Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Teknik Analisis Data

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini memaparkan tentang populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian serta definisi operasional. Selanjutnya, dibahas mengenai teknik dan instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan pengujian alat ukur yang digunakan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan atau hipotesis penelitian.

3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Adapun yang dijadikan populasi oleh peneliti adalah karyawan pabrik PT Kiriu Indonesia yang berlokasi di daerah Cikarang Barat. Jumlah populasi dalam PT Kiriu berdasarkan data yang dimiliki HRD sebanyak 250 pegawai. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling yang berarti peluang anggota anggota populasi untuk dijadikan sampel tidak diketahui. Teknik nonprobability sampling yang peneliti gunakan adalah convenience sampling. Dengan menggunakan teknik convenience sampling, partisipan dipilih berdasarkan kesediaan pegawai untuk merespon. Peneliti membagikan angket sebanyak 200 lembar kepada pegawai perusahaan tersebut. 3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 37 1. Need of power 2. Need of achievement 3. Need of Affiliation 4. Self-acceptance 5. Relation with others 6. Autonomy 7. Environmental mastery 8. Purpose in life 9. Personal growth Dependent variable penelitian ini yaitu organizational commitment yang terdiri dari affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. Sedangkan variabel lainnya merupakan variabel independen.

3.2.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian dijelaskan sebagai berikut di bawah ini.

3.2.2.1. Komitmen organisasi

Komitmen organisasi adalah kondisi psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaan dalam organisasi Meyer dan Allen, 1991

3.2.2.2. Motivasi kerja

Motivasi kerja adalah adalah sebuah paksaan yang mendorong seseorang agar perilakunya bersemangat, langsung, dan menopang dalam pekerjaan Levy, 2009. 38

1. Need for Power

Need of power adalah keinginan untuk mengendalikan orang lain McClelland, 1961, dalam Moore et al, 2010. Indikator need of power yaitu, keinginan seseorang untuk memimpin orang lain.

2. Need for Achievement

Need of Achievement adalah keinginan untuk berprestasi dan menjadi yang terbaik. Indikator need of achievement yaitu, melakukan pekerjaan yang lebih baik dari standar yang sudah ada.

3. Need for Affilition

Need of affiliation adalah kebutuhan seseorang memiliki hubungan positif dengan orang lain dan juga lingkungan sekitar. Indikator need of affiliation yakni¸ menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. 3.2.2.3. Psychological Well-Being Ryff mendefinisikan psychological well-being sebagai kondisi dimana individu memliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang cocok dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya Ryff, 1989.

1. Self-acceptance

Self-acceptance adalah individu yang dapat mengenali dan menerima berbagai aspek dalam dirinya, termasuk hal yang baik maupun yang buruk. Self-acceptance 39 memiliki indikator yakni, membangun sikap positif yang membangun dirinya dan menerima setiap aspek baik dan buruk yang ada pada dirinya.

2. Relationship with Others

Relationship with others yaitu menjalin hubungan positif dengan orang lain, memiliki persahabatn yang kuat, dan membina hubungan dengan masyarakat. Indikator relationship with other yaitu, ramah pada setiap pegawai, percaya kepada orang lain, dan membuat orang lain senang.

3. Autonomy

Autonomy adalah Individu yang sepenuhnya mandiri digambarkan memiliki locus of control yang baik dimana seseorang dapat memecahkan masalahnya sendiri. Indikator autonomy yaitu, bersikap mandiri dan kesiapan menerima tekanan dari luar.

4. Environmental Mastery

Environmental mastery adalah kemampuan menciptakan lingkungan menjadi sesuai dengan kondisi psikis dan keinginannya. Indikator environmental mastery yaitu, pegawai memiliki kemampuan mengatur lingkungan dan dapat memaksimalkan kesempatan yang ada.

