ditentukan dengan cara titrasi atau dengan bantuan spektrofotometer. Nilai COD teoritis dari senyawa tertentu dapat dihitung dari pertimbangan stoikiometri. Jika
nilai teoritis ini sesuai dengan nilai eksperimental, disimpulkan bahwa oksidasi bahan organik selesai. Teoritis COD dari senyawa dengan rumus C struktural
dapat ditentukan dari dua persamaan redoks yang menggambarkan reaksi oksidasi keseluruhan.
a. Reaksi Oksidasi
C
x
H
y
O
z
+ 2x-z.H
2
O → x.CO
2
+ 4x + y – 2z.H
+
+ 4x + y -2z.e
-
atau 14x + y
– 2z. C
x
H
y
O
z
+ 2x-z 4x + y – 2z. H
2
O → x4x + y – 2z.CO
2
+ H
+
+ e
-
1.1a
b. Reaksi Reduksi
e
-
+ H
+
+ ¼. O
2
→ ½ H
2
O 1.1b
Setelah persamaan 1.1a dan 1.1b digabung maka menjadi: C
x
H
y
O
z
+ ¼·4x+y-2z·O
2
→ x·CO
2
+ y2·H
2
O 1.1
Dari persamaan 1.1 dapat diketahui bahwa teori COD atau kebutuhan oksigen teoritis 1 mol senyawa C
x
H
y
O
z
berjumlah ¼ · 4x + y-2z mol O
2
. Mengetahui bahwa massa molar C
x
H
y
O
z
dapat dinyatakan sebagai 12x+y+16z g.mol-12 dan massa molar oksigen adalah 32 gram, dapat disimpulkan bahwa
COD dari 12x + y + 16z gram senyawa CxHyOz sama dengan ¼ · 4x + y -2z · 32 = 8 · 4x + y-2z gram O
2
. Oleh karena itu COD teoritis per satuan massa C
x
H
y
O
z
adalah: COD
t
= 8. 4x+y-2z 12x+y+16z g COD. g
-1
C
x
H
y
O
z
1.2 Ketika prosedur untuk uji COD sudah dipenuhi, hampir semua senyawa
hasil eksperimen tidak akan berbeda beberapa persen dari nilai teoritis. Hal ini mengarah pada kesimpulan bahwa:
1. Selama menguji COD bahan organik benar-benar teroksidasi, dan
2. Ketepatan dan kemampuan pengujian akurat.
Persamaan 1.2 dapat digunakan untuk menghitung COD teoritis per satuan massa untuk rumus struktur yang berbeda C
x
H
y
O
z
. Tabel dibawah ini menunjukkan nilai COD untuk beberapa senyawa wastewaterhandbook.com.
Tabel 3.7 Nilai COD Teoritis per Unit Massa
Sumber: www.wastewaterhandbook.com
Perhitungan COD glukosa:
Nilai COD secara teoritis untuk 1 kg glukosa C
6
H
12
O
6
adalah Dari persamaan 1.2 dan diketahui bahwa x=6, y=12, dan z=6, maka
COD
t
= 8. 4.6+12-2.6 12.6+12+16.6 = 192180
= 1,067 mg COD mg C
6
H
12
O
6
= 1,067 kg COD kg C
6
H
12
O
6
Perhitungan COD asam asetat:
Nilai COD secara teoritis untuk 1 kg asam asetat CH
3
COOH adalah Dari persamaan 1.2 dan diketahui bahwa x=2, y=4, dan z=2, maka
COD
t
= 8. 4.2+4-2.2 12.2+4+16.2 = 6460
= 1,067 mg COD mg CH
3
COOH = 1,067 kg COD kg CH
3
COOH
Konversi COD ke metan
Satu mol metan membutuhkan 2 mol oksigen untuk mengoksidasinya menjadi karbondioksida dan air. Maka, satu gram metan yang diproduksi sama
dengan penyisihan 4 gram COD. Reaksiya adalah Rabaey et al, 2005: CH
4
+ 2O
2
→ CO
2
+ 2H
2
O 16
64 Atau 1 kg COD
= 250 gram CH
4
250 gram CH
4
=
250 16
mol gas = 15,62 mol
1 mol gas STP = 22,4 liter
15,62 mol x 22,4 = 349,8 liter
= 0,35 m
3
CH
4
Dalam 1,067 kg COD = 0,37 m
3
CH
4
3. Pembuatan jembatan garam
Jembatan garam dibuat dengan menggunakan agar pro analis 15 gram Nair, 2013 dan ditambahkan dengan NaCl dengan konsentrasi tertentu.
Pembuatan salt bridges dilakukan dengan menggunakan larutan NaCl 1M karena memiliki nilai produksi listrik yang tinggi dalam penelitian Kumar et al, 2012.
Berikut ini perhitungan dalam preparasi NaCl 1 Molar dalam 250 ml: Diketahui Mr Na :23 dan Mr Cl : 35,45 jadi Mr NaCl = 58,45
Molar =
� � � � �
�
1000 �
1 M =
� � � 58,45
�
1000 250
Massa NaCl adalah =
58,45 4
= 14,6125 � �
Jadi dalam Preparasi Jembatan Garam NaCl 1 Molar dibutuhkan massa NaCl sebanyak 14,6125 gram. Adapun langkah pembuatan jembatan garam dapat
dijelaskan di diagram alir di bawah ini:
Pengambilan air 250 mL
Menuangkan agar 15 g
Penambahan NaCl 14,6125 g
Pengadukan larutan kemudian
dipanaskan dalam magnetic stirrer
Proses pendinginan
Pewadahan dalam pipa jembatan
garam Mulai
Selesai
Gambar 3.6 Diagram Alir Proses Pembuatan Jembatan Garam
4. Persiapan elektroda karbon baterai
Elektroda dalam penelitian kali ini digunakan sebagai penangkap elektron hasil dari proses metabolisme bakteri yang ada di anode chamber. Pada penelitian
ini digunakan elektroda graphite rod dari karbon batu baterai. Menurut Artadi dkk 2007, batang karbon dari batu baterai ini digunakan karena sifat mekanisnya
seperti logam, ringan, mempunyai daya hantar listrik yang tinggi dan cocok untuk pertumbuhan mikroba. Kali ini digunakan elektroda sebagian menggunakan
karbon baterai baru dan baterai bekas dikarenakan kemudahan dalam mengakses bahan baku dan relatif murah. Dalam preparasinya, elektroda direndam kedalam
larutan HCl 1 M selama dua hari kemudian dibilas dengan menggunakan aquades. Setelah itu elektroda direndam kembali kedalam larutan NaOH 1 M selama dua
hari kemudian dilakukan pembilasan dengan menggunakan aquades. Elektroda direndam dalam larutan aquades hingga saat akan digunakan kedalam
kompartemen anoda dan katoda Septyana, 2014. Berikut ini diagram alir penjelasan langkah-langkah preparasi elektroda:
Mempersiapkan elektroda
Merendam elektroda dalam
larutan HCl 1 M 1 hari
Membilas elektroda dengan aquadest
Merendam elektroda dalam
larutan NaOH 1 M 1 hari
Merendam elektroda dalam
aquadest sampai akan dioperasikan
Membilas elektroda dengan aquadest
Mulai
Selesai
Gambar 3.7 Diagram Alir Proses Preparasi Elektroda
5. Persiapan media lekat GAC
Media lekat GAC digunakan untuk meningkatkan performa dalam menurunkan konsentrasi COD serta media perlekatan bakteri. Dalam preparasinya
digunakan HCl dan NaOH 1 M yang diketahui dapat meningkatkan power density dan luas mikropori GAC Wang et al., 2013. Mula-mula GAC direndam dalam
larutan HCl 1M selama dua hari, lalu dibilas dengan air. Selanjutnya GAC direndam dalam larutan NaOH 1 M selama dua hari, dan dibilas kembali
menggunakan air. Setelah dibilas, GAC dijemur dibawah sinar matahari, dan siap untuk digunakan. Untuk lebih jelasnya langkah dalam preparasi GAC dapat
