35 prasangka-prasangka sosial yang bersifat negatif. Akibatnya,
dalam sepanjang hidupnya minoritas Tionghoa berada dalam suasana kecemasan dan kebimbangan. Kendati demikian,
perlakuan tidak adil tersebut, berhasil menumbuhkan kesadaran kesetiakawanan di antara mereka termasuk dalam bidang
kewirausahaan. Hal ini dapat dimaknai bahwa perasaan
senasib dapat mempengaruhi dalam bidang kehidupan yang lebih luas, termasuk dalam kewirausahaan, untuk memajukan tingkat
perekonomian yang lebih baik. Saparaus,Kasmun, 2003.
2.3. Media Massa dan Konstruksi Realitas
Proses konstruksi realitas, prinsipnya setiap upaya menceritakan konseptualisasi sebuah peristiwa, keadaan, atau benda adalah usaha
mengkonstruksikan realitas. Laporan tentang kegiatan orang yang berkumpul di sebuah lapangan terbuka guna mendengarkan pidato politik
pada musim pemilu, misalnya, adalah hasil konstruksi realitas mengenai peristiwa yang lazim disebut kampanye pemilu itu. Begitulah setiap hasil
laporan adalah hasil konstruksi realitas atas kejadian yang dilaporkan. Pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa,
maka kesibukan utama media massa adalah mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan. media menyusun realitas dari berbagai
peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Pembuatan berita di media pada dasarnya adalah penyusunan realitas-
realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah
dikonstruksikan constructed reality dalam bentuk wacana yang bermakna. Proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia merupakan
instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. begitu pentingnya bahasa, maka tak ada
berita, cerita ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Selanjutnya
36 penggunaan bahasa simbol tertentu menentukan format narasi dan makna
tertentu. Sedangkan jika dicermati secara teliti seluruh isi media entah media cetak ataupun media elektronik menggunakan bahasa, baik bahasa
verbal kata-kata tertulis atau lisan maupun bahasa non verbal gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka, dan tabel.
Pada media massa, keberadaan bahasa ini tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan
gambaran makna citra mengenai suatu realitas-realitas media yang akan muncul di benak khalayak. Oleh karena persoalan makna itulah, maka
penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas, terlebih atas hasilnya baca, makna atau citra. Sebabnya ialah, karena bahasa
mengandung makna. Padahal, manakala kita bercerita kepada orang lain, sesungguhnya esensi yang kita ingin sampaikan adalah makna. Padahal,
setiap kata, angka, dan simbol lain dalam bahasa yang kita pakai untuk menyampaikan pesan pada orang lain tentulah mengandung makna. Begitu
juga, rakitan antara satu kata angka dengan kata angka lain menghasilkan satu makna. Penampilan secara keseluruhan sebuah wacana bahkan bisa
menimbulkan makna tertentu. Penggunaan bahasa tertentu dengan demikian berimplikasi pada
bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas
dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif ini, bahkan bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus dapat menciptakan
realitas. Menurut Giles dan Wiemann 1987, bahasa teks mampu
menentukan konteks, bukan sebaliknya teks menyesuaikan diri dengan konteks. Dengan begitu, lewat bahasa yang dipakainya melalui pilihan kata
dan cara penyajian seseorang bisa mempengaruhi orang lain menunjukkan
37 kekuasaannya. Melalui teks yang dibuatnya, ia dapat memanipulasi
konteks.
10
Sekali lagi, elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, atau hasi analisi berupa
artikel opini, adalah bahasa tertulis baik berbentuk kata, angka, gambar, ataupun grafis. Media radio menggunakan ucapan dan suara. Media TV
menggabungkan bahasa tulisan, ujaran, gambar, dan bunyi-bunyian audiovisual. Dengan bahasa para pekerja media mengkonstruksikan setiap
realitas yang diliputnya. Dengan demikian bahasa adalah nyawa kehidupan media massa.
Hanya melalui bahasa para pekerja media bisa menghadirkan hasil reportasenya kepada khalayak. Setiap hari, para pekerja media
memanfaatkan bahsa dalam menyajikan berbagai realitas peristiwa, keadaan, benda kepada publik. Dengan bahasa secara massif mereka
menentukan gambaran beragam realitas ke dalam benak masyarakat. Hamad, 2004:98-102
2.4. Bahasa, pertarungan simbolik dan kekuasaan