5. Purpose in Life

Purpose in life adalah individu yang sudah memiliki tujuan dan rencana untuk kehidupannya. Indikator purpose in life yaitu, kemampuan pegawai dalam memiliki tujuan hidup dan memahami arti dari kehidupan sekarang dan masa lalu. 40

6. Personal growth

Personal growth kemampuan seseorang untuk melihat bakat yang ada pada dirinya lalu berusaha untuk mengembangkannya. Indikator personal growth yaitu, memiliki keinginan untuk terus berkembang dan kemampuan melihat diri sendiri sebagai individu yang akan terus berkembang.

3.3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berbentuk skala likert. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat ukur, yaitu alat ukur komitmen organisasi, alat ukur motivasi kerja, dan alat ukur psychological well-being . Setiap alat ukur akan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju STS dengan nilai 1 sampai Sangat Setuju SS dengan nilai 4. Penilaian terhadap butir pernyataan unfavorable dinilai melalui Sangat Tidak Setuju STS dengan nilai 4 sampai Sangat Setuju SS dengan nilai 1. Alternatif jawaban netral seperti Ragu-Ragu ditiadakan untuk menghindari banyak respon yang memilih alternatif jawaban tersebut sehingga menunjukkan hasil yang tidak bervariasi. Adapun alat ukur tersebut, yaitu:

3.3.1. Komitmen Organisasi

Untuk mengukur komitmen organisasi, peneliti mengadaptasi alat ukur organizational commitment scale OCS dari Meyer dan Allen 1990. Organizational commitment questionnaire berjumlah 24 item dari 3 dimensi, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment lihat tabel 3.1. 41 Tabel 3.1 Blue Print Komitmen Organisasi No Dimensi Komitmen Organisasi Indikator Fav Unfav Jumlah 1 Affective Commitment Ikatan emosional individu dengan organisasi. - Memiliki ikatan emosional - Ada ikatan antara pegawai dan organisasi 1, 2, 3 4, 7 6, 8 5 8 2 Continuance Commitment Berkaitan dengan kelangsungan individu jika meninggalkan organisasi. - Kerugian yang dirasakan pegawai jika keluar dari organisasi. - Karyawan mendapatkan keuntungan dari organisasi 10, 11, 12, 15 13, 14, 16 9 8 3 Normative Commitment Rasa tanggung jawab kepada organisasi. - Bertanggung jawab terhadap organisasi - Mengkuti peraturan organisasi 19, 20, 23 21, 22 17, 24 18 8 Jumlah 17 7 24

3.3.2 Motivasi Kerja

Untuk mengukur motivasi kerja, peneliti mengadaptasi alat ukur McClelland needs assessement dari McClelland dalam Steers dan Braunstein, 1976. McClelland needs assessement berjumlah 15 item dari 3 dimensi Need for power, need for achievement, dan need for affiliation lihat tabel 3.2. 42 Tabel 3.2 Blue Print Motivasi Kerja No Dimensi Motivasi Kerja Indikator Favourable Unfavourable Jumlah

1 Need for Power

Keinginan untuk mengendalikan orang lain. Memimpin orang lain. 1, 2, 4, 5 3 5 2 Need for Achievement Keinginan untuk berprestasi Melakukan lebih baik dan di atas standar. 6, 7, 8, 10 9 5 3 Need for Affiliation Keinginan untuk bersosialisasi Menjalin hubungan dengan orang lain 11, 13, 14, 15 12 5 Jumlah 12 3 15

3.3.3 Psychological Well-Being

Instrumen untuk mengukur psychological well-being yang peneliti gunakan adalah adaptasi alat ukur Psychological Well-Being Scale PWBS dari Ryff 1989. Adapun format pada pengukuran ini menggunakan model skala Likert yang sudah dimodifikasi dengan rating empat pilihan dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Psychological Well-Being Scale berjumlah 42 item tetapi peneliti melakukan modifikasi dan seleksi item yang ada pada PWB Ryff dan item tersebut hanya tersisa 30 dari 6 dimensi, yaitu Self-Acceptance, Positive Relations with others, Autonomy, Environmental Mastery, Purpose in Life dan Personal Growth lihat tabel 3.3. 43 Tabel 3.3 Blue Print Psychological Well-being No Dimensi Psychological Well- Being Indikator Favourable Unfavourable Jumlah 1 Self-Acceptance Individu mengenal dan menerima berbagai aspek pada pribadi. - Sikap positif yang membangun dirinya - Menerima setiap aspek baik dan buruk yang ada pada dirinya 2 1, 4 3 5 5 2 Positive Relations with others Menjalin hubungan baik dengan orang terdekat. - Ramah - Percaya kepada orang lain - Membuat orang lain senang 9 8 7 6 10 5

3 Autonomy

Individu yang mampu memecahkan maalahnya sendiri. - Mandiri - Siap menerima tekanan dari orang lain 11, 12, 15 14 13 5 4 Environmental Mastery Kemampuan menciptakan lingkungan seperti yang diinginkan. - Memiliki kemampuan mengatur lingkungan - Memaksimalkan kesempatan yang ada di sekeliling 17, 18 16 19 20 5

5 Purpose in Life

Individu memiliki tujuan hidup. - Memiliki tujuan hidup - Memahami arti dari kehidupan sekarang dan masa lalu 22, 23 21 24, 25 5 6 Personal Growth Kemampuan melihat potensi diri sendiri. - Memiliki keinginan untuk terus berkembang - Melihat diri sendiri sebagai individu yang berkembang 26, 27 29 30 28 5 Jumlah 18 12 30 44

3.4 Uji Validitas Konstruk

Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas konstruk alat ukur. Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis CFA dengan bantuan software Lisrel 8.70. Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah Umar, 2011: 1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan P0,05 berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun jika nilai Chi-Square signifikan P0,05, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang diuji sesuai dengan langkah kedua berikut ini. 2. Jika nilai Chi-Square signifikan P0,05, maka dilakukan modifikasi model pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain mengukur lebih dari satu konstrukmultidimensional. Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya. 3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien positif. Apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan 45 faktornya negatif, maka item tersebut harus didrop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif favourable. 4. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk mendapatkan faktor skornya. Skor faktor dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi penghitungan skor faktor ini tidak menjumlahkan item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan Adapun rumus T Score yaitu: T score = 10 x faktor skor + 50 Keterangan: 10 adalah nilai standar deviasi dan 50 adalah nilai mean. Langkah terakhir setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi.

3.4.1. Uji Validitas Konstruk Komitmen Organisasi

Pertama diteliti apakah 24 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur komitmen organisasi. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square=1256.87, df 252, P-value= 0.00000, RMSEA=0.142. Oleh karena itu dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item, dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 97 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 186.76, df = 157, P-value = 0.05251, RMSEA = 0.031. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya 46 model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu komitmen organisasi. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Muatan Faktor item Komitmen Organisasi No. item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.40 0.07 5.50 V 2 -0.10 0.07 -1.35 X 3 0.33 0.07 4.68 V 4 -0.08 0.08 -1.06 X 5 0.62 0.07 9.03 V 6 0.37 0.08 4.77 V 7 0.59 0.07 8.77 V 8 0.44 0.07 6.05 V 9 0.25 0.08 3.25 V 10 0.20 0.08 2.55 V 11 0.29 0.07 4.00 V 12 -0.26 0.07 -3.52 X 13 0.45 0.07 6.18 V 14 0.40 0.07 5.45 V 15 0.02 0.08 0.23 X 47 16 0.41 0.07 5.59 V 17 0.39 0.08 4.98 V 18 0.26 0.08 3.27 V 19 0.46 0.07 6.11 V 20 0.62 0.07 8.92 V 21 0.32 0.08 3.97 V 22 0.64 0.07 9.47 V 23 0.40 0.07 5.48 V 24 0.40 0.08 -5.92 X Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan Dari tabel 3.4 terdapat 5 item yang tidak signifikan karena memiliki nilai koefisien t 1.96 yaitu item 2, 4, 12, 15, dan 24. Sedangkan item lainnya signifikan t 1.96 dan valid. Dengan demikian, bobot nilai pada item 2, 4, 12,

