Karakteristik Lama Rawat Inap

untuk melakukan terapi pneumonia komunitas tanpa konfirmasi radiologi bagi pasien yang mempunyai kesulitan untuk melakukan pemeriksaan. 77

4.8. Karakteristik Lama Rawat Inap

Tabel 4.13. Karakteristik lama rawat inap Dari tabel 4.16. didapatkan data rawat inap pasien dari 0-3 hari sebanyak 22 pasien 28,5, 4-7 hari sebanyak 40 pasien 52, 8-11 hari sebanyak 10 pasien 13, dan 12-14 hari sebanyak 5 pasien 6,5. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Masotti L,dkk 2000 menyatakan beberapa hal yang dapat memperpanjang lama rawat inap yaitu demam tinggi menunjukkan hubungan yang bermakna dengan lamanya rawat inap. Penyakit penyerta, kateterisasi saluran kemih, dan ISK sekunder, dan tingginya laju endap darah juga mempunyai hubungan yang bermakna terhadap lamanya rawat inap pada pasien pneumonia komunitas. Dehidrasi pada pasien pneumonia komunitas usia lanjut juga diketahui berpengaruh terhadap lamanya rawat inap. Menurut Masotti L,dkk 200 data tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi sehingga dapat mengurangi biaya perawatan. Menurut Isabella S,dkk 2012 menyatakan bahwa frekuensi napas lebih dari 20 kali per menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg pada pasien pneumonia usia lanjut dapat memperpanjang masa rawat inap di rumah sakit. 97,99 Lama Rawat Inap Frekuensi n=77 Persentase 0-3 hari 22 28,5 4-7 hari 40 52 8-11 hari 10 13 12-15 hari 5 6,5 4.9. Karakteristik Antibiotik yang Diberikan dalam Pengobatan Pneumonia Komunitas di pada Usia Lanjut Tabel 4.14. Karakteristik antibiotik yang diberikan Golongan Antibiotik Frekuensi n=67 Persentase Derivat Beta Laktam Sefalosporin Generasi ke-3 52 67,5 Karbapenem 9 11,7 Fluoroquinolone 1 1,3 Sefalosporin + fluoroquinolone 3 3,9 Karbapenem + fluoroquinolone 2 2,6 Tidak ada data 10 13 Dari 77 pasien yang dirawat hanya 67 pasien yang mempunyai data pemberian antibiotik di rumah sakit sedangkan 10 pasien tidak ada data pemberian antibiotik. Dari 67 pasien, didapatkan pemberian antibiotik monoterapi dari derivat beta laktam yaitu golongan sefalosporin generasi ke-3 seperti ceftizoxime, cefixime, ceftazidime, ceftriaxone, cefoperazone sebanyak 52 pasien 77,6, sedangkan dari golongan karbapenem sebanyak 9 pasien 11,7. Pemberian antibiotik monoterapi golongan fluoroquinoloneofloxacin, levofloxacin, dan ciprofloxacin sebanyak 1 pasien 1,5, dan pemberian antibiotik kombinasi yaitu antara golongan beta laktam dan fluoroquinolone sebanyak 3 pasien 4,5. Penemuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Viegi G,dkk 2006 yang menyebutkan bahwa pemberian sefalosporin generasi ketiga paling sering digunakan untuk initial therapy pada pasien infeksi saluran pernapasan bawah di Italia. Penelitian yang dilakukan oleh Viegi G,dkk menggunakan antibiotik monoterapi pada 70,1 kasus pneumonia komunitas. Penggunaan antibiotik cefalosporin 45,8 diberikan sebagai monoterapi pada lebih dari seperempat pasien 27,1 dan sekitar seperlima pasien 18,7 diberikan dengan kombinasi antibiotik lain. Penggunan antibiotik makrolid monoterapi sebanyak 18, dan kombinasi sebanyak 20,2. Fluoroquinolone digunakan sebagai monoterapi pada 12 kasus dan 12,2 sebagai terapi kombinasi. Menurut Mandell L,dkk 2007 pemberian antibiotik monoterapi fluoroquinolene digunakan untuk pasien pneumonia komunitas yang dirawat dirumah sakit tetapi tidak di rawat di ICU sedangkan untuk pasien pneumonia komunitas yang dirawat di rumah sakit dan di rawat di ICU serta dicurigai terinfeksi bakteri pesudomonas diberikan kombinasi terapi antipesudomonas beta laktammeropenem atau imipenem dan fluoroqinolonelevofloxacin atau levofloxacin. 77,100

4.10. Karakteristik Kematian