2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Menurut Westra 2000:105 faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja dapat diurakan sebagai berikut:
a. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara pimpinan dan
bawahan sehingga dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. b. Kepuasan para karyawan pada tugas dan pekerjaannya
Adanya rasa percaya diri pada karyawan untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya secara maksimal mungkin demi tercapainya tujuan organisasi.
c. Terdapatnya sesuatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota- anggota lain dalam organisasi.
Tercapainya suatu kondisi yang dapat memberikan semangat kerja dan mendukung terselesainya tugas dan pekerjaannya dengan rasa senang dengan rasa
senang kondisi semacam ini akan tercipta jika hubungan kerja terjalin semestinya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab serta hal dan kewajibannya masing-
masing. d. Adanya tingkat kepuasan ekonomi sebagai imbalan uuntuk jerih payahnya.
Adanya upah yang sesuai dengan pekerjaan yang diberikan sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan nyaman yang mampu memenuhi kebutuhannya
secara layak. e. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang merupakan tujuan
bersama
Adanya tujuan yang jelas yang ingin dicapai yang pada akhirnya akan berguna untuk kepentingan bersama.
f. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan dari organisasi Adanya perlindungan kerja dan jaminan keselamatan pada setiap kecelakaan yang
terjadi pada karyawan saat dia menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga karyawan merasa aman dan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
g. Adanya lingkungan fisik suatu kantor Adanya suatu fisik dimana karyawan melaksanakan tugas dan kewajiban serta
mempengaruhi dirinya dalam memberikan tugas yang diberikan kepadanya. Menurut Nitisemito 2001:161 ada 7 tujuh indikasi penurunan semangat
kerja,yaitu: a.
Turunrendahnya prduktivitas kerja Produktivitas kerja yang menurun ini dapat terjadi karena kemalasan, penundaan
pekerjaan, dan sebagainya. Tapi, apabila produktivitas kerja tidak turun, belum tentu semangat dan kegairahan kerja tinggi, karena bisa jadi yang tejadi pada
kenyataannya adalah produktivitas kerja memang rendah. Untuk mengetahui rendahnya produktivitas kerja, maka perusahaan harus membuat standar kerja.
b. Tingkat absensi yang naiktinggi
Pada umumnya bila semangat dan kegairahan turun,maka karyawan akan malas untuk datang bekerja setiap hari. Untuk melihat apakah naiknya tingkat absensi
tersebut merupakan indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja, maka tidak
boleh melihat naiknya tingkat absensi ini secara perseorangan melainkan secara rata-rata.
c. Labour Turnover tingkat perpindahan karyawan yang tinggi
Bila dalam perusahaan terjadi peningkatan tingkat keluar masuk karyawan terutama disebabkan karena ketidaksenangan mereka bekerja pada perusahaan
tersebut, maka sebetulnya hal ini merupakan kondisi turunnya semangat kerja karyawan.
d. Tingkat kerusakan yang naiktinggi
Indikasi lain yang menunjukkan turunnya semangat adalah bilamana ternyata tingkat kerusakan baik terhadap bahan baku, barang jadi maupun peralatan yang
digunakan meningkat. e.
Kegelisahan Kegelisahan dimana-mana akan terjadi bilamana semangat dan kegairahan kerja
menurun. Kegelisahan-kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidaksenangan kerja, keluh kesah serta hal-hal yang lain. Kegelisahan pada
tingkat tertentu yang dibiarkan begitu saja dapat merugikan perusahaan dengan segala akibatnya yang tidak diinginkan.
f. Tuntutan yang sering kali terjadi
Sering terjadi tuntutan juga sebetulnya merupakan indikasi menurunnya semangat dan kegairahan kerja. Tuntutan sebetulnya merupakan perwujudan dari
ketidakpuasan, dimana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
g. Pemogokan
Tingkat indikasi yang paling kuat mengenai turunnya semangat dan kegairahan kerja adalah bilamana terjadi pemogokan. Hal ini disebabkan karena pemogokan
adalah merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, kegelisahan, dan lain sebagainya. Pemogokan dapat menimbulkan kelumpuhan bagi perusahaan dengan
segala akibatnya. Meskipun pemogokan yang terjadi itu akhirnya dapat diatasi tetapi ketegangan yang mempengaruhi terhadap hubungan antara atasan dan
bawahan dapat berlangsung cukup lama.
2.4 Penelitian Terdahulu