39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang cross-sectional dengan pendekatan retrospektif, yang menggambarkan profil pasien usia lanjut
dengan pneumonia komunitas yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Cengkareng yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data ini diolah
berdasarkan distribusi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, indeks massa tubuh IMT, tanda vital, gejala klinis, kebiasaan
perilaku, penyakit penyerta, foto radiologi toraks, lama rawat inap, pemberian antibiotik, kematian dan penyebab kematian yang ditampilkan dalam bentuk tabel
dan grafik.
4.1. Karakteristik Demografi
Karakteristik demografi pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, status pernikahan,
pekerjaan. Berikut gambaran karakteristik pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas di RSUD Cengkareng.
Tabel 4.1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Variabel Frekuensi n=77
Persentase Jenis Kelamin
Laki-laki 41
53,2 Perempuan
36 46,8
Pada penelitian ini, didapatkan data jumlah pasien pneumonia komunitas pada usia lebih dari 60 tahun dengan jenis kelamin laki-laki yang berjumlah 41
pasien 53,2 lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin perempuan yang
berjumlah 36 pasien 46,8. Lebih tingginya frekuensi jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan pada pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas,
didukung oleh penelitian Malik AS,dkk 2012 yang membahas tentang profil
pneumonia komunitas di Pakistan, didapatkan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 55 dibandingkan perempuan sebesar 45. Hal serupa juga
ditemukan oleh Rodriguez L,dkk 2009 pada penelitiannya di Spanyol bahwa laki-laki lebih mendominasi 52 dibandingkan perempuan 48. Di negara
India yang merupakan negara berkembang, yang memiliki keidentikan sama halnya dengan Indonesia, didapatkan data pneumonia komunitas dari penelitian
Bilal BA,dkk 2012 bahwa pasien pneumonia komunitas lebih banyak pada laki- laki berjumlah 35 pasien 70 dibandingkan perempuan yang berjumlah 15
pasien 30. Namun, jika melihat penelitian lain, seperti penelitian Viegi G,dkk 2006 yang membahas epidemiologi pneumonia komunitas di Napoli, Italia,
mendapatkan bahwa perempuan lebih banyak sebesar 53,1 dibandingkan laki- laki yang berjumlah 46,7. Akan tetapi dari semua data penelitian tersebut, Vila-
Corcoles A,dkk 2008 menyampaikan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara pasien pneumonia komunitas dengan jenis kelamin
pasien.
74,75,76,77,78
Tabel 4.2. Karakteristik berdasarkan kelompok usia
Variabel Frekuensi n=77
Persentase Kelompok Usia
60-74 tahun 60
77,9 75-90 tahun
16 20,8
90 tahun 1
1,3
Untuk distribusi pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas berdasarkan kelompok usia yang tertera pada tabel 4.2. didapatkan kelompok
lansia60-74 tahun sebanyak 60 pasien 77,9 , kelompok lansia tua 75-90 tahun sebanyak 16 pasien 20,8 dan lansia sangat tua 90 tahun sebanyak 1
pasien 1,3. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vila-Corcoles A,dkk 2008 di Tarragona, Spanyol yang mengatakan angka
kesakitan pneumonia komunitas pada kelompok usia 65-74 tahun sebesar 55,2, kelompok usia 75-84 tahun sebesar 34.3, kelompok usia lebih dari 85 tahun
sebesar 10,5, hal serupa juga ditemukan oleh Bilal BA,dkk 2012 bahwa
didapatkan penurunan jumlah kasus yaitu, pada kelompok usia 65-74 tahun sebesar 64, kelompok usia 75-84 tahun sebesar 28 dan kelompok usia lebih
dari 85 tahun sebesar 8. Perbedaan peningkatan angka morbiditas pasien pneumonia komunitas pada kelompok usia lanjut tersebut kemungkinan
disebabkan oleh perbedaan populasi yang diteliti yang apabila ditelusuri lebih lanjut hal ini berhubungan erat dengan akses pasien tersebut ke pusat layanan
kesehatan atau rumah sakit.
76,78
Tabel 4.3. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan
Variabel Frekuensi n=77
Persentase Pendidikan
Tidak sekolah 1
1.3 Tamat SD
46 59,7
Tamat SMP 8
10,4 Tamat SMA
17 22,1
Perguruan tinggi 5
6,5
Berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan riwayat tingkat pendidikan pasien paling banyak adalah tamat SD sebanyak 46 pasien 59,7, lalu tamat
SMA sebanyak 17 pasien 22,1, tamat SMP sebanyak 8 pasien 10,4, perguruan tinggi sebanyak 5 pasien 6,5, dan tidak bersekolah sebanyak 1
pasien 1,3. Tingkat pendidikan pasien berpengaruh terhadap tingkat morbiditas atau kasus kejadian pneumonia komunitas. Menurut penelitian yang
telah dilakukan oleh Torres A,dkk 2013 bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir pasien maka semakin rendah risiko terjadinya pneumonia
komunitas dibandingkan dengan pasien yang memiliki tingkat pendidikan terakhirnya yang rendah. Schnoor M,dkk 2007 menjelaskan dalam penelitiannya
bahwa tingkat pendidikan terakhir pasien yang lebih atau sama dengan 12 tahun setara tamat SMA memiliki risiko terkena pneumonia komunitas lebih rendah
dibandingkan dengan pasien yang memiliki tingkat pendidikan terakhirnya yang kurang atau sama dengan 9 tahun setara tamat SMP dan memiliki risiko terkena
pneumonia komunitas lebih tinggi. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan
oleh Izquierdo C,dkk 2010 menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terakhir pasien dengan hasil pengobatan yang dilakukan
pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat mortalitas pasien pneumonia tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan terakhir pasien.
79,80,81
Tabel 4.4. Karakteristik berdasarkan status pernikahan
Variabel Frekuensi n=77
Persentase Status pernikahan
Menikah 47
61 Belum menikah
7 9,1
Pernah menikah 23
29,9
Dari hasil penelitian, pada tabel 4.4 didapatkan data status pernikahan pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas yaitu pasien yang belum menikah
sebanyak 7 pasien 9,1, sudah menikah sebanyak 47 pasien 61 dan pernah menikah sebanyak 23 pasien 29,9. Terkait dengan kekerapan penyakit
penyerta dan risiko kematian, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Metersky ML,dkk 2012 di Amerika yang menyatakan bahwa pria yang belum
menikah pada pasien pneumonia komunitas pada usia lebih dari 65 tahun dan dirawat di rumah sakit memiliki risiko kematian lebih tinggi dan sangat signifikan
dibandingkan kelompok usia lainnya, namun kelompok ini memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit komorbidnya. Metersky ML,dkk 2012 juga
menambahkan bahwa pasien yang sudah menikah lebih rendah terhadap risiko kematian, karena pasien yang sudah menikah memiliki status sosioekonomi lebih
tinggi dan tingkat kekerasan lebih rendah.
82
Gambar 4.1. Grafik karakteristik pekerjaan pasien
Dari data penelitian ini, diketahui pekerjaan ibu rumah tangga IRT sebanyak 34 pasien 44,2, buruh sebanyak 10 pasien 13, tidak bekerja
sebanyak 10 pasien 13 pegawai swasta sebanyak 9 pasien 11,7, PNS sebanyak 7 pasien 9,1, wiraswasta sebanyak 3 pasien 3,9, diikuti dengan
pensiunan sebanyak 2 pasien 2,6, petani sebanyak 1 pasien 1,3 dan pedagang sebanyak 1 pasien 1,3. Berdasarkan data hasil penelitian ini, terlihat
tingkat sosio-ekonomi populasi pasien mayoritas berada pada golongan yang masih rendah. Malik AS,dkk 2012 menyatakan bahwa terdapat keterkaitan
antara status sosio-ekonomi populasi dengan frekuensi pasien pneumonia komunitas, yaitu pada status sosio-ekonomi yang rendah didapatkan frekuensi
yang tinggi terhadap morbiditas pneumonia komunitas 68,75. Hal ini pun serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Loeb MB 2004 yang
mendeskripsikan bahwa status sosio-ekonomi pasien yang rendah dapat meningkatkan risiko kejadian pneumonia komunitas. Lebih lanjut pada penelitian
Malik AS,dkk 2012 mengemukakan pendapat bahwa pengaruh status sosio- ekonomi terhadap frekuensi pneumonia kemungkinan disebabkan pada golongan
sosio-ekonomi rendah tidak dapat membayar biaya pengobatan pada tahap awal sakit karena kemiskinan, yang dapat menjadi faktor predisposisi tinggi untuk
memperberat morbiditas dan meningkatkan risiko kematian.
74,83
34 9
10 7
10 3
2 2
5 10
15 20
25 30
35 40
Pekerjaan
IGD 71 92,2
Poli 6 7,8
Jalur Masuk Rumah Sakit
IGD Poli
Namun pada beberapa penelitian yang lalu menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara status sosio-ekonomi terhadap kejadian pneumonia
komunitas. Seperti pada dua penelitian Farr BM,dkk 2000 dengan judul yang berbeda, menyatakan bahwa diagnosis pneumonia komunitas dan status sosio-
ekonomi tidak memiliki hubungan antar keduanya. Selain itu, status sosio- ekonomi juga tidak berpengaruh terhadap hasil dari perawatan pneumonia
komunitas seperti pada penelitian Izquierdo C,dkk 2010 di Barcelona, Spanyol yang pada kesimpulan penelitiannya menyatakan bahwa status sosio-ekonomi
tidak memiliki hubungan terhadap hasil perawatan pneumonia komunitas. Hal serupa juga disampaikan oleh Vrbova L,dkk 2005 di Ontario, Kanada yang
berkesimpulan bahwa status sosio-ekonomi tidak berpengaruh terhadap frekuensi pneumonia komunitas dan tingkat mortalitasnya.
81,84,85
Gambar: 4.2. Diagram jalur masuk ke rumah sakit
Adapun distribusi pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas berdasarkan jalur masuk ke RSUD seperti yang terlihat pada diagram 4.2
didapatkan pasien yang masuk melalui IGD adalah sebanyak 71 pasien 92,2, sedangkan yang masuk melalui poli sebanyak 6 pasien 7,8.
4.2. Karakteristik Indeks Massa Tubuh IMT