29
2.3.3. Pengukuran Psychological Well-Being
Pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Ryff, yaitu Psychological Well-Being Scales PWBS. Skala pengukuran
disesuaikan dengan teori milik Ryff mengenai psychological well-being dengan membaginya kedalam 6 dimensi, yaitu self-accpetance, positive relation with
others, autonomy, environmental mastery, purpose in life, dan personal growth
Ryff, 1989. Skala pengukuran milik Ryff ini sendiri dibuat dengan format skala likert dengan 6 kemungkinan jawaban yang disediakan, mulai dari sangat tidak
setuju hingga sangat setuju.
2.4. Kerangka Berpikir Penelitian
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, setiap organisasi harus memiliki skenario yang kuat untuk mempertahankan eksistensinya di dunia industri. Singh dan
Gupta 2008 menerangkan bahwa dibutuhkan kedisiplinan sistem dan budaya organisasi yang kuat untuk mempertahankan keberadaan organisasi ditengah
persaingan dunia industri pada zaman modern sekarang ini. Maka dari itu peran karyawan sangat penting untuk mempertahankan dan bersaing pada era
globalisasi saat ini Singh Gupta, 2008. Untuk bertahan dari ketatnya persaingan industri, setiap perusahaan
maupun organisasi harus memiliki cara agar mereka dapat bertahan dari persaingan yang setiap harinya semakin ketat. Singh dan Gupta 2008
menyebutkan agar sebuah organisasi dapat bertahan dari persaingan yang semakin ketat ialah dengan mengembangkan ikatan antara organisasi dan karyawan.
Maksudnya adalah dengan mempererat hubungan antara pegawai dan juga
30
organisasi sehingga muncul rasa komitmen terhadap organisasi yang timbul di dalam hati pegawai. Simo 2010 menambahkan jika komitmen organisasi sudah
tumbuh pada setiap pegawai maka akan timbul efisiensi dan produktivitas, dengan ke 2 hal itu perusahaan dapat bertahan dan bersaing di tengah padatnya
persaingan industri. Komitmen organisasi pada individu dibangun oleh tiga faktor besar, yang
pertama adalah mekanisme organisasi, kemudian karakteristik individu, dan yang terakhir adalah faktor sosial Levy, 2009. Penelitian ini memiliki fokus pada
karakteristik individu sebagai variabel yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi pada individu. Motivasi kerja dan psychological well-being merupakan
variabel dari karakteristik individu yang disebutkan oleh Levy. Faktor pertama yang akan dibahas oleh peneliti ialah motivasi kerja, pada
faktor ini peneliti mengacu pada statement Meyer et al., 2004 yang menurut mereka komitmen merupakan salah satu dari komponen dari motivasi dan akan
lebih baik jika kedua teori itu saling dikaitkan. Terkait temuan Ryan dan Deci dalam Meyer et al., 2004 memaparkan bahwa motivasi berkontribusi terhadap
perilaku kerja, komitmen organisasi merupakan salah satunya. Menurut Ryan dan Deci dengan adanya motivasi arah perilaku kerja menjadi jelas, pegawai jadi
memiliki alasan dan juga tujuan yang jelas, menurut kedua peneliti di atas hal tersebut sudah menjadi bentuk komitmen.
Motivasi terbagi atas 3 dimensi yakni need for power, need for achievement,
dan need for affiliation. Need for power ialah kebutuhan yang didasari keinginan untuk memerintah dan memiliki kekuasaan McClelland, 1961
31
dalam Moore, 2010, merupakan kebutuhan yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin. Ketika seseorang sudah menjadi pemimpin atau menjadi yang
paling dominan di organisasi maka tentu individu tersebut akan memiliki tanggung jawab. Karena tanggung jawab ini lah maka individu akan terikat
dengan organisasi dan akan memberikan kontribusi bagi organisasi. Dimensi kedua dari teori motivasi yang digunakan peneliti merupakan
need for achievement. Kebutuhan akan penghargaan ini didasari karena individu
ingin menjadi sukses dan berhasil pada kompetisi McClelland et al., 1958 dalam Moore et al., 2010. Kebutuhan untuk menjadi yang terbaik, menjadi bagian
terpenting dari komitmen organisasi karena individu yang memiliki rasa kompetitif yang tinggi maka individu akan berusaha sekuat mungkin untuk
mencapai prestasi tertinggi dan menjadi yang terdepan. Ketika prestasi itu sudah berhasil di raih tak pelak akan berimplikasi kepada organisasi, prestasi itulah yang
menjadi komitmen individu bagi organisasi. Need for affiliation
menjadi dimensi pelengkap daripada dimensi motivasi kerja. Menurut McClelland dalam Moore et al., 2010 need for affiliation ini
berarti memebangun afiliasi atau kerja sama dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Ini berarti ketika seseorang sudah dapat membangun
hubungan dengan banyak orang maka kemungkinan individu itu menjadi nyaman sangat tinggi. Hal ini dikarenakan kebanyakan manusia membutuhkan teman
untuk bicara dan di dunia ini manusia harus dapat bersosialisasi dengan baik jika ingin bertahan dari kerasnya persaingan organisasi. Individu akan menjadi sangat
loyal dan berkomitmen tinggi karena kenyamanan yang didapatinya, oleh sebab
32
itulah kebutuhan afiliasi ini melengkapi 3 dimensi yang dipaparkan oleh McClelland.
Faktor ke dua yang memengaruhi komitmen organisasi adalah psychological well-being,
kerangka berpikir ini diperkuat dengan adanya beberapa artikel yang telah meneliti mengenai pengaruh psychological well-being terhadap
komitmen organisasi. Rathi 2011 menemukan hubungan yang positif antara psychological well-being dengan affective commitment, continuance commitment,
dan normative commitment . Psychological well-being terdiri dari 6 dimensi yang
akan diteliti lebih lanjut oleh peneliti. Dimensi pertama self-acceptance atau penerimaan diri, sebab ketika
individu telah berhasil menerima diri apa adanya maka akan mudah baginya untuk terbuka. Dijelaskan oleh Ryff 1989 konsep penerimaan diri ini adalah fungsi
utama dari kesehatan mental. Individu ketika sudah berhasil menerima dirinya dengan baik maka sikap yang akan ditunjukan pun akan positif, ketika individu
sudah memiliki perasaan yang positif individu akan memiliki berproduktifitas dengan tinggi hal ini lah yang membuat individu dapat berkomitmen dengan
organisasi yang menaunginya. Positif relation with others
menjadi dimensi ke 2 pada teori Ryff 1989 yang akan dijelaskan peneliti di dalam sub bab kerangka penelitian kali ini.
Hampir sama dengan kebutuhan untuk berafiliasi pada teori McClelland yang sudah dijelaskan di atas. dimensi ini menjelaskan bahwa individu harus memiliki
hubungan positif dengan lingkungan sekitar agar perasaaannya menjadi nyaman
33
dan sejahtera. Hubungan positif ini yang membangun komitmen pada di individu sehingga individu dapat loyal dengan organisasi.
Dimensi ke 3 yang tidak kalah penting ialah autonomy atau kemandirian. Mengacu kepada teori Ryff 1989 aspek ini dipusatkan kepada locus of control,
yang artinya seorang pegawai dapat menahan tekanan sosial dan bertindak dengan pandangan penilaian personal. Pegawai yang memiliki autonomi yang bagus tidak
akan goyah oleh godaan perusahaan lain yang mengajaknya bergabung, individu tersebut akan teguh pada organisasi yang sekarang.
Environmental mastery merupakan dimensi ke 4 berdasarkan teori Ryff
1989 yang memengaruhi komitmen organisasi. Seseorang yang mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi dirinya tentu akan mudah untuk
memberikan kontribusi kepada organisasi. Menurut Ryff individu yang dapat menguasai keadaan seperti ini tidak akan pernah melewatkan kesempatan sekecil
apa pun. Individu yang memiliki kemampuan seperti ini tentulah akan mudah baginya untuk melibatkan diri dengan segala kegiatan organisasi dan itulah cara
individu itu berkomitmen dengan organisasinya. Purpose in life
tak kalah penting dari ke 4 dimensi di atas, aspek ini penting karena setiap orang harus memiliki tujuan hidup. Seseorang yang
memiliki tujuan hidup tentunya akan memiliki arah dan juga pandangan yang cukup luas. Individu seperti ini tidak mudah untuk bimbang karena dia pasti
memiliki tujuan yang ingin dicapai dan jika tujuan hidup ini di dukug oleh organisasi makan komitmen organisasi orang ini pun akan meningkat karena baik
individu dan organisasi memiliki tujuan yang sama.
34
Dimensi terakhir dari psychological well-being yang dikembangkan oleh Ryff 1989 ialah personal growth. Organisasi yang memberikan kesempatan bagi
pegawai yang ingin berkembang pastilah akan sangat di hargai. Pegawai yang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya pun akan membalas
dengan cara berkomitmen penuh terhadap organisasi. Komitmen akan terus berlanjut jika pengembangan itu konsisten dilakukan.
Motivasi Kerja
Psychological well-being
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir 2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Mayor
Ada pengaruh yang signifikan Motivasi Kerja dan Psychological Well-Being terhadap komitmen organisasi pada karyawan di organisasi?
Need for Power Need for Achievement
Need for Affiliation
Purpose in Life Self-Accepted
Relationship with Other Autonomy
Environmental Mastery
Personal Growth
Komitmen Organisasi
35
Hipotesis Minor
H
1
: Ada pengaruh yang signifikan need for power terhadap komitmen organisasi.
H
2
: Ada pengaruh yang signifikan need for achievement terhadap komitmen organisasi.
H
3
: Ada pengaruh yang signifikan need for affiliation terhadap komitmen organisasi.
H
4
: Ada pengaruh yang signifikan self-acceptance terhadap komitmen organisasi.
H
5
: Ada pengaruh yang signifikan relationship with others terhadap komitmen organisasi.
H
6
: Ada pengaruh yang signifikan autonomy terhadap komitmen organisasi. H
7
: Ada pengaruh yang signifikan environmental mastery terhadap komitmen organisasi.
H
8
: Ada pengaruh yang signifikan purpose in life terhadap komitmen organisasi.
H
9
: Ada pengaruh yang signifikan personal growth terhadap komitmen organisasi.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab 3 ini memaparkan tentang populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian serta definisi operasional. Selanjutnya, dibahas
mengenai teknik dan instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan pengujian alat ukur yang digunakan untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan atau hipotesis penelitian.
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Adapun yang dijadikan populasi oleh peneliti adalah karyawan pabrik PT Kiriu Indonesia yang berlokasi di daerah Cikarang Barat. Jumlah populasi dalam PT
Kiriu berdasarkan data yang dimiliki HRD sebanyak 250 pegawai. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling yang berarti peluang
anggota anggota populasi untuk dijadikan sampel tidak diketahui. Teknik nonprobability sampling
yang peneliti gunakan adalah convenience sampling. Dengan menggunakan teknik convenience sampling, partisipan dipilih
berdasarkan kesediaan pegawai untuk merespon. Peneliti membagikan angket
sebanyak 200 lembar kepada pegawai perusahaan tersebut.
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut: