PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL.

(1)

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fadlilatun NIM. 12108241180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT

KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL” yang disusun

oleh Fadlilatun, NIM 12108241180 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 18 Maret 2016 Pembimbing Skripsi

Dr. Wuri Wuryandani, S.Pd, M.Pd NIP. 19800929 2200501 2 003


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 18 Maret 2016 Yang menyatakan,

Fadlilatun


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT

KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL” yang disusun

oleh Fadlilatun, NIM 12108241180 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 04 April 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd Ketua Penguji ... ... Dr. E Kus Eddy Sartono, M.Si Sekretaris Penguji ... ...

Dr. Arif Rohma, M.Si Penguji Utama ... ...

Yogyakarta,

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd


(5)

MOTTO

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling

menasehati untuk kesabaran” ( Terjemahan Q.S Al ‘Asr: 2-3 )

“Bhineka Tunggal Ika” (Empu Tantular)

“Berkisah dan membuat kisah, untuk negeri penuh berkah” (Penulis)


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan dengan mengucap syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibu dan Ayah tercinta, Alm. Bapak Juwardi dan Ibu Rubiyah serta adik tersayang Dwi Purnomo yang senantiasa ada dalam lantunan doa. 2. Agama serta segenap rakyat Indonesia yang membantu

menyekolahkan saya melalui BIDIKMISI.


(7)

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL

Oleh Fadlilatun NM 12108241180

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah. Fokus penelitian yang diajukan adalah nilai-nilai karakter semangat kebangsaan yang dikembangkan di SD Unggulan Aisyiyah dan penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, dan siswa SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Adapun objek penelitian ini adalah penanaman karakter semangat kebangsaan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif Miles & Huberman (reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan). Uji keabsahan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul dapat dilihat dari aspek keteladanan, pembelajaran, dan pemberdayaan serta pembudayaan sekolah. Penanaman karakter semangat kebangsaan dalam aspek keteladanan dapat dilihat dalam kegiatan rutin, kegiatan berkala, dan kegiatan insidental. Dalam aspek pembelajaran, guru melakukan pengintegrasian nilai karakter semangat kebangsaan ke dalam perencanaan pembelajaran, mata pelajaran, kegiatan kokurikuler, dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam aspek pemberdayaan dan pembudayaan sekolah, penanaman karakter semangat kebangsaan dilakukan pada latar makro dan latar mikro.

Kata kunci: penanaman karakter, nilai-nilai karakter, karakter semangat kebangsaan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Penanaman Karakter Semangat Kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar (PSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak / Ibu di bawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., MA. selaku yang menerima saya sebagai mahasiswa yang telah lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri untuk belajar di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr. Haryanto, M. Pd. yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I sebagai Ketua jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah mendukung kelancaran penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(9)

5. Ibu Rubiyah dan adik Dwi Purnomo yang selalu menyemangati dan mendukung penyusunan skripsi di rumah.

6. Bapak Suwardi, S.Pd.Si selaku kepala SD Unggulan Aisyiyah Bantul yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Unggulan Aisyiyah Bantul.

7. Segenap warga SD Unggulan Aisyiyah yang bersedia menjadi subjek penelitian.

8. Teman-teman “D Javu” yang telah memberi warna dan kisah dalam perkuliahan selama 7 semester.

9. Keluarga HIMA PGSD Kampus III, KMIP Kampus III, dan FOMUNY yang senantiasa memberi pelajaran tentang perjuangan dan kebersamaan. 10. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebut satu persatu yang selalu

membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, Maret 2016 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Fokus Penelitian ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penlitian... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Pendidikan Karakter ... 11


(11)

1. Konsep Pendidikan Karakter... 11

2. Fungsi Pendidikan Karakter ... 16

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 18

4. Pilar-pilar Penanaman Karakter ... 22

5. Faktor-faktor Penanaman Karakter ... 23

6. Pendekatan Pembentukan Karakter ... 25

B. Kajian Tentang Karakter Semangat Kebangsaan... 37

1. Pengertian Karakter Semangat Kebangsaan ... 37

2. Nilai-nilai Karakter Semangat Kebangsaan ... 39

C. Penelitian yang Relevan ... 41

D. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 44

B. Lokasi Penelitian ... 45

C. Subyek Penelitian ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

E. Instrumen Penelitian... 48

F. Sumber Data ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 51

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 55


(12)

2. Visi Misi Sekolah ... 55

3. Jumlah Siswa ... 59

4. Kondisi Fisik Sekolah ... 60

5. Potensi Guru dan Karyawan ... 61

6. Ekstrakurikuler ... 61

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian ... 62

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 62

2. Deskripsi Objek Penelitian... 63

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 63

1. Keteladanan ... 63

2. Pembelajaran ... 75

3. Pemberdayaan dan Pembudayaan ... 82

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

1. Keteladanan ... 90

2. Pembelajaran ... 97

3. Pemberdayaan dan Pembudayaan ... 99

E. Temuan Penelitian... 102

F. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106

B. Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(13)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 49 Tabel 2. Jumlah Siswa SD Unggulan Aisyiyah ... 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Program Pengembangan Nilai/Karakter Secara Makro ... 33 Gambar 2. Pengembangan Karakter dalam Konteks Mikro ... 35 Gambar 3. Komponen dalam Analisis Data... 52 Gambar 4. Indikator Nilai Karakter Semangat Kebangsaan yang

Dominan dan Kurang Dominan Dalam Keteladanan... 94 Gambar 5. Indikator Nilai Karakter Semangat Kebangsaan dalam

Aspek Pemberdayaan dan Pembudayaan yang Berjalan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian... 112

Lampiran 2. Lembar Observasi Siswa ... 113

Lampiran 3. Lembar Wawancara Siswa ... 114

Lampiran 4. Panduan Analisis Dokumentasi Siswa ... 115

Lampiran 5. Lembar Observasi Guru... 116

Lampiran 6. Lembar Wawancara Terhadap Guru... 117

Lampiran 7. Panduan Analisis Dokumentasi Guru... 118

Lampiran 8. Lembar Observasi Sekolah... 119

Lampiran 9. Lembar Wawancara Terhadap Kepala Sekolah... 120

Lampiran 10. Panduan Analisis Dokumentasi Sekolah ... 122

Lampiran 11. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Wawancara dengan Kepala Sekolah. ... 123

Lampiran 12. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Wawancara dengan Guru... 133

Lampiran 13. Tabel Reduksi, Display, dan Kesimpulan Wawancara dengan Siswa ... 154

Lampiran 14. Tabel Triangulasi Sumber dan Cross Chek Hasil Wawancara Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa ... 163

Lampiran 15. Displai, Reduksi, dan Kesimpulan Hasil Observasi ... 173

Lampiran 16. Tabel Triangulasi Data ... 190

Lampiran 17.Catatan Lapangan ... 200

Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian... 226


(16)

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan martabatnya di mata dunia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun lebih dari itu pendidikan juga merupakan sarana pewarisan budaya luhur dan penanaman karakter bangsa. Dalam pelaksanaanya, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan bakat yang dimiliki peserta didik serta menanamkan nilai-nilai dan moral yang terinternalisasi dengan baik agar terwujud generasi yang berkualitas yang dapat mewujudkan bangsa yang bermartabat.

Berdasarkan Undang-undang (UU) RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam pasal 3 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,


(18)

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Mencermati fungsi pendidikan nasional di atas, yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, memberikan makna bahwa pendidikan harus memberikan wawasan serta perubahan watak yang baik terhadap peserta didik. Watak tersebut yang nantinya akan menjadi pilar dan kepribadian bangsa Indonesia. Untuk dapat membentuk watak yang sesuai dengan harapan tujuan pendidikan nasional maka sangat penting dalam proses pelaksanaan pendidikan pun mengarah kepada tercapainya tujuan tersebut.

Fungsi pendidikan menunjukan bahwa pendidikan pada hakikatnya tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter. Pendidikan tidak hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berperan dalam penanaman karakter dan watak bangsa. Dengan kata lain, pendidikan memiliki peran penting dalam membangun jati diri dan identitas diri sebagai karakter bangsa Indonesia.

Thomas Lickona(2012:82) menyatakan bahwa karakter memiliki tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan yang baik, setelah itu timbul rasa ingin melakukan hal yang baik, dan kemudian melakukan hal yang baik tersebut. Dari ketiga hal tersebut sering kita menyebutnya sebagai domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi pendidikan karakter merupakan sebuah rangkaian dari pemberian pengetahuan tentang karakter, melatih agar anak mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan yang baik serta


(19)

mengawal dan membiasakan anak untuk melakukan tindakan yang baik secara terus menerus. Salah satu usaha pembentukan manusia terdidik dan berkarakter adalah dengan adanya pendidikan karakter.

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan Nasional tanggal 23 Mei 2006 menyatakan bahwa pendidikan dasar memiliki tujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sedangkan pendidikan menengah memiliki tujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dari penjelasan di atas, nampak bahwa pendidikan dasar memiliki tanggung jawab untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan terutama penanaman watak untuk seorang manusia agar dapat menjadi pribadi yang mandiri dalam menghadapi proses kehidupannya.

Made Pidarta (2007:33) mengemukakan bahwa pendidikan sebagai sistem (dalam hal ini sekolah) adalah sistem pengembangan input menjadi output atau pengembangan peserta didik baru masuk hingga lulus sebagai berikut, subsistem input ialah peserta didik yang baru masuk, subsistem proses ialah proses belajar mengajar yang melibatkan pendidik, materi pelajaran, alat belajar, evaluasi, dan sebagainya, serta subsistem output ialah lulusan lembaga pendidikan itu. Jelas sekali bahwa dalam subsistem proses terdapat berbagai macam kegiatan yang bertujuan untuk mencapai standar lulusan yang baik. Di subsistem proses inilah terdapat pengajaran, pendidikan, serta pembiasaan


(20)

karakter terhadap diri siswa. Subsistem proses juga memerlukan waktu yang paling lama serta menjadi kunci keberhasilan dalam subsistem output. Dengan kata lain, subsistem proses sangatlah penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan.

Ki Hajar Dewantara (Dwi Siswoyo dkk, 2011:176) menyatakan bahwa pendidikan berdasarkan garis hidup bangsanya dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan bangsanya yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya sehingga memiliki kedudukan dan kemuliaan yang sama terhadap bangsa lain. Oleh karena itu kita perlu senantiasa menggelorakan “Indonesian Spirit” yang dalam konteks pendidikan karakter masuk kedalam karakter semangat kebangsaan sehingga kita menjadi bangsa yang maju, bermartabat, dan memiliki jati diri yang kokoh dan dinamis serta dapat menjawab tantangan nasional dan global. Bangsa Indonesia harus memiliki kepribadian bangsa yang luhur. Dengan cara demikian bangsa Indonesia akan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia serta dapat memakmurkan negeri sendiri.

Begitu pentingnya sebuah karakter sebagai tujuan pendidikan nasional, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran, terutama dalam pendidikan sekolah dasar. Penguatan pendidikan karakter khususnya semangat kebangsaan dalam konteks saat ini begitu relevan dengan upaya mengatasi krisis jati diri bangsa yang terjadi di negara Indonesia saat ini. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki 18 nilai yang dikembangkan. Nilai-nilai tersebut


(21)

yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut diidentifikasi dari sumber agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional (Kemendiknas, 2010: 8-10).

Akan tetapi, memang tidak bisa dipungkiri, bahwa pendidikan belum bisa melaksanakan peran yang diamanahkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 di atas dengan baik. Saat ini pendidikan hanya dimaknai sebagai teknik manajerial persekolahan yang hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif dan meminggirkan pendidikan karakter bangsa (http://www.ugm.ac. id). Dengan kata lain, pendidikan masih terjebak dalam peran yang amat sederhana, yakni sekadar mentransfer pengetahuan tanpa memperhatikan penanaman nilai-nilai karakter pada diri peserta didik.

Jika kita lihat pada kenyataannya terjadi ketidak harmonisan dalam hubungan tersebut. Masih sangat banyak kita temui perilaku yang menyimpang dari karakter dalam lingkungan masyarakat. Menurut Dharma Kesuma dkk (2011:2) terdapat beberapa indikasi yang salah dengan bangsa Indonesia yaitu kondisi moral generasi muda yang rusak, pengangguran terdidik yang mengkhawatirkan, rusaknya moral bangsa yang akut, bencana yang terus jerjadi berulang kali, kemiskinan yang semakin bertambah, daya kompetitif yang rendah, dan inefisiensi pembiayaan pendidikan.


(22)

Pada tahun 1999 Timor-timur melepaskan diri dar NKRI, Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan telah jatuh ke tangan Malaysia pada tahun 2002. Gerakan separatisme seperti GAM dan RMS. Remaja muda gemar dengan budaya asing. Produk asing membanjiri pasaran Indonesia. Kekayaan alam Indonesia dieksploitasi asing. Degradasi moral sangat terlihat serta masih banyak fakta yang menunjukkan belum optimalnya penanaman karakter dalam diri manusia Indonesia khususnya karakter semangat kebangsaan.

Pendidikan karakter semangat kebangsaan tampaknya kurang begitu mendapatkan perhatian yang serius dari kalangan pendidik sehingga lama-kelamaan makin hilang. Darmiyati Zuchdi dkk (2012:14) mengemukakan bahwa pendidikan harus mampu mengemban misi penanaman karakter (character building) sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia. Sekolah diharapkan menciptakan lulusan tidak hanya unggul secara akademik tetapi berkarakter baik, memiliki budi pekerti baik, dan kepribadian baik. Untuk menanamkan Indonesian Spirit atau yang sering kita sebut nasionalisme ataupun semangat kebangsaan bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan pembiasaan yang terus-menerus mulai dari dini.

Seperti yang dikemukakan diatas, untuk memajukan bangsa maka perlu adanya jiwa yang mempunyai rasa semangat kebangsaan. Namun, pendidikan sekarang belum bisa menjawab tantangan tersebut. Sebagai contoh, peneliti melakukan wawancara pra observasi terhadap tiga wali murid siswa SD


(23)

berbasis agama. Dari hasil wawancara tersebut, dua wali murid ini memilih untuk memindahkan siswanya ke sekolah biasa. Hal ini karena siswa-siswa ini sampai dengan kelas empat SD belum bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya dan tidak mengenal lagu-lagu nasional. Hal ini mengkhawatirkan wali murid tersebut karena kurangnya jiwa semangat kebangsaan pada siswa tersebut. Dari hasil wawancara pra observasi dengan salah satu siswa tersebut, mengemukakan bahwa di sekolahnya jarang diadakan upacara bendera. Seorang wali murid SD berbasis agama juga mengakui bahwa siswa yang disekolahkan di SD yang berbasis agama juga kurang mendapatkan pendidikan semangat kebangsaan. Hal inilah yang mendukung peneliti untuk melakukan penelitian mengenai penanaman karakter semangat kebangsaan pada siswa SD berbasis agama.

Sementara itu peneliti pada awal bulan September telah melakukan observasi di tiga sekolah Islam terpadu di Kabupaten Bantul, yaitu SDIT Assalam, SDIT Ar Raihan dan SD Unggulan Aisyiah. SDIT Assalam sedang mengalami renovasi total sehingga SD tersebut tidak layak untuk dijadikan tempat penelitian. SDIT Ar Raihan merupakan SD binaan Siaga Bencana sehingga kurang tepat untuk dijadikan tempat penelitian. SD Unggulan Aisyiyah Bantul yang merupakan SD dengan menggabungkan kurikulum agama dan nasional. SD Unggulan Aisyiyah memiliki memiliki visi “Terwujudnya siswa yang unggul, berprestasi, cerdas, mandiri, berkarakter, bertakwa, dan berwawasan global tahun 2019” dan salah satu misinya yaitu “Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat semangat


(24)

kebangsaan”. Siswa-Siswi SDIT Unggulan Aisyiyah memperlihatkan perilaku yang lebih baik, sebagai contoh siswa SD ini lebih disiplin dalam berpakaian, lebih disiplin dalam mentaati ketertiban sekolah, dan lain-lain. Prestasi di SD ini juga lebih baik dari SD lain. Siswa yang mengikuti kompetisi sering mendapat juara. Bahkan pasukan pleton inti SD ini juga juara tingkat kabupaten. Sekolah ini juga terpilih untuk mewakilkan sebanyak 22 siswa untuk mengikuti student exchange ke Singapura dan Malaysia pada bulan November 2015.

