74
2.1.2. Terorisme di Malaysia
Perkembangan terorisme di Malaysia tidaklah sepesat yang terjadi di negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya, seperti Indonesia, Thailand dan
Filipina. Perkembangan terorisme di Malaysia tergolong lebih rendah bila dibandingkan dengan perkembangan teroris di negara-negara tetangganya di
kawasan Asia Tenggara, hal ini terjadi karena Malaysia memiliki peraturan hukum yang sangat ketat dalam memberantas terorisme, dan kemampuan polisi
Malaysia yang baik dalam mendeteksi dan memberantas jaringan terorisme yang mengancam keamanan negara Malaysia. Tidak seperti di Filipina, di Malaysia
tidak ada kelompok separatis yang berlatar belakang adat budaya dan kebangsaan. Akan tetapi sejak peristiwa tragedi WTC11 September 2001, Malaysia telah
menjadi titik temu bagi kelompok teroris internasional yang aktif di kawasan Asia Tenggara. Kelompok teroris internasional tersebut melakukan pertemuan di Kuala
Lumpur untuk melakukan berbagai aksi teror yang telah direncanakan. Sekalipun di Malaysia tidak memiliki kelompok separatisme yang
berakarkan etnis budaya asli, akan tetapi kelompok terorisme yang aktif di Malaysia adalah Kumpulan Mujahidin Malaysia KMM merupakan salah satu
kelompok radikal Islam yang berafiliasi dengan kelompok teroris yang berasal dari negara lain, yaitu Al-Qaeda, JI, ASG, dan MILF. Hal inilah yang menjadikan
Malaysia sebagai titik kumpul kelompok teroris yang berasal dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Malaysia menjadi lokasi pertemuan dari kelompok
Universitas Sumatera Utara
75
teroris yang ada di Asia Tenggara tidak lepas dari peran KMM sebagai salah satu kelompok yang sangat dekat dengan JI dan Al-Qaeda.
Kumpulan Mujahidin Malaysia KMM merupakan bagian dari jaringan teroris Al-Qaeda dan memiliki hubungan dengan kelompok radikal militant Islam
di Indonesia yaitu JI. KMM dibentuk pada tanggal 12 Oktober 1995, dibentuknya organisasi ini bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Mahatir dan ingin
menjadikan Malaysia menjadi negara Islam. Keinginan serta tujuan dari KMM adalah untuk membentuk negara pan-islam meliputi Indonesia, Malaysia, dan
Filipina Selatan.
68
KMM dipimpin oleh Nik Adli Nik Aziz dan Zainon Ismail, dan berideologi Islam-Sunni. Tidak hanya itu KMM bergabung dengan Gerakan
Mujahidin Islam Patani GMIP, Jemaah Islamiyah, dan MILF. Daerah operasinya meliputi Perak, Johor, Kedah, Selangor, Trengganu, Kelantan, dan Kuala
Lumpur.
69
Berbagai kasus dari aksi yang dilakukan oleh berbagai kelompok terorisme di Malaysia adalah aksi penculikan yang dilakukan oleh ASG di
Malaysia, penculikan terhadap turis yang menginap di salah satu resor di Malaysia dilakuan dengan menggunakan speedboat dan melintasi perbatasan Filipina.
Sejumlah pemimpin dan anggota KMM mendapatkan perlatihan militer di kamp Afghanistan sepanjang tahun 1990-19967. Pada saat itulah
pemimpin KMM berhubungan dengan para pemimpin Al-Qaeda dan tokoh JI. Setelah dari Afghanistan, KMM mulai melakukan rekrutmen terhadap warga
Malaysia untuk melakukan jihad dan mendirikan negara Islam.
68
Bruce Vaughn, et al., Loc. Cit., hal 27.
69
Angel Damayanti, et.al., Op. Cit., hal 48.
Universitas Sumatera Utara
76
Noordin M. Top yang merupakan warga negara Malaysia terlibat dalam melakukan serangan Bom di Indonesia yaitu Bom Bali I, dan Bom Bali II, Bom
Kedubes Australia tahun 2004, dan Bom Mega Kuningan tahun 2009. Aktifnya kelompok-kelompok teroris yang berkumpul di Malaysia yang telah melakukan
berbagai aksi teror di kawasan Asia Tenggara tentu saja menjadi perhatian serius bagai keamanan dalam negeri Malaysia dan keamanan regional.
Usaha untuk melakukan pemberantasan terorisme di Malaysia sudah banyak dilakukan baik melalui pembenahan angkatan bersenjatanya militer dan
polisi dan juga melalui kerjasama internasional. Pemerintah Malaysia telah menyetujui dan menandatangani sebuah Memorandum of Understanding MoU
dengan AS pada bulan Mei 2002. MoU itu merupakan dasar kerangka kerja sama antara AS dengan negara-negara anggota ASEAN yang disetujui melalui ASEAN
Regional Forum ARF pada bulan Agustus 2002. Pada bulan Januari 2009 Malaysia dan AS juga menyetujui kerangka kerja sama yaitu Mutual Legal
Assistance Treaty MLAT dalam membantu untuk melakukan penyelidikan kasus kriminal terutama dalam masalah terorisme.
70
Malaysia juga fokus dalam memperhatikan ancaman yang terjadi di Selat Malaka, yaitu ancaman pembajakan dan terorisme yang berlayar di selat ini. Selat
Malaka merupakan perairan yang penting bagi Malaysia, Singapura, dan Indonesia karena perairan ini merupakan jalur perdagangan internasional dan
rentan terhadap serangan dan pembajakan yang dilakukan oleh kelompok teroris.
70
Bruce Vaughn, et al., Loc. Cit., hal 28.
Universitas Sumatera Utara
77
Untuk mengatasi ancaman tersebut Malaysia menyetujui usulan, bagi setiap negara yang berbatasan dengan perairan ini melakukan patrol dan dapat masuk ke
wilayah perairan negara lainnya apabila dalam melakukan pengejaran bajak laut ataupun teroris.
2.1.3. Terorisme di Singapura