itu terdapat buku cerita pahlawan Hasannudin yang berada diatas meja baca perpustakaan menandakan bahwa ada siswa yang baru saja membaca buku tersebut. Di kelas 3A, peneliti juga menemukan adanya buku cerita pahlawan di perpustakaan kelas. Selain buku-buku tersebut, di dinding tangga menuju perpustakaan tardapat gambar pahlawan Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Soekarno, Pangeran Diponegoro dan Hatta yang terdapat tulisan mengenai profil dan kiprahnya dalam melawan penjajah. 71 Gambar dan tulisan cukup besar untuk dapat di baca. Dan saat observasi, peneliti juga menemukan anak yang sedang asyik membaca profil pahlawan tersebut. Sedangkan dari hasil wawancara terhadap guru Fn didapat data bahwa guru memberinya pancingan cerita terlebih dahulu agar anak menjadi penasaran sehingga mau membaca sendiri di perpustakaan juga dengan memberi anak tugas literasi. Jawaban yang serupa juga di kemukakan oleh guru-guru lain. Dokumentasi ditunjukkan dengan banyaknya buku-buku pahlawanan dan buku-buku kenegaraan di perpustakaan. Peneliti juga mempunyai dokumentasi berupa gambar siswa yang sedang bergerombol di perpustakaan membaca buku kepahlawanan dan siswa yang sedang membaca profil gambar pahlawan yang berada di tangga menuju perpustakaan. Data tersebut menunjukkan guru memberikan teladan dan dorongan kepada siswa untuk membaca buku-buku mengenai susku bangsa dan etnis yang berjuang bersama dalam mempertahankan kemerdekaan. Guru memberi teladan dan dorogan berupa cerita dan tugas literasi untuk membaca buku kepahlawanan dan perjuangan. h. Bekerja sama dengan teman dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan persamaan hak. Data selanjutnya adalah data mengenai kerja sama siswa dengan teman lain yang berasal dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan 72 persamaaan hak dan kewajiban. Peneliti mendapatkan data melalui wawancara dengan guru Aw bahwa anak dibentuk kelompok kecil agar semua ikut bekerja. Anak-anak itu lebih enak membaur dengan teman- temannya jika ada aktivitas seperti HW. Dengan melakukan aktivitas- aktivitas seperti memperagakan sandi dll, anak akan lupa perbedaan tersebut. Jadi tidak ada diskriminasi karena mereka sama-sama memulai dari nol. Jadi kerjasama dengan anak baru maupun lama akan tercipta dengan sendirinya. Guru tidak pernah memisahkan anak baru dengan anak lama. Anak-anak itu mendapat tugas yang sama agar tidak iren satu sama lain dalam hal tugas. Senada dengan guru Aw, Guru Kd juga mengungkapkan bahwa dengan outbond akan membangun kerjasama siswa. Dari hasil observasi, di kelas IID siswa saling bekerja sama dalam persamaan hak dan kewajiban dengan bersama-sama menggelar tikar di tengah kelas dan meminggirkan semua kursi dan meja ke tepi kelas saat pelajaran Mandiri untuk menonton Video “Dodo dan Syamil”. Saat HW kelas 3 juga menunjukkan bahwa siswa berkelompok kecil membuat dragbar dan saling bantu membantu karena satu kelompok hanya terdiri dari 4-5 siswa. Ketika pelajaran di dalam kelas, guru kelas, Dw juga menyuruh siswa untuk mengerjakan tugas secara berkelompok 4 siswa. Siswa mengerjakan tugas berkelompok dengan tertib. Selain itu saat observasi di kelas VA juga terlihat kerjasama siswa saat berkelompok membuat kerajianan tangan 73 dari kayu es krim. Peneliti mendapat dokumentasi berupa gambar kegiatan. Gambar kegiatan saat siswa melakukan kerjasama dengan anggota dari suku lain. Data-data tersebut menunjukkan bahwa guru memberi teladan kepada siswa untuk tidak membeda-bedakan teman yang berasal dari suku lain juga tidak membeda-bedakan hak dan kewajiban siswa. Teladan diberikan dengan tidak membeda-bedakan siswa yang berasal dari suku lain dan dengan memberikan tugas secara berkelompok. i. Menyadari bahwa setiap perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan bersama oleh berbagai suku, etnis yang ada di Indonesia. Untuk menyadarkan siswa bahwa setiap perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan oleh berbagai suku, etnis yang ada di Indonesia, peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru, dan siswa. Hasil wawancara dengan kepala sekolah menyebutkan bahwa setiap semester ganjil, siswa diajak kunjungan studi ke tempat bersejarah yaitu di museum Yogya Kembali, Benteng Verdenburg, Kraton dan Taman Pintar. Di sana anak dapat belajar mengenai bagaimana rakyat Indonesia khususnya rakyat Yogyakarta merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Harapannya, nanak-anak bisa tertanam rasa nasionalismenya. Guru-guru juga dihimbau dan dibekali untuk menjelaskan kepada anak-anak tentang perjuangan pahlawan yang telah gugur. Siswa juga pernah belajar nasionalisme di kodim. Pihak kodim sangat 74 senang dan antusias, mereka menceriterakan bagaimana nasionalisme harus kita miliki. Hasil wawancara dengan guru menyebutkan bahwa guru menceriterakan perjuangan pahlawan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dengan mengajak siswa kunjugan studi di tempat bersejarah, dan melalui materi pelajaran IPS dan PKn. Selain itu saat observasi di kelas IV A, pada waktu istirahat pertama anak laki-laki bermain perang-perangan di dalam kelas. Ada yang pura-pura membawa senapan, ada yang pura-pura tertembak dan mati, kemudian peneliti mewawancarai salah satu siswa yang berperan sebagai penembak, peneliti menanyakan mengapa anak-anak suka bermain perang-perangan. Kemudian Sw menjawab bahwa sebelumnya Sw telah menonton film Perang Dunia 2 dan film Sudirman. Saat peneliti melakukan observasi, guru kelas 3 dan 4 sedang mematangkan rencana untuk melakukan outbond kelas 3 dan 4 pada hari Rabu 17 Februari di Gua Slarong. Terdapat dokumentasi berupa gambar saat siswa melakukan kunjungan studi. Selain itu, terdapat dalam daftar agenda sekolah untuk kunjungan study setiap semester ganjil. Dari data-data tersebut terlihat bahwa guru memberikan teladan kepada siswa untuk menyadari akan perjuangan mempertahankan Indonesia dilakukan oleh berbagai suku dan etnis. Keteladanan tersebut dilakukan melalui kunjungan studi, bercerita, dan melalui materi pelajaran IPS dan PKn. 75