Dari paparan di atas dan hasil observasi di SD, peneliti tertarik membuat penelitian untuk melihat bagaimana penanaman karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul yang memiliki salah satu misi “Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat semangat kebangsaan”. Oleh karena itu peneliti mengusulkan judul “Penanaman Karakter Semangat Kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul”.

B. Identifikasi masalah

1. Semakin terancamnya kedaulatan NKRI dengan lepasnya beberapa pulau. 2. Siswa belum bisa menyanyikan lagu-lagu wajib nasional.

3. Beberapa sekolah berbasis agama mengurangi jadwal upacara bendera. 4. Karakter semangat kebangsaan belum terinternalisasi dalam diri siswa

dengan baik.

5. Pendidikan karakter semangat kebangsaan banyak dilupakan oleh sekolah berbasis agama.


(25)

C. Fokus Penelitian

Melihat luasnya permasalahan yang ada dalam penanaman karakter semangat kebangsaan, maka penelitian ini difokuskan pada:

1. Nilai-nilai karakter semangat kebangsaan yang dikembangkan di SD Ungulan Aisyiyah .

2. Penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini bermanfaat: 1. Secara Teoritis

Memberi masukan dalam upaya meningkatkan penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan sesuai dengan visi dan misi sekolah.


(26)

2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah

1) Memberi gambaran sejauh mana penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan kesadaran bagi sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter semangat kebangsaan dalam merumuskan kebijakan dan program kegiatan sekolah.

b. Bagi Guru

1) Memberi gambaran sejauh mana penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan motivasi bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter semangat kebangsaan dalam proses pembelajaran. c. Bagi Siswa

1) Memberi informasi bagi siswa tentang nilai-nilai karakter semangat kebangsaan yang dikembangkan oleh sekolah.

2) Meningkatkan pembiasaan bertindak, bersikap, dan berucap sesuai dengan nilai-nilai karakter semangat kebangsaan yang baik.


(27)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Pendidikan Karakter

1. Konsep Pendidikan Karakter

Thomas Lickona (2012:13) menyebutkan bahwa karakter adalah kepemilikan hal-hal yang baik . Karakter adalah objektifitas yang baik atas kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak. Menambahkan pengertian diatas, FW Foerster (dalam Elmubarok, 2008:104) menyatakan bahwa karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seseorang. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Menurut Novan Ardi Wiyani (2012:25), karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat diketahui bahwa inti dari karakter adalah watak khusus yang dapat membedakan satu orang dengan yang lainnya.

Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara (dalam Wibowo, 2013:9) menyatakan bahwa karakter adalah watak atau budi pekerti yaitu bersatunya antara gerak fikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang menimbulkan tenaga. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Kemendiknas, 2010:3).


(28)

Hampir sama dengan pendapat Ki Hajar Dewantara di atas, Abdul Majid (2013:12) menyatakan bahwa karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Sering orang menyebut dengan tabiat atau perangai. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat di tarik benang merah bahwa karakter merupakan kualitas moral. Seseorang dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki oleh masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

Sedangkan pendidikan karakter sendiri menurut Agus Wibowo (2012:36) adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkannya dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan negara. Jamal Asmani (2013:35) menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan yan Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Dalam konteks kajian P3, Dharma Kusuma dkk (2011: 34), mengemukakan bahwa dalam seting sekolah, pendidikan karakter sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Sejalan dengan itu, Muhaimin Azzet (2011:36) juga menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem


(29)

penanaman nilai-nilai karakter yang baik kepada semua yang terlibat dan sebagai warga sekolah sehingga mempunyai pengetahuan, kesadaran, dan tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan karakter ialah pembentukan serta pengembangan watak, sifat, ciri khas perilaku manusia yang berlandaskan pada hal-hal yang baik agar dapat menjadi manusia seutuhnya.

Terdapat delapan belas nilai karakter yang bersumber dari nilai luhur budaya Indonesia yang berasal dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yan tercantum dalam Undang-Undang. Kedelapan belas nilai tersebut yang telah dicantumkan dalam Panduan Penerapan Pendidikan Karakter Bangsa berserta definisinya (Kemendiknas, 2010:10). Kedelapan belas nilai tersebut yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demkratis,rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Secara terperinci deskripsi dari kedelapan belas karakter di atas sebagai berikut:

a. Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.


(30)

b. Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

d. Disiplin merupakan sikap dan tindakan yan menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

e. Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis merupakan cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.


(31)

k. Cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang.

m. Bersahabat/komuniatif dideskripsikan sebagai tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang meberikan kebajkan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli sosial merupakan Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab adalah Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,


(32)

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kemendiknas, 2010:10).

2. Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dibangun dengan mengacu pada Pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mencermati fungsi pendidikan yang tercantum dalam undang-undang di atas, terdapat tiga fungsi pendidikan. Pertama, “mengembangkan kemampuan” dalam konteks pendidikan karakter, Dharma Kesuma (2011:7) menyebutkan kemampuan yang perlu di kembangkan adalah kemampuan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri, kemapuan untuk hidup secara harmoni, dengan manusia dan makhluk lainnya, dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

Fungsi kedua “membentuk watak” mengandung makna bahwa pendidikan nasional harus diarahkan pada pembentukan watak. Watak seseorang dapat terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan berpikir, bersikap, dan bertindak.


(33)

Kebajikan bersumber dari sejmlah nilai norma dan moral yang diakui kebenarannya dan yang terwujud dalam hubungan-hubungan yang membangun interaksi antara manusia dengan Tuhan, masyarakat, lingkungan, bangsa dan negara serta dengan diri sendiri. Hubungan-hubungan itulah yang menimbulkan penilaian baik-buruknya seseorang.

Fungsi ketiga “peradaban bangsa”. Pendidikan selalu dikaitkan dengan pembangunan bangsa. Dalam perspektif pedagogik, pendidikan itu berfungsi untukmenjadikan mausia yang terdidik. Bangsa yang beradab merupakan dampak dari pedidikan yang menghasilkan manusia terdidik.

Sedangkan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter yang di keluarkan Oleh Kemendiknas (2010:5), sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu

a. Pembentukan dan Pengembangan Potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b. Perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi


(34)

dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera. c. Penyaring

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

Jadi, fungsi pendidikan pendidikan karakter sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan, membentuk watak, serta mencerdaskan peserta didik. Pendidikan karakter berfungsi mengembangkan peserta didik yaitu memberi kesempatan peserta didik untuk dapat berpikir, berhati, dan berperilaku sesuai dengan falsafah Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi membentuk watak membentuk membantu peserta didik untuk menginternalisasi berbagai nilai kebajikan agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai falsafah Pancasila di lingkungan pendidikan formal, non formal, dan informal. Pendidikan karakter berfungsi mencerdaskan peserta didik yaitu menjadikan peserta didik mempunyai pengetahuan, memahami, mempunyai perasaan, dan tingkah laku sesuai dengan nilai falsafah Pancasila sehingga dapat menyaring dan memilah nilai-nilai yang positif untuk menjadi karakter warga negara Indonesia.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Dalam Buku Induk Pendidikan Karakter yang disusun Kemendiknas (2010:5), pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan


(35)

pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Panduan Penerapan Karakter Bangsa yang di keluarkan oleh Kemendiknas (2010:7) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah sebagai berikut:

a. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

b. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

c. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

d. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

e. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Dalam setting sekolah, menurut Novan Wiyani (2013:70) pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai berikut:


(36)

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;

c. Mengembangkan koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan taggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik pada saat bersekolah atau ketika sudah lulus. Penguatan dan pengembangan memilii makna bahwa pendidikan dalam setting sekolah bukan merupakan dogmatisasi nilai, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik agar merefleksi dan memahami pentingnya mewujudkan nilai-nilai dalam perilaku keseharian. Penguatan juga mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan baik dalam setting sekolah maupun kelas. Lulusan sekolah memiliki sejumlah perilaku yang khas sebagaimana nilai yang dijadikan rujukan sekolah tersebut. Asumsi yang terkandung dalam tujuan pertama adalah penguasaan akademik diposisikan sebagai media atau sarana untuk mencapai tujuan penguatan dan pengemnana karakter. Dengan kata lain, sebagai tujuan perantara untuk terwujudnya suatu karakter.

Tujuan kedua pendidikan karakter di sekolah adalah mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang di kembangkan sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa tujuan pendidikan


(37)

karakter memilii sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku negatif anak menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengoreksian perilaku, dipahami sebagai proses pedagogis bukan suatu pemaksaan atau pengkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogi dalam pengkoreksian perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak. kemudian dibarengi dengan keteladanan lingkungan sekolah dan rumah kemudian proses pembiasaan berdasarkan tingkat dan jenjang sekolahnya.

Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter setting sekolah adalah membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dengan memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Tujuan ini bermakna bahwa karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses pendidikan dikeluarga. Penguatan perilaku merupakan suatu hal yang holistik, bukan hanya satu rentang waktu tertentu pada masa usia anak.

Jamal Asmani (2013:45) mengemukakan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian penanaman karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuia dengan standar kompetensi lulusan. Pendidikan karakter pada tingkatan institusi, mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,tradisi, kebiasaan, keseharian, dan simbil-simbol yang dipraktikan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar. Tujuan mulia pendidikan karakter ini akan berdampak langsung pada prestasi anak didik.


(38)

Sesuai dengan uraian di atas, dapat di katakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakter bertujuan untuk memfasilitasi, mengembangkan, mengkoreksi, serta menguatkan watak peserta didik agar sesuai dengan standar kompetensi kelulusan yang bermuara pada falsafah Pancasila.

4. Pilar-pilar Penanaman Karakter

Pendidikan karakter tanpa identifikasi pilar-pilar karakter hanya akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir dan petualangan tanpa peta. Oleh karena itu terdapat banyak pendapat para ahli yang merumuskan tentang karakter dasar yang menjadi pilar perilaku individu. Lickona (2013:16) mengemukakan sepuluh esensi kebajikan untuk membangun karakter yang kuat yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian, pengendalian diri, rasa cinta, sikap positif, bekerja keras, integritas, syukur, dan kerendahan hati.

Berdasarkan sepuluh esensi kebajikan yang dikemukakan oleh Lickona di atas, Character Count Coalition (dalam Wiyani, 2013:49) mengeluarkan The Six Pillar of Characteryang berisi sebagai berikut

a. Trustworthines (rasa percaya diri) yaitu bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi berintegritas, jujur, dan loyal;

b. Fairness (rasa keadilan) yaitu bentuk karakter yang membuat seeorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain; c. Caring (rasa kepedulian) yaitu betuk karakter yang membuat seseorang

memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun terhadap kondisi sosial lingkungan sekitar;


(39)

d. Respect (rasa hormat) yaitu bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain;

e. Citizenship (rasa kebangsaan) yaitu bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadaplingkungan alam;

f. Responsibility (rasa tanggung jawab) yaitu bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.

Berdasarkan pilar-pilar karakter utama tersebut jika dikaitkan dengan bangsa Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa pilar-pilar penanaman karakter kebangsaan yang dimaksud disini adalah dengan berpedoman kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan hineka Tunggal ika. Di mana ke pilar-pilar karakter utama tersebut sudah termuat dalam sila-sila Pancasila. Oleh karena itu pilar-pilar penanaman karakter kebangsaan tidak lepas dari nilai-nilai yang hidup dapam masyarakat Indonesia itu sendiri. Sehingga Pancasila menjadi landasan moral bagi setiap orang khususnya peserta didik dalam mengembangkan sikap dan perilaku sebagai peserta didik yang nantinya dapat mewujudkan masyarakat yang demokratis.

5. Faktor-faktor Penanaman Karakter

Karakter seseorang dalam proses perkembangan dan pembentukannya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan (nurture) dan faktor bawaan (nature). Tinjauan teoretis perilaku berkarakter secara psikologis merupakan perwujudan dari potensi Intellegence Quotient (IQ), Emotional


(40)

Quentient (EQ), Spritual Quotient (SQ) dan Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki oleh seseorang. Sedangkan seseorang yang berkarakter menurut pandangan agama pada dirinya terkandung potensi-potensi, yaitu: sidiq, amanah, fathonah, dan tablig. Berkarakter menurut teori pendidikan apabila seseorang memiliki potensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang teraktualisasi dalam kehidupannya. Adapun menurut teori sosial, seseorang yang berkarakter mempunyai logika dan rasa dalam menjalin hubungan intra personal, dan hubungan interpersonal dalam kehidupan bermasyarakat (Kemendiknas,2010:8).

Selain itu jika menilik kembali mengenai Tri Pusat Pendidikan, yaitu lingkungan keluarga (informal), lingkungan sekolah (formal), dan lingkungan masyarakat (non formal) maka ada hubungan antara faktor pendidikan karakter dengan tri pusat pendidikan. Keluarga merupakan tempat pertamakali seorang manusia mendapat pendidikan. Maka keadaan keluarga dan cara mendidik dalam keluarga sangat berperan besar terhadap penanaman karakter seseorang. Kemudian lingkungan sekolah di mana pendidikan secara formal didapat dari lembaga ini. Hampir separuh dari keseharian anak dihabiskan untuk belajar di sekolah. Di mana terdapat interaksi pendidikan antara warga sekolah dengan siswa yang tentu sangat berpengaruh terhadap pembentuan karakter siswa. Dan yang terakhir adalah lingkungan masyarakat, dimana biasanya siswa sepulang sekolah akan berinteraksi dengan lingkungan seperti bermain-main dengan teman sebaya di rumah orang lain dan sebagainya. Apa yang siswa lihat, siswa dengar, dan siswa alami akan berpengaruh terhadap siswa. Dalam


(41)

berinteraksi dengan lingkungan tentu banyak pengalaman yang didapat siswa dan sangat berpengaruh terhadap penanaman karakter siswa.

Dari uraian di atas jelas dipaparkan mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi penanaman karakter siswa tidak terkecuali karakter semangat kebangsaan. Antara faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain sangat mempengaruhi terhadap pembentuka karakter siswa. Maka, faktor-faktor tersebut mempunyai porsi yang sama dalam penanaman karakter. Tidak bisa hanya mengandalkan pada satu faktor saja, tetapi semua harus sejalan dan seimbang serta berlanjut secara terus menerus untuk membentuk karakter yang baik pada diri siswa.

6. Pendekatan Penanaman Karakter

Secara praktis menurut Naim (2012:175) ada tiga langkah yang dapat digunakan untuk meningkatkan semnagat kebangsaan. Pertama, mempertinggi tingkat pendidikan. Pendidikan yang semakin tinggi memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk menimbang-nimbang informasi yang layak untuk ditiru dan menyeleksi informasi yang layak untuk ditiru dan menyeleksi informasi yang harus dibuang. Jadi, pendidikan melahirkan kemampuan menyeleksi terhadap kebudayaan asing. Kedua, mengusahakan agar generasi muda dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Sebab, dengan perluasan perspektif komparatif antara berbagai unsur budaya dunia yang saling mengisi, membuat seseorang lebih arif dalam menyeleksi informasi yang berguna dan bermanfaat. Ketiga, mempertebal iman dan pengamalan agama. Sebab,


(42)

keimanan memberi daya tahan yang luar biasa dalam menghadapi berbagai perubahan dan keragaman informasi.

Sedangkan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter yang dikeluarkan oleh Kemendiknas (2010:14). Pendekatan pendidikan Karakter dijabarkan dengan

a. Keteladanan

Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, satuan pendidikan formal dan nonformal harus menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan. Agus Wibowo (2012:89) menyebutkan bahwa keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik, sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Pendemonstrasian berbagai contoh teladan merupakan langkah awal pembiasaan.

Keteladanan dalam pendidikan karakter dapat dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari satuan pendidikan formal dan nonformal yang berwujud kegiatan rutin, kegiatan insidental, dan kegiatan berkala. Kegiatan rutin menurut Novan A Wiyani (2013:104) merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten. Selanjutnya kegiatan spontan, yakni kegiatan insidental yang dilakukan pada saat itu juga tanpa direncanakan. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat pendidik dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang


(43)

harus dikoreksi pada saat itu juga. Terakhir adalah kegiatan berkala. Kegiatan berkala merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan secara berkala.

Dalam aspek keteladanan, Thomas Lickona (2012:112) menjelaskan bahwa guru memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai dan karakter pada dengan tiga cara. Pertama, guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif, yaitu membuat mereka mengerti apa itu moral dengan melihat cara guru mereka meperlakukan mereka dengan etika yang baik. Kedua, guru dapat menjadi seorang model, yaitu guru dapat memberi contoh dalam hal-hal yang berkaitan dengan moral beserta alasannya, yaitu dengan cara menunjukkan etikanya dalam bertindak di sekolah dan lingkungannya. Ketiga, guru dapat menjadi mentor yang beretika, yaitu memberikan instruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi di kelas, bercerita, pemberian motivasi personal, dan memberikan umpan balik yang korektif ketika ada siswa yang menyakiti temannya atau menyakiti dirinya sendiri.

Oleh karena itu guru sebagai model siswa, akan sangat mempengaruhi perilaku siswa. Siswa akan mencontoh sikap guru sehingga guru harus berhati-hati dalam berperilaku dan bertutur kata. Hal inilah yang dimaksud oleh Ki Hajar Dewantar (dalam Siswoyo dkk, 2011:108) dengan semboyan “ing ngarso sung tuladha” yaitu pendidik di depan memberi contoh. Contoh yaitu teladan.


(44)

b. Pembelajaran

Penanaman pendidikan karakter secara secara terintegrasi di dalam proses pembelajran adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas pada semuau mata pelajaran (Novan Wiyani, 2013:90). Dengan demikian, kegiatan pembelajaran selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi materi yang di targetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan melaksanakannya dalam perilaku.

Pembelajaran karakter dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, di satuan pendidikan formal dan nonformal, serta di luar satuan pendidikan. Di kelas, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui proses belajar setiap materi pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor. Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan karakter. Di satuan pendidikan formal dan nonformal, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui berbagai kegiatan satuan pendidikan formal dan nonformal yang diikuti seluruh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Di luar satuan pendidikan formal dan nonformal, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan


(45)

kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh/sebagian peserta didik, dirancang satuan pendidikan formal dan nonformal sejak awal tahun pelajaran atau program pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik.

Selanjutnya dalam pembelajaran, budaya satuan pendidikan formal dan nonformal merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Iklim atau budaya satuan pendidikan formal dan nonformal menjadi komponen yang penting dalam penanaman pendidikan karakter. Jika suasana satuan pendidikan formal dan nonformal penuh kedisiplinan, kejujuran, kasih sayang, hal ini akan menghasilkan karakter yang baik. Pada saat yang sama, pendidik akan merasakan kedamaian dan suasana satuan pendidikan formal dan nonformal seperti itu akan meningkatkan mutu pengelolaan pembelajaran. Dengan pengelolaan pembelajaran yang baik, akan menyebabkan prestasi akademik yang tinggi. Hal ini termasuk perwujudan visi , misi, dan tujuan yang tepat untuk satuan pendidikan formal dan nonformal. Oleh karena itu, langkah pertama dalam mengaplikasikan pendidikan karakter dalam satuan pendidikan formal dan nonformal adalah menciptakan suasana atau iklim satuan pendidikan formal dan nonformal yang berkarakter yang akan membantu transformasi pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan menjadi warga satuan pendidikan formal dan nonformal yang berkarakter. Selain itu, Asmani (2013:59) juga mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran bertujuan menjadikan peserta didik menguasai kompetensi materi yang ditargetkan dan dirancang untuk menjadikan peserta didik


(46)

mengenal, menyadari atau peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dalam bentuk perilaku.

Penanaman pendidikan karakter juga diintergrasikan ke dalam semua materi pembelajaran. Proses pengintegrasian nilai tersebut, secara teknologi pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut (Kemendiknas, 2010: 19).

1) Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam silabus ditempuh antara lain melalui cara-cara sebagai berikut:

a) mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada pendidikan dasar dan pendidikan memengah, atau kompetsensi program studi pada pendidikan tinggi, atau standar kompetensi pendidikan nonformal;

b) menentukan apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau tersurat dalam SK dan KD atau kompetensi tersebut sudah tercakup di dalamnya;

c) memetakan keterkaitan antara SK/KD/kompetensi dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan; d) menetapkan nilai-nilai/ karakter dalam silabus yang disusun; e) mencantumkan nilai-nilai yang sudah tercantum dalam silabus ke


(47)

f) mengembangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai;

g) memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk internalisasi nilai mau pun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

Ada banyak cara mengintergrasikan nilai-nilai karakter ke dalam materi pembelajaran, dalam Desain Induk Pendidikan Karakter yang diterbitkan Oleh Kemendiknas (2010:21) menyebutkan antara lain: mengungkapkan nilai-nilai yang ada dalam materi pembelajaran, mengintegrasian nilai-nilai kakater menjadi bagian terpadu dari materi pembelajaran, menggunakan perumpamaan dan membuat perbandingan dengan kejadian-kejadian serupa dalam hidup para peserta didik, mengubah hal-hal negatif menjadi nilai positif, mengungkapakan nilai-nilai melalui diskusi dan curah pendapat, menggunakan cerita untuk memunculkan nilai-nilai, menceritakan kisah hidup orang-orang besar, menggunakan lagu-lagu dan musik untuk mengintegrasikan nilai-nilai, menggunakkann drama untuk melukiskan kejadian-kejadian yang berisi nilai-nilai, menggunakan berbagai kegiatan seperti kegiatan pelayanan, praktik lapangan melalui klub-klub atau kelompok kegiatan untuk memunculkan nilai-nilai kemanusiaan.


(48)

Selanjutnya mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan kokurikuler, ekstrakurikuler, dan pendidikan nonformal. Kemendiknas (2010:22) menjelaskan bahwa kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan bermanfaat bagi peserta didik. Ada kecenderungan saat ini antara lain munculnya gejala keengganan peserta didik untuk berlibat dalam kegiatan kesiswaan/kemahasiswaan. Program itu dapat disajikan dengan sangat menarik, mengikutsertakan teknik-teknik simulasi, bermain peran, atau diskusi. Pada peningkatan keterampilan belajar, peserta didik diajak untuk meningkatkan teknik belajar, pemetaan pikiran, dan teknik membaca. Adapun keterampilan berpikir difokuskan pada peningkatan kemampuan menyelesaikan persoalan serta mengambil keputusan. Selain itu, ada juga kecakapan hidup yang lebih ditekankan pada beberapa hal di antaranya manajemen diri, membangun impian, teknik berkomunikasi, mengelola konflik, dan mengelola waktu.

c. Pemberdayaan dan Pembudayaan

Pengembangan nilai/karakter dapat dilihat pada dua latar, yaitu pada latar makro dan latar mikro. Latar makro bersifat nasional yang mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan ilmpementasi pengembangan nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional. Secara makro pengembangan karakter dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi


(49)

hasil. Pada latar makro, program pengembangan nilai/karakter dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Program Pengembangan Nilai/Karakter Secara Makro Sumber : Kemendiknas (2010:26)

Gambar di atas dapat dijabarkan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan karakter bersumber dari (1) filosofis: Pancasila, UUD 1945, dan UU N0.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya; (2) teoretis: teori tentang otak, psikologis, pendidikan, nilai dan moral, serta sosiokultural; (3) empiris: berupa pengalaman dan praktik terbaik, antara lain tokoh-tokoh, satuan pendidikan formal dan nonformal unggulan, pesantren, kelompok kultural, dll. Pada tahap penanaman dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada penanaman karakter dalam diri peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan sebagaimana digariskan sebagai salah


(50)

satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan formal dan nonformal, keluarga, dan masyarakat.

Dalam konteks mikro, pendidikan karakter berpusat pada satuan pendidikan formal dan nonformal secara holistik. Satuan pendidikan formal dan nonformal merupakan wilayah utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus proses pendidikan karakter. Pendidikan seharusnya melakukan upaya sungguh-sungguh dan senantiasa menjadi garda depan dalam upaya penanaman karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya. Secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan formal dan nonformal; kegiatan kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, pengembangan karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua materi pembelajaran.

Program pendidikan karakter pada konteks mikro dapat digambarkan sebagai berikut


(51)

Gambar 2. Pengembangan Karakter dalam Konteks Mikro Sumber : Kemendiknas (2010:28)

Selain urain di atas, Thomas Lickona (2012:158) mengemukakan bahwa guru bijak dalam membangun karakter melalui bidang akademik dengan cara mengelola kelas mereka yang mendorong tanggung jawab intelektual dan etika. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa dalam menanamkan karakter kepada siswa, guru juga harus memperhatikan kondisi kelas, atmosfer kelas, serta peraturan kelas agar proses penanaman nilai karakter dapat berlangsung dengan baik. Selanjutnya Thomas Lickona (2012:271) juga mengemukakan bahwa sekolah itu sendiri harus mewujudkan karakter yang baik. Pendidikan karakter adalah tentang menjadikan sekolah berkarakter. Dari pendapat Thomas Lickona tersebut, jelas bahwa sebelum menanamkan karakter kepada


(52)

siswa, sekolah sebagai tempat penanaman karakter harus sudah siap dan harus disiapkan untuk membentuk karakter. Pembentukan iklim sekolah yang berkaraker tentu memerlukan keterlibatan staf sekolah, siswa itu sendiri, dan orang tua siswa.

d. Penguatan

Penguatan pendidikan karakter perlu dilakukan dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus. Penguatan juga dapat terjadi dalam proses habituasi. Hal itu akhirnya akan membentuk karakter yang akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu. Penguatan dapat juga dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk penataan lingkungan belajar dalam satuan pendidikan formal dan nonformal yang menyentuh dan membangkitkan karakter. e. Penilaian

Selanjutnya, penilaian dilakukan dengan observasi, dilanjutkan dengan monitoring pelaksanaan dan refleksi. Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya pendidik dapat memberikan kesimpulan/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Penilaian untuk pendidikan karakter bermuara pada: (1) berperilaku jujur sehingga menjadi teladan; (2) menempatkan diri secara proporsional dan bertanggung jawab; (3) berperi laku dan berpenampilan cerdas sehingga menjadi teladan; (4) mampu menilai diri sendiri (melakukan refleksi diri) sehingga dapat bertindak kreatif; (5) berperilaku peduli sehingga menjadi teladan; (6)


(53)

berperilaku bersih sehingga menjadi teladan; (7) berperilaku sehat sehingga menjadi teladan; (8) berperilaku gotong royong sehingga menjadi teladan (Kemendiknas, 2010: 36). Muara penilaian ini juga menjadi bagian dari penilaian karakter semangat kebangsaan.

B. Kajian tentang Karakter Semangat Kebangsaan 1. Pengertian Karakter Semangat Kebangsaan

Sebagai bangsa yang merdeka, bangsa Indonesia mempunyai cita-cita dan tujuan seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yakni adanya kehidupan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil, dan makmur. Dalam hal persatuan bangsa, Muladi (2008:137) mengemukakan bahwa semboyan “Bhineka Tunggal Ika” di dalamnya terkandung elemen-elemen diversity, unity, harmony, telerace, dan peace. Sepemikiran dengan itu, Hamengkubuwono X (2008:63) mengemukakan bahwa geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar memiliki keunikan budaya tersendiri. Oleh karena itu, konsep-konsep geopolitik dan geostrategis Indonesia pun sangat unik. Konsep geopolitik yang dikenal sebagai Wawasan Nusantara bertujuan menjamin kesatuan wilayah beserta segala isi dan aspek kehidupan nasionalnya. Dari konsep-konsep persatuan di atas jelas bahwa nilai sila Pancasila ke -3 yaitu Persatuan Indonesia menjadi dasar dari karakter semangat kebangsaan.

Istilahnationatau bangsa mengandung arti sebagai berikut:

a. Suatu sikap ingin mendirikan negara bagi bangsa sesuai dengan paham/ideologinya.


(54)

b. Suatu sikap ingin membela tanah air/ negara dari penguasaan dan penjajahan bangsa asing. (Budiono, 2007:208)

Menurut Mustari (2014:156), nasionalisme secara umum melibatkan identifikasi identitas etnis dengan negara. Nasionalisme juga merupakan kata yang dimengerti sebagai gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air. Sejalan dengan itu, Hamengkubuwono X (2008:85) menyatakan bahwa nasionalisme selalu melibatkan dimensi emosi atau rasa, seperti seperasaan, sepenggungan, seperantauan, dan senasib. Faktor memori historis adalah faktor kecenderungan yang dibangun untuk menumbuhkan perasaan “bersatu” dalam sebuah konsep kebangsaan tertentu. Dari uraian di atas terdapat kesamaan ide bahwa kebangsaan atau nasionalisme dapat timbul dari berbagai dimensi baik emosi ataupun rasa. Dari beberapa pendapat di atas dan kita lihat dengan kebangsaan yang ada di Indonesia yang berlandaskan senasib sepenanggungan oleh penjajahan, maka kebangsaan yang dimaksud di sini bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan “chauvinisme”, melainkan kebangsaan yang menuju kepada kekeluargaan bangsa-bangsa (internasionalisme), serta kebangsaan yang tidak membenci bangsa lain.

Kebangsaan menurut Hans Khon (dalam Utomo, 1995:19) merupakan faham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Sejalan dengan itu, Ernest Renan (dalam Utomo, 1995:19) juga berbendapat bahwa dalam sebuah negara yang utama adalah adanya kehendak untuk bersatu dan rasa kebersamaan segolongan sebagai suatu bangsa. Kebangsaan menurut Djohar dalam Naim (2013:173),


(55)

mengandung arti adanya rasa satu dalam suka, duka, dan dalam kehendak mencapai kebahagiaan hidup lahir batin seluruh bangsa. Dasar kebangsaan tidak boleh bertentangan dengan dasar kemanusiaan. Bahkan seharusnya dasar kebangsaan tersebut menjadi sifat, bentuk, dan lau kemanusiaan yang nyata.

Mengenai semangat kebangsaan, Kemendiknas (2010:10) mendiskripsikan nilai semangat kebangsaan sebagai cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Jadi karakter kebangsaan adalah rasa satu kepemilikan dan bangga terhadap bangsa sehingga menempatkan kepentingan bangsanya di atas kepentingan kelompok dan kepentingan diri sendiri.

Semangat kebangsaan Indonesia secara umum bertujuan kedalam memperhebat nation building dan charakter building sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup bangsa, serta mempertahankan keutuhan dan kesatuan negara Indonesia. Sedangkan tujuan keluar secara antitesis dan antagonistis melakukan konfrontasi atau menolak segala bentuk kolonialisme.

2. Nilai-nilai Karakter Semangat Kebangsaan

Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan budaya dan karakter semangat kebangsaan, maka ditetapkan indikator sekolah dan kelas antara lain seperti berikut ini (Kemendiknas, 2010:28).

a. Indikator sekolah

1) Melakukan upacara rutin sekolah.


(56)

3) Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional. 4) Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah. 5) Mengikuti lomba pada hari besar nasional.

b. Indikator kelas

1) Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-ekonomi.

2) Mendiskusikan hari-hari besar nasional.

Selain itu terdapat perbedaan dan indikator untuk setiap jenjang kelas. Untuk nilai karakter semangat kebangsaan, jenjang kelas tinggi (4-6) dan jenjang kelas rendah(1-3) sama yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Indikator yang terdapat di kelas rendah yaitu sebagai berikut (Kemendiknas, 2010:36):

1) turut serta dalam upacara peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan,

2) menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu wajib,

3) menggunakan bahasa Indonesia ketika ada teman dari suku lain. 4) mengagumi banyaknya keragaman bahasa di Indonesia,

5) mengakui persamaan hak dan kewajiban antara dirinya dan teman sebangsa dari suku, etnis, budaya lain,

6) membaca buku-buku mengenai suku bangsa dan etnis yang berjuang bersama dalam mempertahankan kemerdekaan.


(57)

c. Sedangkan untuk indikator nilai semangat kebangsaan jenjang kelas tinggi (4-6) sebagai berikut:

1) turut serta dalam panitia peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan.

2) menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara di kelas, 3) menyanyikan lagu-lagu perjuangan,

4) menyukai berbagai upacara adat di nusantara,

5) bekerja sama dengan teman dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan persamaan hak dan kewajiban,

6) menyadari bahwa setiap perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan bersama oleh berbagai suku, etnis yang ada di Indonesia.

C. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Winda Adi Utami pada tahun 2011 yang berjudul “Pengembangan Nilai Karakter Semangat Kebangsaan Siswa Kelas V Menggunakan Metode Role Playing di SD Negeri Giripurno 1 Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang”, menunjukkan bahwa nilai karakter semangat kebangsaan siswa kelas V mengalami perkembangan setelah diberikan perlakuan berupa metoderole playing. Hal ini terbukti dari skor observasi siswa yang cenderung meningkat dari perlakuan pertama hingga perlakuan kedelapan. Skor rata-rata angket juga meningkat dari skor rata-rata angket awal yaitu 35,76 menjadi 45,96 dalam angket akhir yang berarti meningkat sebesar 10,20. Hal tersebut menandakan bahwa nilai karakter semangat kebangsaa siswa mulai berkembang.


(58)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dwi Putri Noviani pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Penanaman Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pendidikan Karakter Kebangsaan Siswa di Madrasah Tsanawiyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta”. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa (1) penanaman PKn dalam penanaman karakter kebangsaan secara implisit menunjukkan adanya rangsangan yang mampu mendorong terjadinya transformasi nilai-nilai karakter dalam membentuk karakter siswa, meskipun dalam penanaman karakter kebangsaan belum mendapat perhatian khusus dari guru maupun pihak sekolah,(2) hambatan yang dialami guru PKn dalam pembentukan karaker kebangsaan siswa adalah terlalu banyak simbol, dan materi yang over load serta tumpang tindih, keterbatasan waktu, keterbatasan metode dan media pembelajaran, serta kurang minat siswa dalam mempelajari PKn, (3) upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang muncul adalah menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengigat simbol yang didukung dengan pemberian motivasi dalam setiap pembelajaran.

Berdasarkan fakta di atas dapat disimpulkan bahwa nilai karakter semangat kebangsaan merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Upaya pengembangan nilai karakter semangat kebangsaan telah dilakukan dengan berbagai metode. Nilai Karaker semangat kebagsaan ini tidak dapat tumbuh dan berkembang dalam diri individu tanpa adanya faktor-faktor dalam diri individu maupun dari luar yang mempengaruhi.


(59)

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang muncul dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penanaman karakter semangat kebangsaan yang dilakukan

guru kepada siswa melalui keteladanan pada siswa SD Unggulan Aisyiyah Bantul?

2. Bagaimana penanaman karakter semangat kebangsaan yang dilakukan guru kepada siswa melalui pembelajaran pada siswa SD Unggulan Aisyiyah Bantul?

3. Bagaimana penanaman karakter semangat kebangsaan yang dilakukan pihak sekolah kepada siswa melalui pemberdayaan dan pembudayaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul?


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena menyajikan data yang berupa kata-kata dengan kondisi objek yang alamiah. Hal tersebut sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Lexy J. Moleong (2014: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan Sugiono (2014:15) menyatakan bahwa pendekatan kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, disini peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari generalisasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif karena data yang disajikan bukan berupa angka, melainkan kata-kata yang menggambarkan keadaan obyek yang diteliti. Data tersebut diperoleh dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumen. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Moleong (2007: 11) bahwa dalam penelitian kualitatif terdapat ciri deskriptif yang berarti data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sejalan dengan itu, Sugiono (2014:31)


(61)

mengemukakan bahwa Informasi deskriptif adalah gambaran lengkap tentang keadaan objek yang diteliti.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan utama dilakukannya penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan, melukiskan dan menggambarkan Penanaman Semangat Kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

B. Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Unggulan Aisyiyah yang beralamat di Jalan KH. Wachid Hasyim Bantul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 – Maret 2016.

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya diperoleh informasi. Afrizal (2015:139) mengemukakan bahwa informan tidak dipahami sebagai objek penelitian melainkan sebagai subjek penelitian yang dipandang sebagi sumber informasi dan pengetahuan bagi peneliti. Penentuan subyek pada penelitian ini dilakukan dengan secara purposive. Sugiono (2014:299) menyebutkan bahwa purposive yaitu pemilihan sumber data atau subjek dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.


(62)

Pada penelitian ini, peneliti mengambil subjek utama penelitian yaitu Kepala Sekolah SD Unggulan Aisyah, dan Guru Kelas 1-6 SD Unggulan Aisyiyah. Selanjutnya data yang diperoleh dari informan kunci ditriangulasi dengan data dari informan tambahan yaitu siswa-siswi SD Unggulan Aisyiyah untuk keakuratan data yang diperlukan dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Sugiyono (2014 : 308) menjelaskan dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Sugiyono (2014 : 308) menjelaskan sumber data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan menurut tekniknya, Sugiyono (2014:309) mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, observasi dan gabungan ketiganya.

Penelitian ini menggunakan gabungan teknik pengumpulan data ketiganya, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Sutrisno Hadi (dalam Sugiono, 2014:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, Sugiono (2014:204) membedakan


(63)

observasi menjadi participant observation dan non participant observation, sedangkan dari segi instrumen yang digunakan, observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan tidak terstruktur, yaitu peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mengamati, mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan tentang penanaman karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyah Bantul.

2. Wawancara

Sugiyono, (2014:317) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Selanjutnya Esterberg (Sugiyono, 2014:319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur.


(64)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi struktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara. Wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara terbuka, peneliti dapat juga menambah pertanyaan di luar pedoman wawancara untuk mengungkap pendapat dan ide-ide subyek penelitian. 3. Dokumentasi

Sugiono (2014:329) mengemukakan bahwa dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dengan menggunakan teknik dokumentasi, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada. Dokumen-dokumen dan data-data yang diperlukan dalam penelitian dianalisis sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan catatan harian siswa, catatan guru, berbagai jadwal pelajaran, tata tertib sekolah, foto-foto kegiatan yang dilakukan guru dan siswa, dan perilaku siswa. Selain itu peneliti menggunakan data apapun yang berhubungan dengan penanaman semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah 2014-2015.

E. Instrumen Penelitian

Afrizal (2015:134) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai alat-alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Selanjutnya Sugiyono (2014:183) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen peneliatian yang utama adalah peneliti. Data-data dalam penelitian ini


(65)

dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Adapun instrumen yang berada di luar peneliti untuk mengambil data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Pedoman obervasi digunakan untuk memperoleh data dari siswa dan guru melalui pengamatan langsung terhadap siswa di dalam maupun di luar kelas yang berkaitan dengan penanaman semnagat kebangsaan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat pedoman observasi agar hasil pengamatan terfokus pada penanaman semangat kebangsaan.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisikan tulisan singkat daftar informasi yang akan dikumpulkan. Pedoman yang dibuat terfokus pada penanaman semangat kebangsaan.

3. Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dan pendukung dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Kisi-kisi pedoman penelitian terdapat pada tabel berikut. Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Aspek yang diamati

Indikator Teknik Instrumen Sumber Data 1. Keteladanan Keteladan dalam kegiatan

rutin, insidental, dan berkala dengan melaksanakan: a. Turut serta dalam upacara

bendera.

b. Menggunakan bahasa Indonesia dalam berbicara dengan teman dari suku lain.

c. Menggunakan bahasa

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi a. Pedoman Observasi b. Pedoman Wawancara c. Pedoman Dokumentasi a. Guru b. Siswa c. Kepala sekolah


(66)

Indonesia dalam pembelajaran di dalam kelas.

d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu wajib nasional lainnya. e. Mengagumi banyaknya

keragaman bahasa di Indonesia.

f. Menyukai berbagai upacara adat di nusantara. g. Membaca buku-buku

mengenai suku bangsa dan etnis yang berjuang bersama dalam mempertahankan kemerdekaan. h. Bekerja sama dengan

teman dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan persamaan hak

dan kewajiban.

i. Menyadari bahwa setiap perjuangan

mempertahankan kemerdekaan dilakukan bersama oleh berbagai suku,etnis yang ada di Indonesia.

