Pemecahan masalah yang penuh rencana Pemecahan berhadapan Mencari dukungan sosial Menjauhkan atau membuat usaha kognitif Menghindari untuk melarikan diri Pengendalian diri Tanggung jawab menerima Pertimbangan kembali yang positif Problem-focused coping at

29 dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa coping koping tidak sesederhana makna harafiahnya saja. Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah problem solving. Siswanto,2007:60 dalam Nindya Wijayanti,2013:24. Menurut lazarus dan folkman Nindya Wijayanti,2013:25, “coping adalah proses mengelola atau mengatasi tuntutan baik internal maupun eksternal yang dianggap sebagai beban dari luar kemampuan diri individu tersebut. Weiten dan Lloyd Nindya Wijayanti,2013:25 juga mengemukakan bahwa coping merupakan upaya atau usaha untuk mengelola, mengatasi dan mengurangi ancaman karena stress yang dialami. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, coping adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan oleh individu untuk menghadapi, mengelola, dan mengatasi situasi, tuntutan, ancaman atau masalah yang sedang dihadapinya. Menurut Sarafino 1998:133 coping adalah proses dimana orang mencoba utk mengatur perbedaan yang dirasakan antara tuntutan-tuntutan dan sumber-sumber yang mereka nilai dalam sebuah keadaan tertekan. Folkman dan Lazarus Sarafino,1998: 136, mengemukakan 8 strategi dan keterampilan pemecahan masalah:

a. Pemecahan masalah yang penuh rencana

Yaitu menganalisa situasi untuk menghasilkan solusi dan mengambil tindakan langsung untuk membenarkan atau menyelesaikan masalah. 30

b. Pemecahan berhadapan

Yaitu mengambil tindakan tegas yang seringkali melibatkan rasa marah.

c. Mencari dukungan sosial

Yaitu usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh dukungan ketenangan dan emosi dari lingkungan masyarakat.

d. Menjauhkan atau membuat usaha kognitif

Yaitu digunakan untuk melepaskan seseorang dari situasi.

e. Menghindari untuk melarikan diri

Yaitu berfikir dengan penuh harapan tentang keadaan atau mengambil tindakan untuk menghindarinya.

f. Pengendalian diri

Yaitu usaha untuk menyesuaikan perasaan seseorang atau tindakan yang berhubungan dengan masalah.

g. Tanggung jawab menerima

Yaitu mengakui peran seseorang dalam masalah selagi juga mencoba menempatkan sesuatu dengan benar.

h. Pertimbangan kembali yang positif

Yaitu mencoba membentuk sebuah makna positif dari keadaan dalam hal pertumbuhan personal atau dengan hal-hal keagamaan. Ada dua tipe coping utama yang biasanya dapat menurunkan stress seperti diungkapkan oleh Lazarus dan Folkman Santrock,2003:566 dalam Nindya Wijayanti,2013:26 yaitu: 31

a. Problem-focused coping atau koping berfokus pada masalah.

Adalah strategi kognitif untuk penanganan stress. Individu yang menggunakan problem-focused coping biasanya langsung mengambil usaha atau tindakan langsung untuk menghadapi dan memecahkan atau menyelesaikan masalahnya. Pada strategi coping ini, individu akan dapat berpikir logis dan memecahkan masalahnya dengan positif.

b. Emotion-focused coping atau koping berfokus pada emosi.

Adalah strategi penaganan stress dengan memberikan respon secara emosional. Individu yang menggunakan emotion-focused coping lebih menekankan pada usaha-usaha untuk menurunkan atau mengurangi emosi negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalahnya. Seperti melakukan pelarian diri atau menghindari masalah, penyalahan diri yaitu dengan menyalahkan diri sendiri dan menyesali yang telah terjadi, minimalisasi yaitu dengan menolak atau seakan-akan tidak ada masalah dan pencarian makna yaitu dengan mencari arti dari kegagalan yang dialaminya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi mengatasi masalah SMM dibagi menjadi 2, yaitu: a. Strategi mengatasi masalah yang berorientasi pada masalah SMM-M. Individu mengurangi atau menghentikan kondisi tertekan pada dirinya dengan cara menghadapi secara langsung apa yang menjadi masalah dan penyebab yang membuat dirinya berada dalam keadaan tertekan. 32 b. Strategi mengatasi masalah berorientasi pada emosi SMM-E. Individu mengurangi atau menghilangkan stress yang dihadapinya dengan cara tidak langsung tetapi lebih diarahkan terhadap tekan-tekanan emosi yang dirasakannya.

B. Kerangka Pikir

Maraknya kasus kekerasan dalam pacaran di Indonesia menjadi fenomena yang menarik. Hampir setiap tahun terdapat angka kekerasan dalam pacaran yang dilaporkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Kasus kekerasan dalam pacaran di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh kalangan tertentu saja tetapi ada juga mahasiswa dan bahkan pelajar. Kekerasan dalam pacaran adalah kekerasan yang dilakukan oleh seseorang dalam masa pacaran yang berakibat penderitaan bagi korban baik segi fisik maupun non-fisik. Adapun bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran diantaranya adalah kekerasan fisik yaitu perilaku yang membuat pacar terluka secara fisik, misalnya; memukul, menampar, menjambak rambut, menendang, kekerasan non fisik psikologis yaitu perilaku yang membuat pacar terluka secara psikis, misalnya; menghina, mencurigai pasangan berselingkuh, mengekang, mengancam, posesif. Kekerasan Seksual yaitu pemaksaan untuk melakukan kegiatan atau kontak seksual, misalnya; rayuan agar dapat melakukan hubungan seksual, sentuhan-sentuhan yang tidak diinginkan seperti menyentuh bagian-bagian vital seperti dada, bokong, gurauan-gurauan seksual