142
kerja sama tersebut juga membantu Indonesia untuk lebih serius dalam mengawasi perbatasan maritimnya. Dengan adanya pengawasan daerah
perbatasan Indonesia termasuk juga pengawasan terhadap pulau-pulau terluar Indonesia maka pemerintah Indonesia dapat menjaga keutuhan integritas teritorial
NKRI sehingga sengketa wilayah khususnya pulau-pulau terluar Indonesia dengan negara-negara tetangga dapat dihindari, dengan pengawasan yang rutin dan ketat
melalui kerangka kerja sama pengawasan perbatasan dalam ACCT ini. Kerja sama pertukaran data intelijen yang disepakati dalam ACCT ini juga
memberikan manfaat yang baik bagi Indonesia dan juga bagi negara-negara anggota ASEAN lainnya. Sehingga dengan pertukaran data intelijen dan
peringatan dini dari negara-negara tetangga tentang adanya pergerakan teroris dalam negara, sehingga aparat keamanan dapat mengambil langkah-langkah
sebagai upaya preventif untuk mengatasi rencana serangan yang ingin dilakukan oleh kelompok teroris.
3.4.2. Menunjukkan Indonesia Sebagai Negara Anti Terorime dalam Dunia Internasional
Kepentingan Indonesia yang diperoleh dari ACCT ini juga adalah untuk mendapatkan kepercayaan dunia internasional bahwa Indonesia bukan merupakan
negara sarang teroris. Menurut Beny Roelyawan Deputi III BIN dalam Rapat Dengar Pendapat RDP Komisi I DPR RI bahwa melalui ACCT ini Indonesia
Universitas Sumatera Utara
143
akan mendapat beberapa keuntungan, adapun beberapa keuntungan yang dikatakan oleh Deputi III BIN adalah sebagai berikut:
127
1. Indonesia akan memberikan keuntungan, antara lain homoginasasi
Undang-Undang Terorisme di tingkat ASEAN akan member peluang bagi Indonesia untuk dapat menekan secara politik terhadap anggota
ASEAN lainnya dalam penanggulangan terorisme. 2.
Dapat menepis anggapan bahwa Indonesia sebagai negara yang melindungi atau sebagai sarang terorisme.
3. Membangun platform dan meningkatkan kerja sama counter terrorism
melalui operasi-operasi terpadu di kawasan ASEAN di luar kerja sama intelijen yang sudah terbangun selama ini.
4. Membuka kesempatan bertukar pengalaman dan keahlian dalam
penanggulangan terorisme. Jadi melalui ACCT Indonesia merupakan sebagai penggagas utama untuk
membuat konvensi kerja sama antar negara ASEAN dalam memberantas terorisme, adalah untuk menepis anggapan dunia internasional tentang Indonesia
sebagai sarang teroris. Karena sebelum peristiwa Bom Bali I terjadi pada tahun 2002, Indonesia dianggap lamban oleh AS dan sekutunya dalam membentuk UU
anti terorisme, sehingga AS sebagai pelopor dalam kampanye perang global terhadap terorisme menekan Indonesia dan mengganggap Indonesia sebagai
pelindung teroris sarang teroris.
127
Paparan Deputi III BIN Beny Roelyawan dalam Rapat Dengar Pendapat RDP Komisi I DPR RI pada 5 Maret 2012 dalam acara mendapatkan masukan terhadap RUU tentang pengesahan ASEAN Convention on
Counter Terrorism Konvensi ASEAN tentang Pemberantasan Terorisme , paparan tersebut dikutip dari Risalah Rapat Dengar Pendapat RDP Komisi I DPR RI oleh Sekretaris Rapat Suprihartini, S.IP. hal 7.
Universitas Sumatera Utara
144
Ungkapan Indonesia sebagai sarang teroris mengemuka di dunia internasional adalah akibat dari bantahan yang disampaikan oleh pemerintah
Indonesia terhadap laporan intelijen yang diberikan oleh Pemerintah Singapura dan Malaysia yang menyatakan bahwa ulama Indonesia Abu Bakar Ba’asyir dan
para pengikut mereka adalah tokoh utama dalam perencanaa serangan-serangan terhadap instalasi-instalasi Amerika dan target lainnya di kawasan tersebut.
128
Tidak hanya akibat pengabaian informasi intelijen yang telah diberikan oleh pemerintah Malaysia dan Singapura, akan tetapi Indonesia juga dicap sebagai
sarang teroris oleh negara-negara tetangga, dan negara-negara barat akibat dari tindakan pemerintah Indonesia sampai setahun pasca tragedi 11 September 2001
pemerintah Indonesia dinilai tidak pernah memberikan sinyal yang jelas dan tegas terhadap kampanye anti terorisme yang dipelopori oleh AS. Bahkan Wakil
Presiden RI Hamzah Haz saat itu dianggap “pasang badan” dengan terus Dilaporkan bahwa walaupun pemerintah Malaysia dan Singapura telah
menyebutkan bahwa Abu Bakar Ba’asyir Ketua Majelis Mujahidin Indonesia dan Riduan Ismuddin alias Hambali sebagai “tokoh penggerak” dari jaringan
teroris transnasional, Ba’asyir terus bergerak dengan bebas di Indonesia sementara Hambali dipercaya tinggal di negara tersebut. Indonesia sering dianggap
menagabaikan informasi intelijen yang telah diberikan oleh pemerintah Malaysia atau Singapura tentang aktivitas kelompok yang dicurigai.
128
Barry Desker, Islam and Society in Southeast Asia after Sptember 2001”, Singapura: IDSS Working Paper No. 33, 2002, hal. 11, seperti dikutip oleh Landry Haryo Subianto, “Perang Melawan terorisme: Tantangan
bagi Hubungan Bilateral Indonesia Australia,” Indonesia-Australia: Tantangan dan Kesempatan dalam Hubungan Politik Bilateral, ed. Chusnul Mar’iyah, PhD, Jakarta: Granit, 2004, hal 45.
Universitas Sumatera Utara
145
melakukan “counter opini” Hamzah Haz dalam berbagai kesempatan bahkan menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada teroris. Hamzah Haz bahkan semakin
dekat dengan tokoh-tokoh Islam yang dicurigai AS sebagai “fundamentalis”.
129
Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki komitmen dalam memberantas terorisme dan bukan merupakan negara tempat persembunyian terorisme.
Sehingga sejak peristiwa Bom Bali I terjadi pada tahun 2002 Indonesia telah mengubah cap yang disematkan oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia dan
Terjadinya peristiwa Bom Bali I pada 12 Oktober 2002 membuat pemerintah Indonesia mengambil tindakan tegas dalam memberantas terorisme
yang terjadi di Bali. Sehingga pemerintah Indonesia pun langsung membentuk Perpu No. 1 Tahun 2002 yang berlaku pada 18 Oktober 2002. Perppu ini juga
mengadopsi UU anti teror yang dikampanyekan oleh AS untuk diadopsi negara- negara lain yang berkomitmen dalam melakukan pemberantasan terorisme secara
global. Pemerintah Indonesia pada akhirnya juga harus memperbaharui kebijakan keamanannya, salah satunya adalah dengan membentuk Detasemen Khusus untuk
memberantas teroris di Indonesia. Dengan membentuk UU anti teror yaitu melalui UU No. 15 Tahun 2003, UU No. 6 Tahun 2006 ratifikasi International
Convention For The Supression of The Financing of Terrorism, 1999 Konvensi Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme, UU. No 5 Tahun 2012
ratifikasi ACCT serta diikuti dengan dibentuknya UU No. No. 9 Tahun 2013 terkait tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana terorisme.
129
Mardenis, Op. Cit., hal 237.
Universitas Sumatera Utara
146
Singapura serta negara-negara barat seperti AS dan sekutunya termasuk di dalamnya Australia, yang merupakan negara yang warga negaranya merupakan
korban terbanyak dalam kejahatan terorisme di Bali 2002, kini Indonesia berubah menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki kemampuan
anti teror terbaik dalam memberantas terorisme di Indonesia. Melalui ACCT ini Indonesia sebagai leads apart yang menginginkan
adanya kerja sama kawasan dalam memberantas terorisme serta mempelopori dan menggagas dibentuknya ACCT sebagai kerangka kerja sama dalam memberantas
terorisme di tingkat regional menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang anti terhadap kejahatan terorisme di Asia Tenggara. Hal ini dilakukan
untuk mengembalikan kepercayaan negara-negara tetangga yaitu negara-negara anggota ASEAN terutama Malaysia dan Singapura yang telah menyatakan
Indonesia melindungi teroris dan merupakan tempat persembunyian bagi teroris di Asia Tenggara.
Sejak pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmennya dalam memberantas terorisme, hal ini menambah kepercayaan luar negeri untuk
memperbaiki kerja sama dengan negara-negara ASEAN dan juga Australia yang pernah menjadikan Indonesia sebagai daerah travel warning bagi warga negara
Australia yang ingin melakukan liburan. Terjalinnya kembali hubungan baik dengan negara-negara tetangga dapat membantu perbaikan ekonomi Indonesia.
Dalam forum ASEAN, Indonesia juga mendapatkan kepercayaan dalam memimpin berbagai forum yang membahas isu-isu masalah kejahatan
Universitas Sumatera Utara
147
transnasional dan terorisme. melalui kepercayaan ini maka Indonesia kembali dapat mengangkat derajat kepemimpinannya dalam organisasi regional di
kawasan Asia Tenggara yaitu dalam ASEAN, serta untuk mewujudkan visi ASEAN Security Community yang merupakan gagasan masyarakat keamanan
ASEAN yang disampaikan pemerintah Indonesia bahwa dengan kestabilan keamanan di kawasan Asia Tenggara akan menjaga kestabilan pertumbuhan
ekonomi dan politik masing-masing negara anggota ASEAN. Tabel 3.3
Negara-Negara Yang Mengalami Pertambahan Dan Pengurangan Serangan Terorisme Dari 2002-2011
Sumber: Global Terrorism Index 2012, Capturing the Impact of Terrorism for the Last Decade, hal. 21.
Grafik 3.1 Grafik Peningkatan Dan Penurunan Serangan Terorisme Dalam Data GTI
Sumber: Global Terrorism Index 2012, Capturing the Impact of Terrorismfor the
Last Decade, hal 21.
Universitas Sumatera Utara
148
Dalam tabel 3.3 dan Grafik 3.1 yang dilaporkan oleh Global Terorism Index merupakan gambaran keberhasilan dalam statistic Indonesia sebagai negara
kelima yang berhasil dalam mengurangi dampak terorisme di dalam negeri. Adapun empat negara lain yang berada di atas Indonesia adalah AS 1, Algeria
2, Columbia 3, dan Israel 4. Keberhasilan Indonesia dalam mengurangi dan memberantas terorisme tidak lain akibat bantuan yang diberikan AS dan Australia
yang telah memberikan bantuan dana dan pelatihan anti teror bagi Detasemen Khusus 88 Polri. Keberhasilan Densus 88 sebagai garda terdepan dalam
memberantas terorisme tentu saja membuat Indonesia semakin dihargai dan dihormati dalam forum regional dan Indonesia dianggap memiliki kemampuan
dalam memimpin ASEAN untuk membahas isu-isu terorisme di kawasan Asia Tenggara.
Sehingga dalam ACCT melalui kerja sama dalam pengembangan kapasitas yaitu pelatihan dan kerja sama teknis serta penyelenggaraan pertemuan-pertemuan
regional, membuat Indonesia mendapatkan kembali kepercayaan diri dalam memimpin forum-forum internasional dan menjadi modalitas untuk memperbaiki
citra diri dan meningkatkan peran Indonesia dalam dunia internasional. Sebelumnya Indonesia yang telah menghadapi krisis moneter 1998 dan pasca
lengsernya Presiden Soeharto 1998. Pasca reformasi Indonesia tahun 1998 tiga masa kepemimpinan yang menggantikan rezim Soeharto, dimulai dari masa
kepemimpinan Habibie, Gusdur, dan Megawati. Pada ketiga masa kepemimpinan tersebut Indonesia sangat lemah dalam pergaulan internasional, lemahnya
Universitas Sumatera Utara
149
Indonesia dalam forum internasional membuat Indonesia melepaskan Timor Timur, Pulau Sipadan dan Ligitan. Akan tetapi melalui keberhasilan pemerintah
Indonesia yang mampu memberantas terorisme menjadikan Indonesia memiliki citra positif dalam forum internasional, khususnya dalam forum-forum ASEAN.
Salah satu bukti nyata Indonesia telah mampu memimpin dalam forum ASEAN adalah pada September 2013, lebih dari 300 personel kontra terorisme
dari 18 negara berkumpul pada 9-13 September 2013 di Indonesia untuk berbagi Informasi, dalam mebicarakan upaya kerja sama masa depan, dan membangun
keselarasan.
130
130
STAF FORUM, “Melawan Terorisme: Menteri Pertahanan Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara memimpin Perlawanan Terhadap Ancaman Antarbangsa di kawasan ini”, Asia Pacific Defense Forum Vol.
39, Terbitan ke-2, 2014, hal. 57.
Indonesia sebagai tuan rumah dalam menyelenggarakan latihan bersama ASEAN dalam pemberantasan terorisme, dalam pertemuan ASEAN
Defense Minister Meeting Plus ADMM+ yang diadakan di Sentul-Bogor adalah untuk berbagi informasi dan pendekata-pendekatan kerja sama untuk
mengamankan jaringan ekspor dan impor gas alam cair, dan untuk menangkal ancaman sistem pertahanan udara mudah alih atau man-portable air defense
systems MANPADS pada penerbangan udara komersial dan melawan perangkat peledak rakitan. Dalam pertemuan itu juga Kepala BNPT memberikan gambaran
umum mengenai keberhasilan dan tantangan BNPT dalam menangani terorisme di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
150
3.4.3. Komitmen Indonesia dalam Menjunjung Tinggi HAM