2. Pembelajaran a. Mengintegrasikan nilai karakter kebangsaan dalam materi pelajaran dengan mencantumkan nilai-nilai karakter semangat kebangsaan di dalam RPP

b. Mengambangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai karakter semangat kebangsaan dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai. c. Memberikan bantuan

kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk internalisasi nilai karakter semangat

kebangsaan maupun untuk menunjukkannnya dalam perilaku.

d. Mengintegrasikan nilai karakter semangat a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi a. Pedoman Observasi b. Pedoman Wawancara c. Pedoman Dokumentasi a. Guru b. Siswa c. Kepala sekolah


(67)

kebangsaan kedalam kegiatan kokurikuler. e. Mengintegrasikan nilai

karakter semangat kebangsaan kedalam kegiatan ekstrakurikuler. f. Kelengkapan dan teknik

penilaian karakter semangat kebangsaan dalam proses pembelajaran. 3. Pemberdayaan dan Pembudayaan

a. Melakukan upacara rutin sekolah.

b. Melakukan upacara hari-hari besar nasional. c. Menyelenggarakan

peringatan hari

kepahlawanan nasional. d. Memiliki program

melakukan kunjungan ke tempat bersejarah. e. Mengikuti lomba pada

hari besar nasional. f. Bekerja sama dengan

teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial –ekonomi.

g. Mendiskusikan hari-hari besar nasional.

h. Kebijakan yang dilakukan sekolah dalam penanaman nilai karakter semangat kebangsaan. a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi a. Pedoman Observasi b. Pedoman Wawancara c. Pedoman Dokumentasi a. Guru b. Siswa c. Kepala sekolah

F. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berasal dari hasil wawancara dan observasi, sedangkan sumber data sekunder berasal dari dokumentasi.

G. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2014:248) mendefinisikan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi stuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan


(68)

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.

Penelitian ini mengacu pada konsep Miles dan Huberman (Sugiyono,2014:91) yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitudata reduction,data display, dan conclusion drawing/verification.

Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3. Komponen dalam Analisis Data Sumber: Sugiono (2014:338)

1. Reduksi data (data reduction)

Semakin lama peneliti dilapangan maka akan semakin kompleks dan rumit data yang diperoleh. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Sugiono (2014:338) mengartikan reduksi data yaitu merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran


(69)

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian ini adalah temuan mengenai penanaman karakter semangat kebangsaan.

2. Penyajian data (data display)

Sugiono (2014:341) menjelaskan bahwa melalui penyajian data, data diorganisasikan, disusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah untuk difahami dan merencanakan kerja selanjutnya. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,flowchart, dan sejenisnya.

3. Penarikan kesimpulan (drawing/verifying)

Setelah menyajikan data langkah yang dilakukan adalah menyimpulkan. Sugiono (2014:345) menerangkan bahwa kesimpulan dalam penelitian ini kualitatif menjawab rumusan masalah yang telah disampaikan. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

H. Teknik Pemeriksan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan(trustworthiness) data perlu teknik pemeriksaan. Menurut Moleong (2014:324), ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan(credibiliy), keteralihan(transferability),


(70)

kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Sedangka teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan data adalah dengan teknik triangulasi teknik dan triangulasi sumber yang di bantu dengancross check.


(71)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul Yogyakarta. SD Unggulan Aisyiyah merupakan SD Muhammadyah yang berada di bawah yayasan Aisyiyah. SD unggulan Aisyiyah masih berusia 10 tahun sehingga masih terus mengembangkan perbaikan dan peningkatan di berbagai bidang. SD Unggulan Aisyiyah Bantul terletak di dua tempat yaitu kampus utama untuk kelas 2-6 berada di Jl. Wakhid Hasyim, No. 60, Sanggrahan, Bantul Karang, Bantul, Yogyakarta. Dan kampus 2 untuk kelas 1 berada di Dusun Kadirojo, Palbapang, Bantul, Bantul, Yogyakarta.

Lokasi kampus utama sekolah ini berada tepat di pinggir jalan raya dan dikelilingi sawah sehingga mudah dijangkau. Selain itu sekolah ini sejuk, asri, tenang, dan sangat nyaman untuk belajar karena di samping kiri, samping kanan, adalah area persawahan sedangkan samping barat adalah perkampungan penduduk sekaligus merupakan pintu gerbang barat. Sedangkan untuk kampus 2 berada di tengah perkampungan penduduk.

2. Visi Misi Sekolah

Visi dari SD Unggulan Aisyiyah Bantul adalah Terwujudnya Siswa yang Unggul, Berprestasi, Cerdas, Mandiri, Berkarakter, Bertaqwa, dan


(72)

Berwawasan Global Tahun 2019. Adapun indikator visi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Unggul dalam prestasi akademik.

2) Berprestasi dalam bidang non akademik. 3) Cerdas dalam pola pikir.

4) Mandiri dalam menyelesaikan masalah. 5) Berkarakter dalam perilaku dan kepribadian. 6) Bertaqwa kepada Allah SWT secarakaffah.

7) Melengkapi sarana dan prasarana IT dan perpustakaan. 8) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

Sementara itu, misi SD Unggulan Aisyiyah Bantul adalah sebagai berikut: 1) Unggul dalam prestasi akademik.

a) Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.

b) Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.

c) Melaksanakan analisis dan tindak lanjut.

d) Menggali dan mengembangkan potensi siswa dan guru 2) Berprestasi dalam bidang akademik.

a) Menggali dan mengembangkan potensi anak di bidang non akademik.

b) Membimbing dan mengarahkan potensi anak di bidang non akademik.


(73)

c) Memberikan wadah yang cukup bagi anak untuk mengembangkan potensi non akademiknya.

3) Cerdas dalam pola pikir

a) Membimbing anak untuk berfikir ilmiah.

b) Memberikan kesempatan yang cukup bagi anak untuk berfikir ilmiah.

c) Menciptakan suasana proses belajar dan mengajar yang mendukung anak berpikir ilmiah.

4) Mandiri dalam menyelesaikan masalah.

a) Menciptakan situasi yang kondusif di sekolah. b) Mengembangkan budaya musyawarah mufakat. c) Mengembangkan pola berfikir positif.

5) Berkarakter dalam perilaku dan kepribadian.

a) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang menyenangkan. b) Mendorong dan membimbing anak untuk saling menghargai. c) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat dan sikap

saling menghargai.

d) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat religious. e) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat jujur. f) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat toleransi. g) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat disiplin. h) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat kerja keras. i) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat kreatif.


(74)

j) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat mandiri. k) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat demokratis. l) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat rasa ingin

tahu.

m)Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat semangat kebangsaan.

n) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat cinta tanah air.

o) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat menghargai prestasi.

p) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat bersahabat. q) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat cinta

damai.

r) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat gemar membaca.

s) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat peduli lingkungan.

t) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat peduli sosial.

u) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat tanggung jawab.

6) Bertaqwa kepada Allah SWT secarakaffah.


(1)

241 Lampiran 20


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PERAN GURU BK DALAM PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN KEJUJURAN DI SD AISYIYAH UNGGULAN GEMOLONG Peran Guru BK dalam Penanaman Karakter Disiplin dan Kejujuran di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong Tahun Ajaran 2016/2017.

0 8 13

PERAN GURU BK DALAM PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN KEJUJURAN DI SD AISYIYAH UNGGULAN GEMOLONG Peran Guru BK dalam Penanaman Karakter Disiplin dan Kejujuran di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong Tahun Ajaran 2016/2017.

0 7 17

PENDAHULUAN Peran Guru BK dalam Penanaman Karakter Disiplin dan Kejujuran di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong Tahun Ajaran 2016/2017.

0 9 7

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Penanaman Karakter Semangat Kebangsaan Dan Cinta Tanah Air Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Hizbul Wathan Di Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 4

0 5 10

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Penanaman Karakter Semangat Kebangsaan Dan Cinta Tanah Air Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Hizbul Wathan Di Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 4

0 5 16

PENDAHULUAN Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Pendidikan Berbasis Karakter Di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong Kabupaten Sragen.

0 1 11

PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI PADA SISWA KELAS IV DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL.

0 3 307

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA KELAS IV SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 1 186

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL.

0 2 212

jurnal Pendidikan Karakter Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa

0 0 16