dilihat pada diagram alir berikut:
Merendam GAC dalam HCl 1 M
selama 2 hari Membilas GAC
dengan air Merendam GAC
dalam NaOH 1 M selama 2 hari
Membilas GAC dengan air
Menjemur GAC sampai kering
GAC siap digunakan
Mulai
Selesai
Gambar 3.8 Diagram Alir Proses Preparasi GAC
6. Persiapan larutan elektolit KMnO
4
Dalam penelitian ini digunakan larutan elektrolit KMnO
4
dengan fungsi sebagai penerima donor proton dari cathode chamber. Dalam penelitian ini
larutan KMnO
4
digunakan dengan konsentrasi 0,15 M Ardhianto, 2014. Preparasi KMNO
4
0,15 M dalam 600 ml:
Diketahui MR KMNO
4
= 158 Molar =
� � � � �
�
1000 �
0,15 M =
� � � 158
�
1000 600
Massa KMNO
4
adalah = 14,22 gram
7. Persiapan larutan penyangga
buffer
Larutan penyangga, dapar atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu sesuai kebutuhan eksperimen agar tidak banyak
berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau
basa kuat. Untuk membuat larutan penyangga, mula-mula menyiapkan pH meter
yang sudah dikalibrasi untuk meningkatkan akurasi pengukurannya. Setelah itu, pH air limbah diukur. Lalu diteteskan larutan penyangga asam HCl 5 M untuk
menurunkan pH, ataupun basa NaOH 5 M untuk meningkatkan pH Jung, et al.,2011. Secara skematik langkah-langkah pembuatan larutan penyangga dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Menyiapkan pH meter yg sudah di
kalibrasi Mengukur pH
pada bak inlet limbah
Meneteskan NaOH HCl 5 M
pada air limbah Mengamati pH
meter hingga mencapai pH yang
diharapkan Mulai
Selesai
Gambar 3.9 Diagram Alir Proses Pembuatan Larutan Penyangga
8. Uji
Batch Adsorpsi
Tujuan dari percobaan batch adalah untuk mengetahui karakteristik adsorbat dan adsorben yang dinyatakan dalam hubungan antara penurunan
aadsorbat dan berat adsorben dalam suatu koefisien dari persamaan yang ada.
Prosedur penelitian proses batch dilakukan seperti berikut Panduan Praktikum Satuan Proses ITS, 2002:
1. GAC ditimbang dengan variasi berat yang telah ditentukan yaitu sebanyak 0, 100, 150, dan 250 gram kedalam 4 buah wadah dengan volume kerja
600 mL. Membuat air limbah artifisial dengan konsentrasi tertentu, lalu diuji COD.
2. 600 ml air limbah artifisial masing-masing dimasukkan kedalam wadah yang telah berisi GAC.
3. Dilakukan proses pengadukan dengan jartest selama 60 menit dengan kecepatan konstan yakni 90 rpm.
4. Sampel didiamkan selama 15 menit, kemudian diuji konsentrasi COD. 5. Menganalisis nilai COD pada seluruh sampel.
3.6.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian dan Pengambilan Data
Tahapan penelitian ini dimulai dari proses pengembang biakan bakteri, tahap aklimatisasi, pengoperasian reaktor GAC-DCMFCs dan pengambilan data.
1. Seeding dan aklimatisasi
Pada tahap seeding dilakukan pengembangbiakan dan perlekatan mikroorganisme bakteri anaerob karena bakteri anaerob berperan penting dalam
proses pengolahan biologis khususnya MFCs. Seeding dan aklimatisasi dilaksanakan secara bersamaan dengan sistem batch. Limbah yang digunakan
merupakan limbah artifisial glukosa dan asam asetat Putri, 2012 yang dicampur dengan lumpur yang diambil dari perusahaan sedot WC Doraja, 2012 dengan
rasio 13 limbah artifisial dan 23 limbah septik Septyana, 2013. Meskipun bakteri akan berkembangbiak secara alami, tetapi penambahan nutrien tetap
diperlukan untuk menjaga kebutuhan makanan pada bakteri. Nutrien yang diberikan dengan perbandingan C: N: P yaitu 100: 5: 1 Gray, 2004. Berikut
skema penelitian pada tahap seeding dan aklimatisasi:
3 hari Seeding dan Aklimatisasi
COD 800 mgL + nutrisi COD 400 mgL + nutrisi
COD 1200 mgL + nutrisi pH 7
pH 6 pH 8
Pengambilan data konsentrasi COD outlet, produksi listrik,
dan pH pH 7
pH 6 pH 8
Pengambilan data konsentrasi COD outlet, produksi listrik,
dan pH pH 7
pH 6 pH 8
Pengambilan data konsentrasi COD outlet, produksi listrik,
dan pH Penambahan konsentrasi 50
Penambahan konsentrasi 100 Penurunan COD stasioner
Mulai
Penambahan 23 limbah septik 13 limbah artifisial
3 hari
Selesai
Gambar 3.10 Skema Penelitian Tahap
Seeding dan Aklimatisasi
Mula-mula reaktor dan GAC disiapkan untuk selanjutnya ditambahkan air limbah campuran artifisial dan lumpur septic tank. Sebagai nutrisi untuk bakteri,
ditambahkan unsur C, N, P dengan rasio 100: 5: 1 Gray, 2004. Selama tahap ini berlangsung, dilakukan pengecekan pelekatan biofilm secara visual serta
pengambilan sampel COD pada hari ke 0, 1, 3, 4, 5, 7, 9, 10, dan 13 hingga mengalami penurunan sebesar lebih dari 50 Septyana, 2014. Pada hari ke-4
dan ke-9 dilakukan penambahan konsentrasi masing-masing 50 dan 100 Himawan, 2012. Tujuan dari penambahan konsentrasi COD tersebut ialah untuk
menghindari bakteri mengalami shock loading pada saat tahap running. Setelah penurunan COD telah mencapai stasioner, maka dapat dilanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu running.
2. Pengoperasian Reaktor
Running
Tahap running atau pengoperasian reaktor dimulai setelah tahap aklimatisasi menunjukkan COD removal secara stasioner. Berikut skema
penelitian pada tahap running:
Running COD 800 mgL + nutrisi
COD 1200 mgL + nutrisi COD 400 mgL + nutrisi
pH 7 pH 8
pH 6 pH 7
pH 8 pH 6
pH 7 pH 8
pH 6 Pengambilan data COD outlet,
produksi listrik, pH,dan suhu Pengambilan data COD outlet,
produksi listrik, pH,dan suhu Pengambilan data COD outlet,
produksi listrik, pH,dan suhu Pengolahan Data
Analisis Data
Gambar 3.11 Skema Penelitian Tahap
Running
Kesembilan reaktor GAC-DCMFCs, dialiri oleh limbah artifisial dengan variasi konsentrasi COD 400, 800, dan 1200 mgL serta ditambahkan unsur C, N,
P dengan rasio 100: 5: 1 sebagai nutrisi untuk bakteri Gray, 2004. Ketiga variasi COD tersebut di variasikan pula pH nya masing-masing 6, 7, dan 8 Behera and
Ghangrekar, 2009: 5114. Untuk mempertahankan nilai pH, digunakan larutan penyangga asam HCl maupun basa NaOH 5 M Jung, et al.,2011. Selama
tahap ini berlangsung, dilakukan pengambilan sampel COD, produksi listrik, pH, dan suhu Septyana, 2014. Seluruh sampel diuji di laboratorium Teknik
Lingkungan, untuk selanjutnya dianalisis pengaruh konsentrasi COD dan pH terhadap kinerja GAC-DCMFC serta konsentrasi COD dan pH optimum yang
akan dibahas dalam laporan tugas akhir.
3.6.3. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dan hasil analisis tersebut dimasukan kedalam bab 4. Tujuan analisis data ini adalah untuk
menyusun dan menganalisis data yang sudah diperoleh dari penelitian. Adapun hal yang dianalisis adalah:
1. Pengaruh konsentasi COD dan pH terhadap kinerja GAC-DCMFCs.
2. Konsentrasi COD dan pH optimum terhadap kinerja GAC-DCMFCs.
Hal diatas dapat dianalisis dengan mengetahui: a.
Hasil pengukuran COD selama running b.
Hasil pengukuran pH, suhu selama running c.
Hasil pengukuran voltase, kuat arus, dan hambatan selama running
3.7. Diagram Alir Penelitian
Dalam sebuah penelitian, diperlukan pembuatan diagram alir penelitian untuk menjelaskan bagaimana jalannya penelitian dari awal sampai akhir
pelaporan hasil penelitian. Berikut merupakan diagram alir penelitian ini:
Mulai Studi Literatur
Persiapan Penelitian 1. Persiapan Alat
- Desain Reaktor - Pembuatan Reaktor
2. Persiapan Bahan - Bahan untuk seeding bakteri
- Bahan untuk analisis lab. 3.. Persipan Limbah Buatan
- Pembuatan limbah artifisial menggunakan asam asetat
Seeding dan Aklimatisasi 1. Penurunan COD
stasioner Pengoperasian Reaktor
GAC-DCMFCs 1. Variabel Bebas
- Konsentrasi COD awal - pH
2. Variabel Terikat - Kinerja GAC- DCMFCs
Pengolahan dan Analisis Data
Kesimpulan dan Saran Selesai
Persiapan
Pelaksanaan
Analisis Data
Gambar 3.12 Diagram Alir Metode Penelitian
Sesuai dengan diagram alir penelitian diatas, dapat dijelaskan bahwa sebelum dilakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan studi literatur
untuk menguatkan hipotesis dari latar belakang masalah yang teah diambil sebelumnya. Setelah didapatkan beberapa studi literatur yang mendukung, penulis
melakukan uji pendahuluan yaitu uji karakteristik air limbah, dalam hal ini karena air limbah yang digunakan adalah air limbah artifisial maka uji karakteristik air
limbah diganti dengan pembuatan air limbah artifisial dengan bahan asam asetat. Setelah pembuatan limbah artifisial, tahap selanjutnya adalah persiapan
alat dan bahan reaktor MFCs. Preparasi ini terdiri dari desain reaktor, pembuatan jembatan garam, persiapan elektroda, persiapan penambahan nutrisi dengan rasio
C:N:P adalah 100:5:1 Gray, 2004, dan bahan untuk tahap seeding. Tahap seeding dan aklimatisasi dilaksanakan selama 14 hari dengan menggunakan
substrat limbah artifisial dengan variasi pH 6, 7, 8. Ketika penurunan COD sudah stasioner dilanjutkan ke tahap running yaitu selama 35 hari. Pada tahap running
diambil data berupa COD dan produksi listrik yang dihasilkan. Setelah semua data hasil penelitian dikumpulkan, dilanjutkan analisis variasi konsentrasi COD dan
pH terhadap kinerja reaktor GAC-DMFCs, serta pada pembahasan ditentukan berapa kondisi optimum dari konsentrasi COD dan dan pH pada saat kinerja
reaktor pada keadaan optimal. Sehingga, pada tahap akhir dapat ditarik kesimpulan dari analisiis dan pembahasan yang telah dikerjakan sebelumnya
sesuai dengan hasil percobaan.
IV-1 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Karakteristik Limbah Cair