2. Pembelajaran

Dokumen yang terkait

PERAN GURU BK DALAM PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN KEJUJURAN DI SD AISYIYAH UNGGULAN GEMOLONG Peran Guru BK dalam Penanaman Karakter Disiplin dan Kejujuran di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong Tahun Ajaran 2016/2017.

0 8 13

PERAN GURU BK DALAM PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN KEJUJURAN DI SD AISYIYAH UNGGULAN GEMOLONG Peran Guru BK dalam Penanaman Karakter Disiplin dan Kejujuran di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong Tahun Ajaran 2016/2017.

0 7 17

PENDAHULUAN Peran Guru BK dalam Penanaman Karakter Disiplin dan Kejujuran di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong Tahun Ajaran 2016/2017.

0 9 7

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Penanaman Karakter Semangat Kebangsaan Dan Cinta Tanah Air Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Hizbul Wathan Di Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 4

0 5 10

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Penanaman Karakter Semangat Kebangsaan Dan Cinta Tanah Air Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Hizbul Wathan Di Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 4

0 5 16

PENDAHULUAN Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Pendidikan Berbasis Karakter Di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong Kabupaten Sragen.

0 1 11

PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI PADA SISWA KELAS IV DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL.

0 3 307

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA KELAS IV SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 1 186

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL.

0 2 212

jurnal Pendidikan Karakter Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa

0 0 16