mengakibatkan rendahnya respons imun dalam menghadapi infeksi, dan vaksinasi.
44
Kualitas respons imun humoral menurun sesuai usia. Perubahan ini ditandai dengan respons antibodi yang lebih rendah, dan penurunan produksi antibodi
berafinitas tinggi. Penurunan proliferasi sel B karena usia menurunkan aktivasi sel B dan memberikan defek pada afinitas reseptor, dan sinyal permukaan sel B. Sel
Th CD4+ membantu secara tidak adekuat di pusat-pusat germinal, dan menghasilkan antibodi berafinitas rendah akibat penurunan pelepasan IL-2, dan
IL-4. Proses penuaan berperan pada perubahan sitokin dari Th1 ke Th2 sebagai respons terhadap rangsangan kekebalan tubuh. Kelebihan produksi sitokin Th2
dapat meningkatkan gangguan autoimun yang dimediasi sel B dengan meningkatkan produksi antibodi autoreaktif. Dengan penurunan imunitas
humoral, produksi antibodi berafinitas tinggi menjadi rendah sehingga melemahkan respons antibodi pasien usia lanjut.
43
2.2.6. Patofisiologi
Dengan diketahuinya perubahan - perubahan pada berbagai organ tersebut di atas maka akan dapat diketahui bahwa tampilan klinis pneumonia komunitas
pada pasien usia lanjut berbeda dengan kelompok usia lainnya.
45
Pada orang usia lanjut lebih mudah terinfeksi pneumonia hal ini disebabkan oleh adanya gangguan refleks muntah, melemahnya imunitas, gangguan
kardiopulmoner, dan gangguan respon pengaturan suhu. Gangguan refleks muntah, dan sistem saraf pusat mengakibatkan pneumonia aspirasi. Gangguan
pada kardiopulmoner mempengaruhi penurunan dari fungsi jantung, dan paru. Sistem imunitas humoral pada usia lanjut terjadi gangguan pada fungsi limfosit B
sehingga akan menurunkan produksi antibodi, yang akan menjadi faktor predispoposi infeksi mikroorganisme patogen yang menyebabkan pneumonia.
46,47
Penurunan fungsi silia saluran pernapasan pada usia lanjut dapat mengakibatkan risiko seorang individu untuk terjangkit infeksi pada sistem
pernapasan semakin meningkat. Pada infeksi saluran pernapasan, saluran napas akan mengeluarkan sekret berupa mukus. Mukus yang diproduksi akan
dikeluarkan melalui proses batuk. Proses batuk sangat ditentukan oleh fase
inspirasi maksimal. Pada usia lanjut, volume inspirasi dan ekspirasi jumlahnya menurun karena menurunnya fungsi otot-otot pernapasan. Penurunan volume
tersebut mengakibatkan penurunan fungsi batuk untuk mengeluarkan mukus yang diproduksi. Mikroorganisme yang terperangkap oleh mukus tidak akan bisa
dikeluarkan karena fungsi mukosilia yang menurun dan akan mengakibatkan mukus terakumulasi pada saluran pernapasan bawah sehingga manifestasi klinis
pneumonia komunitas pada usia lanjut akan mengalami penurunan pada respon batuk dan sputum.
33,36,37
Mukus di saluran napas yang terakumulasi karena tidak dapat dikeluarkan dengan respon batuk menyebabkan obstruksi pada saluran pernapasan. Disamping
itu, proses degenerasi serat elastis pada saluran pernapasan juga terjadi sehingga membuat resistensi jalur napas meningkat sehingga mengganggu proses
masuknya oksigen ke dalam paru paru yang membuat tubuh melakukan kompensasi melalui peningkatan frekuensi napas untuk mencukupi kebutuhan
oksigen dalam tubuh.
36
Selain itu, defek sumsum tulang yang terjadi pada individu berusia lanjut menyebabkan penurunan produksi sel-sel imun seperti makrofag dan neutrofil.
Makrofag berfungsi memfagosit patogen yang masuk ke dalam tubuh lalu melepaskan sitokin pirogen endogen, sitokin ini diduga mencapai organ
sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sawar darah otak dan menyebabkan reaksi demam melalui prostaglandin PGE
2.
. Pada usia lanjut, fungsi tersebut mulai mengalami penurunan sehingga sitokin pirogen endogen tidak mengubah set point
hipotalamus. Perubahan ini mengakibatkan reaksi demam pada usia lanjut tidak terjadi.
28,48
2.3. Kerangka Teori