15, dan 24 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. 3.4.2

Uji Validitas Konstruk Motivasi Kerja 1. Need of Power Tahap pertama dilakukan uji statistik, apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur need of power. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan denagan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi- square = 36.64, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.178. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item, dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 2 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 3.53, df = 3, P-value = 48 0.31716, RMSEA = 0.030. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu need of power. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Muatan Faktor item Need of Power No. Item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.40 0.09 4.41 V 2 0.59 0.09 6.41 V 3 -0.16 0.09 -1.65 X 4 0.65 0.10 6.76 V 5 0.25 0.09 2.70 V Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan Dari tabel 3.5 terdapat 1 item yang tidak signifikan karena memiliki nilai koefisien t 1.96 yaitu item 3. Sedangkan item lainnya signifikan t 1.96 dan valid. Dengan demikian, bobot nilai pada item 3 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

2. Need of Achievement

Tahap pertama dilakukan uji statistik, apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur need of achievement. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan denagan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan 49 chi-square = 8.61, df = 5, P-value = 0.12574, RMSEA = 0.060. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item, dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 1 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 4.89, df = 3, P-value = 0.29850, RMSEA = 0.033. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu komitmen organisasi. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6. Tabel 3.6 Muatan Faktor item Need of Achievement No. Item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.99 0.05 19.02 V 2 0.93 0.05 17.08 V 3 0.71 0.06 11.39 V 4 0.32 0.07 4.59 V 5 0.53 0.07 8.02 V Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan Dari tabel 3.6, berdasarkan pada muatan faktor lambda dan t-value, setiap item dikatakan signifikan. Hal tersebut dikarenakan koefisien muatan faktor tiap item loyalitas nasabah yang positif dan nilai koefisien t 1,96. 50

3. Need of Affiliation

Pertama-tama, dilakukan uji statistik, apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur need of affiliation. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 25.53, df = 5, P-value = 0.00011, RMSEA = 0.144. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah hanya dilakukan 2 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 1.28, df = 3, P- value = 0.73270, RMSEA = 0.000. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu need of achievemnet. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7. Tabel 3.7 Muatan Faktor item Need of Affiliation No. Item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.22 0.11 2.01 V 2 1.02 0.45 2.25 V 3 1.12 0.49 2.28 V 4 0.21 0.11 1.85 X 5 0.31 0.15 2.11 V Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan 51 Dari tabel 3.7 terdapat 1 item yang tidak signifikan karena memiliki nilai koefisien t 1.96 yaitu item 4. Hal tersebut dikarenakan koefisien muatan faktor tiap item loyalitas nasabah yang positif dan nilai koefisien t 1,96.

3.4.3. Uji Validitas Konstruk Psychological Well-Being

1. Self Acceptance

Tahap pertama dilakukan uji statistik, apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur self acceptance. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi- square = 14.12, df = 5, P-value = 0.01484, RMSEA = 0.096. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah hanya dilakukan 2 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 2.91, df = 3, P- value = 0.40532, RMSEA = 0.000. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu self acceptance. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8. 52 Tabel 3.8 Muatan Faktor item Self Acceptance No. Item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.34 0.09 3.64 V 2 0.36 0.09 4.12 V 3 0.42 0.12 3.42 V 4 0.71 0.13 5.32 V 5 0.53 0.11 4.99 V Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan Dari tabel 3.8, berdasarkan pada muatan faktor lambda dan t-value, setiap item dikatakan signifikan. Hal tersebut dikarenakan koefisien muatan faktor tiap item loyalitas nasabah yang positif dan nilai koefisien t 1,96.

2. Positive Relation with Others

Tahap pertama dilakukan uji statistik, apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur positive relation with others. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan denagan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 20.18, df = 5, P-value = 0.00115, RMSEA = 0.124. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 1 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 5.28, df = 4, P- value = 0.26013, RMSEA = 0.040. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu positive relation with others. 53 Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9. Tabel 3.9 Muatan Faktor item Positive Relation with Others No. Item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.27 0.09 3.07 V 2 0.45 0.09 5.15 V 3 0.63 0.10 6.59 V 4 0.07 0.09 0.82 X 5 0.65 0.10 6.68 V Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan Dari tabel 3.9 terdapat 1 item yang tidak signifikan karena memiliki nilai koefisien t 1.96 yaitu item 4. Sedangkan item lainnya signifikan t 1.96 dan valid. Dengan demikian, bobot nilai pada item 4 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

3. Autonomy

Tahap pertama dilakukan uji statistik, apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur positive relation with others. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 10.66, df = 5, P-value = 0.05866, RMSEA = 0.075. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 1 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 2.28, df = 4, P- 54 value = 0.68454, RMSEA = 0.000. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu autonomy. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 Tabel 3.10 Muatan Faktor item Autonomy No. Item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.34 0.10 3.35 V 2 0.45 0.12 3.86 V 3 0.14 0.09 1.52 X 4 0.75 0.17 4.47 V 5 0.09 0.9 0.92 X Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan Dari tabel 3.10 terdapat 2 item yang tidak signifikan karena memiliki nilai koefisien t 1.96 yaitu item 3 dan 5. Sedangkan item lainnya signifikan t 1.96 dan valid. Dengan demikian, bobot nilai pada item 3 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

4. Environmental Mastery

Tahap pertama dilakukan uji statistik, apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur environmental mastery. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan denagan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan 55 chi-square = 51.87, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.217. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 1 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 6.08, df = 4, P-value = 0.19307, RMSEA = 0.051. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu environtental mastery. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11. Tabel 3.11 Muatan Faktor item Environmental Mastery No. Item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.51 0.11 4.48 V 2 0.31 0.09 3.41 V 3 0.84 0.16 5.19 V 4 0.09 0.08 1.14 X 5 0.09 0.08 1.80 X Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan Dari tabel 3.11 terdapat 2 item yang tidak signifikan karena memiliki nilai koefisien t 1.96 yaitu item 4 dan 5. Sedangkan item lainnya signifikan t 1.96 dan valid. Dengan demikian, bobot nilai pada item 4 dan 5 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. 56

5. Purpose in Life

Tahap pertama dilakukan uji statistik, apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur purpose in life. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi- square = 159.58, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.394. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 4 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 0.23, df = 1, P-value = 0.63007, RMSEA = 0.000. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu purpose in life. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12. Tabel 3.12 Muatan Faktor item Purpose in Life No. Item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.84 0.07 11.30 V 2 0.78 0.07 10.73 V 3 1.06 0.11 9.29 V 4 0.59 0.07 8.00 V 5 0.55 0.07 7.64 V Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan 57 Dari tabel 3.12, berdasarkan pada muatan faktor lambda dan t-value, setiap item dikatakan signifikan. Hal tersebut dikarenakan koefisien muatan faktor tiap item loyalitas nasabah yang positif dan nilai koefisien t 1,96.

6. Personal growth

Tahap pertama uji dilakukan statistik, apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur personal growth. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 122.67, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.344. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 3 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 2.70, df = 2, P-value = 0.258.91, RMSEA = 0.042. Nilai chi-square menghasilkan P-value 0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu personal growth. Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat t-values bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13. Tabel 3.13 Muatan Faktor item Personal Growth No. Item Lamda Error T-Value Signifikan 1 0.85 0.08 10.07 V 2 0.73 0.08 9.66 V 3 0.39 0.07 5.34 V 58 4 0.45 0.07 6.13 V 5 0.76 0.09 8.67 V Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan Dari tabel 3.13, berdasarkan pada muatan faktor lambda dan t-value, setiap item dikatakan signifikan. Hal tersebut dikarenakan koefisien muatan faktor tiap item loyalitas nasabah yang positif dan nilai koefisien t 1,96.

3.5. Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan pengujian terhadap validitas konstruk alat ukur. Untuk menguji validitas konstruk digunakan Confirmatory Factor Analysis atau CFA, untuk melihat validitas konstruk tiap item serta menguji struktur faktor yang diturunkan secara teoritis. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan teori adalah bahwa seluruh item bersifat mengukur satu hal yang sama unidimensional yaitu konstruk besar yang dimaksud untuk diukur. Analisis faktor adalah alat analisis statistik yang digunakan untuk mengurangi faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set indikator saja tanpa mengurangi informasi yang berarti. Jika ada item yang tidak valid akan dibuang dan yang valid akan dihitung dan digunakan dalam penelitian. Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel motivasi kerja dan psychological well- being terhadap komitmen organisasi, penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Berdasarkan hipotesis yang akan diukur, peneliti menggunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik regresi berganda atau Multiple Regression adalah teknik 59 statistik yang membentuk model hubungan antara variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas. Adapun persamaan umum analisis regresi berganda ini yatu: Keterangan : Y: Dependent Variable DV yang dalam hal ini adalah komitmen organisasi a : Konstanta intersep b : Koefisien regresi X 1 : Need for Power X 2 : Need for Achievement X 3 : Need for Affiliation X 4 : Self-Accepted X 5 : Relation with Others X 6 : Autonomy X 7 : Environmental Mastery X 8 : Purpose in Life X 9 : Personal Growth e : Residu Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi berganda antara komitmen organisasi dengan aspek motivasi kerja dan psychological well-being . Besarnya kemungkinan komitmen organisasi yang disebabkan faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R 2 . R 2 merupakan proporsi varian dari komitmen organisasi yang dijelaskan oleh motivasi kerja dan psychological well-being. Untuk mendapatkan nilai R 2 , digunakan rumusan sebagai berikut : Dari analisis Multiple Regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, di antaranya: R 2 = SS REG ∑Y 2 Y’ = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 + b 8 X 8 + b 9 X 9 +e Y’ = a + b 60 1. R 2 , yang menunjukkan proporsi varians persentase varian dari variabel komitmen organisasi yang bisa diterangkan oleh motivasi kerja dan psychological well-being. 2. Uji hipotesis mengenai signifikansi masing-masing koefisien regresi. Koefisien regresi yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari motivasi kerja dan psychological well-being. 3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang komitmen organisasi jika motivasi kerja dan psychological well-being diketahui. Kemudian untuk membuktikan apakah regresi komitmen organisasi pada motivasi kerja dan psychological well-being signifikan, maka digunakan uji F. Dari hasil uji F yang dilakukan, dapat dilihat apakah motivasi kerja dan psychological well-being memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasi dengan rumus sebagai berikut : Keterangan: k = jumlah IV N = jumlah sampel Selanjutnya, hipotesis minor dianalisa melalui penjelasan tentang apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada motivasi kerja dan psychological well- being terhadap komitmen organisasi. Caranya yaitu dengan dilakukan uji koefisien regresi dari tiap IV dan DV yang dianalisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan motivasi kerja dan psychological F = R 2 k 1-R 2 N-k-1 61 well-being signifikan terhadap komitmen organisasi secara dimensional atau parsial. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah sebuah IV memberikan kontribusi terhadap DV. Sebelum didapatkan nilai t dari tiap IV, harus didapat dulu nilai standard error estimate dari b koefisien regresi yang didapatkan melalui akar M sres dibagi dengan SS x . Setelah didapatkan S b barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b koefisien regresi dengan S b itu sendiri. Uji t akan dilakukan sebanyak sebelas kali sesuai dengan variabel yang dianalisis. Uji t yang dilakukan menggunakan rumusan sebagai berikut : Di mana b adalah koefisien regresi dan S b adalah standard error dari b. Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan nantinya. T = b S b BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis deskriptif, kategorisasi skor variabel, hasil pengujian hipotesis, pembahasan hasil pengujian hipotesis dan proporsi varian. 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian