LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual, dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber lainnya diantaranya jaringan internet Adri, 2008. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan kita saat ini, mulai dari pemerintahan, ekonomi, administrasi, pendidikan, dan lain-lain. Di bidang pendidikan, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi membuat pendidikan menjadi lebih fleksibel, baik dalam sistem yang hendak dikembangkan, materi yang dapat diakses, maupun proses pembelajaran yang akan diterapkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian mengenai teknologi informasi dan komunikasi yang diketahui memberikan dampak positif untuk keperluan pendidikan. Salah satu penelitian tersebut adalah penelitian di Amerika Serikat tentang efektivitas pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan. Penelitian ini menunjukan bahwa pemanfaatan teknologi informasi lebih menguntungkan dibandingkan teknologi instruksional konvensional. Keuntungan tersebut 30 menghemat waktu, 30-40 menghemat biaya dan lebih meningkatkan prestasi siswa Pavlik, 1996. Universitas Sumatera Utara Salah satu bentuk pemaafaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan adalah internet. Menurut Kamarga 2002, internet merupakan jaringan yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal yang terhubung melalui saluran satelit, telepon, kabel dan jangkauannya mencakup seluruh dunia. Hal ini menjadikan jaringan internet memenuhi kapasitas untuk dijadikan sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran dalam dunia pendidikan Adri,2008. Berbagai penelitian membuktikan bahwa internet memiliki dampak positif di bidang pendidikan yakni sebagai sumber dan media pembelajaran. Salah satunya studi yang dilaksanakan oleh Center for Applied Special Technology CAST tahun 1996. Studi ini dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas lima dan enam sekolah dasar. Jumlah siswa ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang kegiatan belajarnya dilengkapi dengan akses internet dan kelompok kontrol. Setelah dua bulan diperoleh hasil yaitu kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi berdasarkan hasil tes akhir Pavlik, 1996. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh National Assessment Of Educational Progress pada tahun 2000, menunjukkan bahwa murid grade empat, delapan dan dua belas yang memiliki internet dirumah memperoleh nilai sains yang lebih tinggi dibandingkan murid yang tidak menggunakan internet di rumah Santrock, 2007. Dari penelitian diatas memperjelas bahwa internet memberikan dampak yang cukup berarti dalam bidang pendidikan yaitu internet sebagai suatu sumber dan media pembelajaran. Hal ini didukung oleh Kusnandar dalam Siahaan dan Universitas Sumatera Utara Martiningsih, 2008, dimana internet mempunyai potensi yang besar dalam pembelajaran, baik sebagai sumber belajar, pendukung pengelolaan proses belajar mengajar maupun sebagai media. Sebagai media, menurut Oetomo dkk 2004 media adalah sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan kepada peserta didik itu sendiri. Sedangkan media pembelajaran menurut Departemen Pendidikan Nasional Diknas 2008 adalah suatu alat yang dapat membantu siswa supaya terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa akan dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik. Menurut Diknas 2008, pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “Through independent study, students become doers, as well as thinkers”. Hal tersebut sejalan dengan paradigma konsep belajar yang akhir-akhir ini berkembang. Paradigma konsep belajar tersebut adalah paradigma konstruktivisme. Menurut paradigma konstruktivisme, pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan Suparno, 1997. Pembentukan itu sendiri harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal- hal yang sedang dipelajari Budiningsih, 2005. Penjelasan diatas didukung oleh tokoh lain dalam pendekatan kontruktivisme yaitu William James dan Dewey yang mana menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman Universitas Sumatera Utara Santrock, 2007. Menurut Brooks dalam Santrock, 2007, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis. Berdasarkan paradigma konstruktivisme tersebut, maka prinsip media pembelajaran menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan proses belajar yang optimal Santyasa, 2007. Dalam hal ini media mendukung pembelajaran kontruktivisme. Selain itu fasilitas-fasilitas yang ada di internet juga dapat mendukung pembelajaran konstruktivisme. Adapun fasilitas-fasilitas yang dimiliki internet seperti: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, News groups, Mailing List Milis, File Transfer Protocol FTP, dan World Wide Web WWW Purbo, 2002. Fasilitas-fasilitas tersebut mendukung pembelajaran dari pendekatan konstruktivisme. Contoh penggunaan internet pada pembelajaran kontruktivisme yaitu Fostering Community of Learner sebagai salah satu program pendidikan dengan pendekatan konstruktivisme yang menekankan beberapa strategi, salah satunya melakukan konsultasi secara online. Strategi ini menggunakan surat elektronik untuk membangun komunitas dan keahlian. Melalui e-mail, pakar memberikan pelajaran dan nasihat, dan juga komentar tentang apa makna dari belajar serta memahaminya. Pakar online ini berfungsi sebagai model peran berpikir. Mereka bertanya, meneliti, dan membuat kesimpulan berdasarkan pengetahuan yang tidak lengkap Santrock, 2007. Penjelasan diatas memperkuat bahwa internet dapat digunakan pada saat proses belajar mengajar sebagai media pembelajaran berdasarkan pendekatan Universitas Sumatera Utara konstruktivisme. Selain bentuk penggunaan internet untuk belajar yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat bentuk-bentuk lain penggunaan internet sebagai media pembelajaran. Haughey dalam Prawiradilaga dkk, 2004 mengemukakan sistem pembelajaran melalui internet dapat diterapkan melalui 3 hal yaitu web course, web centric course dan web enhanced course. Web Course, ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Web Centric Course adalah proses belajar dengan menggunakan internet dimana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Sedangkan web enhanced course, adalah pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas. Peranan internet dalam web enhanced course adalah untuk menyediakan content sumber belajar yang sangat kaya dan juga memberikan fasilitas hubungan link ke berbagai sumber belajar. Juga tak kalah pentingnya ialah pemberian fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok kolaborasi Prawiradilaga Siregar, 2004. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan paparan diatas, kita dapat melihat bahwa internet memiliki peranan yang sangat penting proses pembelajaran Supardi, 2008. Hal inilah yang membuat beberapa SMA di kota Medan dimana beberapa sekolah melaksanakan proses belajar mengajar yang menggunakan bantuan internet. Adapun sekolah- sekolah tersebut adalah SMA Plus dan Akselerasi Al-Azhar, SMA Harapan, SMAN 3 Medan dan kelas internasional SMA St. Thomas 1 Medan. Sekolah- sekolah tersebut telah memiliki jaringan Wrei-Fi yang merupakan penghubung jaringan internet. Sehingga dalam proses belajar, internet digunakan untuk mengakses informasi mengenai pelajaran dan sebagai alat bantu guru untuk membuat siswa lebih mudah memahami pelajaran yang sedang diajarkan guru. Pada kelas internasional SMA St. Thomas 1 Medan, siswa diperbolehkan untuk membawa laptop dan manggunakan laptop yang sudah terhubung dengan internet pada saat belajar mengajar. Siswa bebas menggunakan internet kapan saja baik dalam proses belajar mengajar maupun dilur jam pelajaran sekolah. Selain itu dalam kegiatan belajar mengajar, guru menjelaskan dengan dilengkapi penjelasan atau gambar yang diunduh melalui internet. Siswa juga sering ditugaskan untuk mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan pelajaran melalui internet. Siswa juga mencari pelajaran yang tidak dimengerti melalui internet. Hal ini didukung oleh wawancara yang dilakukan peneliti kepada A siswa internasional SMA St Thomas 1 Medan. Peneliti bertanya apa kegunaan internet di kelas tersebut. Berikut kutipan wawancaranya:. ”Ketika menerangkan guru buka internet untuk mencari pelajaran yang lagi diterangkan. Terus terkadang tugas dikirim melalui email. Kami juga sering disuruh cari dari internet kalo ada tugas di kelas” Komunikasi Personal, Januari 2010 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan wawancara diatas menunjukkan bahwa internet telah digunakan sebagai media pembelajaran, terutama dalam bentuk web enhanced course telah diterapkan dalam sistem pembelajaran pada siswa di SMA St. Thomas 1 Medan. Dimana internet digunakan untuk mengakses sumber-sumber informasi yang berhubungan dengan pelajaran ketika proses belajar di dalam kelas. Kemudian internet juga digunakan sebagai sarana komunikasi antara siswa dan guru seperti mengirim tugas melalui email. Disamping itu wawancaa tersebut juga menunjukkan penggunaan internet sebagai media pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam memahami pelajaran yang diterangkan oleh guru. Hal ini didukung oleh studi eksperimen mengenai penggunaan internet untuk mendukung kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris yang dilakukan oleh Anne L. Rantie dan kawan-kawan di SMA 1 BPK Penabur Jakarta pada tahun 1999, menunjukkan bahwa murid yang terlibat dalam menggunakan internet ketika belajar mengajar Bahasa Inggris memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara signifikan dalam menulis dan membuat karangan dalam bahasa Inggris Hardjito, 2005. Beberapa penilitian tentang internet sebagai media belajar menunjukkan adanya peningkatkan kemampuan siswa, sekolah masih ketinggalan dalam memanfaatkan teknologi dibandingkan lembaga lain, seperti bisnis. Sebuah survey yang dilakukan oleh Office of Technology Assessment dimana hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas guru tidak akrab dengan komputer dan komputer masih digunakan untuk kegiatan yang biasa bukan untuk pembelajaran yang konstruktif dan aktif Santrock, 2007. Universitas Sumatera Utara Begitu juga dengan fenomena yang terjadi pada beberapa siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan dimana mereka memanfaatkan jaringan internet yang ada di sekolah bukan untuk mencari bahan pelajaran melainkan untuk mengakses jejaring sosial yang ada di internet serta untuk bermain game. Hal ini terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada B, siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan berhubungan dengan penggunaan: ”Kalo lagi bosan atau ngantuk waktu guru nerangkan pelajaran, saya biasa buka facebook kak, atau chatting dengan teman.” Komunikasi Personal, Januari 2010 Berdasarkan wawancara diatas terlihat sebagian siswa mengatakan internet digunakan untuk membantu proses belajar mengajar di kelas sedangkan sebagian siswa yang lain mengatakan internet dikelas digunakan bukan untuk mencari pelajaran akan tetapi sebagai pengisi wakti diwaktu bosan. Hal tersebut membuktikan penggunaan internet didukung dengan menggunakan internet ketika belajar Atau siswa tidak mendukung dengan tidak menggunakan internet tersebut untuk belajar. Siswa mempunyai sikap positif dan negatif terhadap penggunaan internet. Menurut Osgood dalam Azwar 2005, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut. Sikap merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif serta nilai value dan opini opinion atau pendapat yang sangat erat berkaitan dengan sikap Azwar, 2000. Hal ini didukung oleh Muhadjir dalam Sappaile, 2005 mengatakan sikap Universitas Sumatera Utara merupakan kecenderungan afektif suka atau tidak suka pada suatu objek sosial. Harvey dan Smith dalam Sappaile, 2005 menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi. Sikap terdiri dari 3 komponen, yaitu: komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan streotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu; komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi serta komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu Mann dalam Azwar, 2000. Oleh karena itu, sikap yang ditimbulkan terhadap internet sebagai media pembelajaran pun masih beragam, baik itu positif maupun negatif. Berdasarkan seluruh uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran sikap siswa internasional SMA St. Thomas 1 Medan terhadap internet sebagai media pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH