kesehatan tahun 2006 sebesar 60,2, pada tahun 2007 sebesar 56, pada tahun 2008 sebesar 49,2 dan pada tahun 2009 penolong persalinan oleh tenaga kesehatan
sebesar 61,9. Persentase cakupan penolong persalinan ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan untuk penolong persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran masih rendah jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam Renstra Depkes 2005-2009 dan Indikator Indonesia Sehat
2010 yaitu sebesar 90. Kondisi tersebut menumbuhkan keinginan penulis untuk menganalisa
pengaruh faktor predisposisi meliputi: umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan paritas, faktor pendukung meliputi: ketersediaan serta
jarak sarana kesehatan dan faktor pendorong keterpaparan informasipenyuluhan dari petugas kesehatan, dukungan keluargakerabat dan pemeriksaan kehamilan
terhadap tindakan ibu dalam memanfaatkan penolong persalinan. Dengan menganalisis karakteristik ibu tersebut diharapkan cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan bisa ditingkatkan dalam upaya meningkatkan kualitas manusia sebagai bagian dari upaya membangun manusia Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah apakah ada pengaruh faktor predisposisi meliputi: umur, tingkat
pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan paritas, faktor pendukung meliputi: ketersediaan serta jarak sarana kesehatan dan faktor pendorong
keterpaparan informasipenyuluhan dari petugas kesehatan, dukungan
Universitas Sumatera Utara
keluargakerabat dan pemeriksaan kehamilan terhadap pemanfaatan penolong persalinan oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran tahun
2010.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi meliputi: umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan paritas,
faktor pendukung meliputi: ketersediaan serta jarak sarana kesehatan dan faktor pendorong keterpaparan informasipenyuluhan dari petugas kesehatan, dukungan
keluargakerabat dan pemeriksaan kehamilan terhadap pemanfaatan penolong persalinan oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran Tahun
2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara dalam
upaya menurunkan Angka Kematian Ibu. 2.
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Butar dalam upaya peningkataan pelayanan bagi ibu saat persalinan dengan mutu yang berkualitas.
3. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang
lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan uri yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri Manuaba, 1998.
2.1.1. Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan defenisi adalah sebagai berikut : a.
Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan. Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang
dilahirkan sebagai berikut Manuaba, 1998 : a.
Abortus terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan.
b. Persalinan prematuritas persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu.
c. Persalinan aterm persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu.
d. Persalinan serotinus persalinan melampaui umur hamil 42 minggu.
e. Persalinan presipitatus persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Proses Terjadinya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui secara pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his
kontraksi otot rahim. Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil yaitu:
a. Estrogen yang berfungsi unrtuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis.
b. Progesteron yang berfungsi untuk menurunkan sensivisitas otot rahim,
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan juga menyebabkan otot rahim
dan otot polos relaksasi Manuaba, 1998. Terdapat beberapa teori yang menyatakan kemungkinan terjadinya proses
persalinan: 1.
Teori Keregangan 2.
Teori Penurunan Progesteron 3.
Teori Oksitosin Internal 4.
Teori Prostaglandin 5.
Teori Hipotalamus-pituitari dan Glandula suprarenalis Bagaimana terjadinya persalinan masih belum dapat dipastikan, besar
kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor. Berdasarkan teori yang dikemukakan, persalinan anjuran
induksi persalinan dapat dilakukan dengan jalan:
Universitas Sumatera Utara
1. Memecahkan ketuban
2. Induksi persalinan secara hormonalkimiawi
3. Induksi persalinan dengan mekanis
4. Persalinan dengan tindakan operasi Manuaba, 1998.
2.1.3. Tanda Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut: 1.
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu berupa pengeluaran lendir, dan
lendir bercampur darah. 3.
Dapat disertai ketuban pecah. 4.
Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks, dapat berupa perlunakan, pendataran maupun pembukaan serviks.
2.1.4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan
Terdapat beberapa faktor yang berperan penting dalam persalinan yaitu: 1. Power his, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan
mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum. 2. Passanger janin dan plasenta.
3. Passage jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang. Dalam persalinan masih terdapat subfaktor yang memengaruhi jalannya
persalinan sehingga dapat terjadi kemungkinan 1 persalinan yang berlangsung
Universitas Sumatera Utara
dengan kekuatan sendiri yang disebut dengan persalinan eutosia dan 2 persalinan yang berlangsung dan menyimpang dari kekuatan sendiri disebut persalinan distosia.
Persalinan letak belakang kepala dan berlangsung spontan terjadi paling banyak. Persalinan di Indonesia terutama di pedesaan sebagian besar ditolong oleh
tenaga nonmedis yang disertai berbagai penyulit kelahiran sampai kematian. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, pre-eklampsia dan eklampsia
Manuaba, 1998. Dalam upaya menurunkan AKI, maka pemerintah menjalankan berbagai
program yang dicanangkan secara internasional diantaranya adalah Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer MPS. Safe Motherhood dicanangkan di Nairobi
Kenya 1987 dan memiliki empat pilar yaitu: 1. Keluarga Berencana untuk menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki
informasi dan pelayanan untuk merencanakan saat, jumlah, dan jarak kehamilan. 2. Pelayanan Antenatal untuk mencegah komplikasi dan menjamin bahwa komplikasi
dalam persalinan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara benar. 3. Persalianan Aman untuk menjamin bahwa semua tenaga kesehatan mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan peralatan untuk melaksanakan perrsalinan yang bersih, aman dan menyediakan pelayanan pasca persalinan kepada ibu dan bayi
baru lahir. 4. Pelayanan Obstetrik Neonatal EsensialEmergensi untuk menjamin tersedianya
pelayanan esensial pada kehamilan risiko tinggi dengan gawat-obstetrikGO, pelayanan emergensi untuk gawat-darurat-obstetrikGDO dan komplikasi
persalianan pada setiap ibu yang membutuhkannya.
Universitas Sumatera Utara
Keempat pilar tersebut harus disediakan melalui pelayanan kesehatan primer yang bertumpu padafondasi keadilan equity bagi seluruh kaum perempuan. Safe
Motherhood merupakan upaya global untuk mencegahmenurunkan kematian ibu dengan slogan ‘Making Pregnancy Safer’ MPS.
Making Pregnancy Safer MPS memiliki 3 pesan kunci yaitu: 1 setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, 2 setiap komplikasi obstetrik dan
neonatal ditangani secara adekuat, dan 3 setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran. MPS memiliki empat strategi utama yaitu: 1.
Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas.
2. Membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama lintas program, lintas sektor
dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibubayi baru lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir Prawirohardjo, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penolong Persalinan
Berdasarkan Depkes RI 1997, dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga
tersebut adalah: 1.
Tenaga Profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat lain.
2. Dukun bayi :
a. Terlatih : ialah dukun bayi yang mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan
yang dinyatakan lulus. b.
Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus
Manalu, 2007. Menurut Badan Pusat Statistik BPS tahun 2005, dukun bersalin adalah
praktek pelayanan kesehatan alternatif yang dilakukan oleh dukun yang khusus menangani masalah kehamilankelahiran baik yang sudah pernah mendapat pelatihan
dari Departemen Kesehatan maupun belum. Istilah dukun bersalin juga dikenal dengan paraji Jawa Barat, atau dukun beranak DKI Jakarta. Dukun beranak di Bali
dikenal dengan istilah balian manak, profesi ini pada umumnya dilakukan oleh laki- laki yang berusia di atas 50 tahun yang menurut kepercayaan umat Hindu telah
mendapat wahyu atau petunjuk gaib Swasono, 1998. Praktek tenaga kesehatan nakes adalah praktek pribadiper orangan yang dilakukan oleh perawat atau bidan
yang dilakukan tidak di rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, posyandu, atau klinik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fatimah yang dikutip Manalu 2007, bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui
pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Bidan desa yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja 1 sampai 2 desa dan
dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik didalam maupun diluar jam kerjanya harus tetap bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas.
Tugas pokok bidan desa adalah : 1 Melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah yang dihadapi, sesuai
dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan, 2 Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk dapat
berperilaku hidup sehat. Bidan selama ini adalah tenaga kesehatan yang menjembatani antara
pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan modern. Pada banyak situasi, terkadang mereka dihadapkan pada kasus-kasus rujukan dukun bayi terlambat
yang dari sudut kompetensi dan kemampuan teknik yang mereka miliki. Mereka sudah tidak boleh menanganinya dan kemudian dirujuk ke rumah sakit dalam kondisi
sangat gawat. Menurut Depkes RI 1997, dukun beranak adalah seorang anggota
masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh
keterampilan tersebut secara turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan
Manalu, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Proses persalinan dapat berjalan dengan sendirinya, tetapi setiap saat mungkin terjadi kejadian yang membahayakan, sehingga memerlukan bantuan untuk
memberikan pertolongan yang tetap menuju persalinan aman. Penolong persalinan wajib menerapkan upaya pencegahan infeksi seperti yang dianjurkan yaitu
Depkes,2004 : 1.
Sarung Tangan Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril harus dipakai dalam setiap
pemeriksaan dalam, membantu kelahiran bayi, melakukan episiotomi, menjahit laserasi, dan memberikan asuhan bagi bayi baru lahir. Sarung tangan harus
diganti apabila terkontaminasi atau berlubang. 2.
Perlengkapan Pelindung Pribadi Mengenakan penutup tubuh yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut
pada saat menolong persalinan, Jika memungkinkan, pakai masker dan kacamata yang bersih. Semua perlengkapan tersebut harus dikenakan selama membantu
kelahiran bayi dan pada saat melaksanakan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
3. Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan
Ruangan bersalin harus memiliki sistem peneranganpencahayaan yang cukup, baik dari jendela, lampu di langit-langit kamar, maupun sumber cahaya lainnya.
Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung. Harus tersedia perlengkapan dan obat-obatan esensial yang diperlukan untuk persalinan,
membantu kelahiran asuhan bayi baru lahir.
Universitas Sumatera Utara
4. Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
Persiapan untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir dimulai sebelum bayi lahir. Siapkan lingkungan yang sesuai untuk kelahiran bayi dengan
memastikan bahwa ruangan tersebut bersih dan bebas dari tiupan angin Depkes RI, 2004.
2.3. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan